Pulau Laut: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Gambar
Tag: halaman dengan galat kutipan
Fitrioka (bicara | kontrib)
Fitur saranan suntingan: 2 pranala ditambahkan.
Tag: halaman dengan galat kutipan VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Disarankan: tambahkan pranala
Baris 26:
}}
 
'''Pulau Laut''' adalah sebuah [[pulau]] di [[kabupaten]] [[Kabupaten Kotabaru|Kotabaru]], [[Kalimantan Selatan]]. [[Kesultanan Banjar]] menamakannya Laut-Pulo,<ref>[http://books.google.co.id/books?id=gIZAAAAAYAAJ&dq=suku%20suluk&pg=PA215#v=onepage&q=suku%20suluk&f=true {{en}} John Crawfurd, A descriptive dictionary of the Indian islands & adjacent countries, Bradbury & Evans, 1856]</ref> sebagai daerah yang berlawanan arah dengan Laut-Darat (Tanah Laut). Di pulau Laut terdapat kota Kotabaru yang merupakan ibu kota kabupaten Kotabaru. [[Gunung]] yang terdapat di pulau ini adalah [[Gunung Bamega]]. Dahulu pulau ini merupakan sebuah [[kerajaan]] yaitu [[Kerajaan Pulau Laut]] ([[Poelau Laoet]]) atau [[Kerajaan Sigam]].
 
Pulau Laut adalah sebuah pulau terbesar di sekitar pulau Kalimantan, terletak di pesisir timur atau tepatnya di bagian tenggara pulau Kalimantan. Untuk ukuran Indonesia pulau ini merupakan pulau kecil karena dalam peta Indonesia hampir tidak terlihat, secara administratif memiliki 6 buah kecamatan dan 74 [[desa]] dan 4 kelurahan yang di dalamnya terdapat Ibu kota kabupaten Kotabaru tepatnya di bagian utara Pulau Laut.
 
Pulau laut merupakan penyangga abrasi pantai daratan dari sisi pesisir wilayah tenggara pulau besar Kalimantan. Dengan demikian, Pulau Laut turut memberikan kontribusi terhadap keberadaan gigis garis pantai di wilayah Pulau Kalimantan dari sisi sebelah tenggara.
Baris 57:
}}</ref>
 
Laut Pulau atau Pulau Laut merupakan salah satu daerah yang takluk pada masa [[Sultan Suryanullah]] - Raja Banjarmasin pertama (tahun 1500) disebutkan dalam [[Hikayat Banjar]].<ref>{{id icon}} {{cite book|last=Poesponegoro|first=Marwati Djoened|year=1992|url=http://books.google.co.id/books?id=HiZvFZbm6sgC&lpg=PA88&dq=pulau%20banjar&pg=PA86#v=onepage&q=pulau%20banjar&f=false|title=Sejarah nasional Indonesia: Jaman pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia|last=Poesponegoro|first=Marwati Djoened|year=1992|isbn=9794074098|pages=86|coauthors=Nugroho Notosusanto|Publisher=PT Balai Pustaka|access-date=2014-02-17|archive-date=2013-11-11|archive-url=https://web.archive.org/web/20131111153613/http://books.google.co.id/books?id=HiZvFZbm6sgC&lpg=PA88&dq=pulau%20banjar&pg=PA86#v=onepage&q=pulau%20banjar&f=false|archive-date=2013-11-11|coauthors=Nugroho Notosusanto|Publisher=PT Balai Pustaka|dead-url=yes}}ISBN 978-979-407-409-1</ref><br>
Hikayat Banjar menyebutkan: