Pelayaran Hongi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 31:
Selama pelayaran Hongi beberapa pemuda yang dipekerjakan sebagai pendayung kora-kora mengalami kelaparan dan meninggal karena tidak diberi makan yang cukup. Seringkali, waktu yang digunakan pun melebihi batas yang disepakati, yaitu tiga bulan. Kondisi ini terus berlangsung, karena rakyat yang menolak akan langsung dihukum cambuk bahkan dibunuh. Kabarnya, Pelayaran Hongi tidak hanya membuat rakyat Maluku menderita, tetapi juga kehilangan populasinya.<ref name="Ningsih 2021">{{cite web | last=Ningsih | first=Widya Lestari| title=Pelayaran Hongi: Tujuan dan Dampaknya Halaman all | website=KOMPAS.com | date=2021-08-23 | url=https://www.kompas.com/stori/read/2021/08/23/110000979/pelayaran-hongi-tujuan-dan-dampaknya | language=id | access-date=2022-06-04}}</ref><ref name="Poesponegoro ">{{cite book | last=Poesponegoro | first=Marwati Djoened | last2=Notosusanto | first2=Nugroho | title=Sejarah Nasional Indonesia IV: Kemunculan Penjajahan di Indonesia | publisher=Balai Pustaka | date=2008 |ISBN=979-407-410-1}}</ref>
Kebijakan Hongitochten yang disertai dengan ekstirpasi membuat jumlah tanaman rempah-rempah yang ada di Maluku berkurang. Seperti diketahui, VOC akan melakukan pembinasaan tanaman rempah-rempah ketika ditemukan pelanggaran demi meraih kestabilan harga dan memaksimalkan keuntungan. Akibatnya, rakyat pun semakin terjun dalam jurang kemiskinan ketika perkebunan mereka dimusnahkan oleh Belanda.<ref name="Ningsih 2021">{{cite web | last=Ningsih | first=Widya Lestari| title=Pelayaran Hongi: Tujuan dan Dampaknya Halaman all | website=KOMPAS.com | date=2021-08-23 | url=https://www.kompas.com/stori/read/2021/08/23/110000979/pelayaran-hongi-tujuan-dan-dampaknya | language=id | access-date=2022-06-04}}</ref><ref name="Poesponegoro ">{{cite book | last=Poesponegoro | first=Marwati Djoened | last2=Notosusanto | first2=Nugroho | title=Sejarah Nasional Indonesia IV: Kemunculan Penjajahan di Indonesia | publisher=Balai Pustaka | date=2008 |ISBN=979-407-410-1}}</ref>
Sekitar tahun 1850an Teluk Doreri ([[Manokwari]]) dan Pulau Roon, Wondama merupakan pusat perdagangan di teluk Cendrawasih ini dikarenakan pusat perdagangan sebelumnya yang merupakan Pulau Kurudu, Waropen diserang ekspedisi Hongi berkali-kali di penghujung akhir tahun 1840an. Pedagang Seram Laut juga mengembangkan ekspedisi perdagangan ke pesisir Barat Pulau Papua, tetapi ekspedisi Hongi tahun 1850 menghalangi dan menghancurkan hubungan perdagangan antar pulau. Walau kapal pedagang sangat jarang diserang tetapi berita adanya pelayaran hongi menyebabkan penduduk pesisir kabur sehingga tidak ada perdagangan pada musim itu.<ref name="Swadling Wagner Laba p. 125,146 ">{{cite book | last=Swadling | first=Pamela | last2=Wagner | first2=Roy | last3=Laba | first3=Billai | title=Plumes from Paradise | publisher=Sydney University Press | date=2019-12-01 | isbn=978-1-74332-544-5 | doi=10.30722/sup.9781743325445 | pages=125,146}}</ref>
|