Tabrakan kereta api Bintaro 1987: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
Baris 64:
Begitu KA 251 berhenti di Kebayoran, Umriyadi meminta izin memberangkatkan KA 220 ke PPKA Sudimara, Djamhari. Namun, Djamhari menjawab, "Tunggu aman saya, saya lagi sibuk!" Seharusnya sesuai prosedur yang ada, Djamhari harus menyatakan ''menolak'' memberikan izin keberangkatan bagi KA 220 dan mengabarkan bahwa ada kereta api yang harus berangkat dari Sudimara ke Kebayoran sesuai jadwal.<ref name=":2" />
 
Dalam situasi Djamhari bingung, KA 225 mulai dipadati penumpang. Ada yang bergelantungan di pintu, diserta jendela,banyak di toilet, danyang bahkannaik di lokomotif.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2020-10-19|title=Tragedi Bintaro 19 Oktober, 33 Tahun Lalu Tanah Jakarta Berwarna Merah Halaman all|url=https://megapolitan.kompas.com/read/2020/10/19/17170081/tragedi-bintaro-19-oktober-33-tahun-lalu-tanah-jakarta-berwarna-merah|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2022-06-13}}</ref>
 
Begitu komunikasi antar-PPKA ditutup, Umriyadi justru memberangkatkan KA 220 dengan asumsi bahwa persilangan KA 225 tetap dilakukan di Sudimara. Agar meyakinkan, Umriyadi menelepon ke Djamhari bahwa KA 220 sudah berangkat dari Stasiun Kebayoran. Padahal PTP sudah telanjur diberikan kepada masinis dan kondektur KA 225. Dengan kebingungan tersebut, Djamhari mengakali masalah ini dengan melangsir KA 225 dari jalur 3 ke jalur 1 Stasiun Sudimara. Akhirnya Djamhari memerintahkan seorang petugas harian stasiun untuk melangsir. Perihal langsiran tersebut harus ditulis oleh PPKA dalam laporan harian masinis serta menjelaskannya secara lisan.<ref name=":2" />