Sriwijaya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: kemungkinan menambah konten tanpa referensi atau referensi keliru
opini pribadi parah
Tag: Menghilangkan referensi
Baris 371:
Pada masa awal, [[Kerajaan Khmer]] merupakan daerah jajahan Sriwijaya. Banyak sejarawan mengklaim bahwa [[Chaiya]], di provinsi Surat Thani, [[Thailand]] Selatan, sebagai ibu kota kerajaan tersebut. Pengaruh Sriwijaya tampak pada bangunan [[pagoda]] Borom That yang bergaya Sriwijaya. Setelah kejatuhan Sriwijaya, Chaiya terbagi menjadi tiga kota yakni (Mueang) Chaiya, Thatong (Kanchanadit), dan Khirirat Nikhom.
 
Sriwijaya di Sumatra meluaskan wilayah dengan perpindahan Wangsa Sailendra ke Jawa. Pada kurun waktu tertentu wangsa Sailendra sebagai anggota mandala Sriwijaya berkuasa atas Sriwijaya dan Jawa. Maka Wangsa Sailendra berkuasa sekaligus atas Sriwijaya dan [[Kerajaan Medang]], yaitu Sumatra dan Jawa. Akan tetapi akibat pertikaian suksesi singgasana Sailendra di Jawa antara [[Balaputradewa]] melawan [[Rakai Pikatan]] dan [[Pramodawardhani]], hubungan antara Sriwijaya dan Medang memburuk.<ref>{{cite book|last=De Casparis|first=|authorlink=|title=Prasasti Indonesia I|url=|accessdate=17 Januari 2013|year=|publisher=|location=|isbn=|page=110-111|pages=}}</ref> Balaputradewa kembali ke Sriwijaya dan akhirnya berkuasa di Sriwijaya, dan permusuhan ini diwariskan hingga beberapa generasi berikutnya. Dalam [[prasasti Nalanda]] yang bertarikh 860 Balaputra menegaskan asal usulnya sebagai keturunan raja Sailendra di Jawa sekaligus cucu Sri Dharmasetu raja Sriwijaya. Dengan kata lain ia mengadukan kepada raja Dewapaladewa, raja [[Dinasti Pala|Pala]] di India, bahwa haknya menjadi raja Jawa dirampas Rakai Pikatan.<ref name="Muljana240">{{cite book|last=Muljana|first=Slamet|authorlink=Slamet Muljana|title= Sriwijaya|editor= F.W. Stapel|publisher=PT. LKiS Pelangi Aksara|year=2006|location=Yogyakarta|pages240=|id=ISBN 978-979-8451-62-1 }}</ref> Persaingan antara Sriwijaya di Sumatra dan Medang di Jawa ini kian memanas ketika raja [[Dharmawangsa Teguh]] menyerang Palembang pada tahun 990, tindakan yang kemudian dibalas dengan penghancuran Medang pada tahun 1006 oleh Raja Wurawari (sebagai sekutu Sriwijaya di Jawa) atas dorongan Sriwijaya.{{sfn|Munoz|2006|p=151}}
 
Sriwijaya juga berhubungan dekat dengan kerajaan [[Dinasti Pala|Pala]] di [[Benggala]], pada [[prasasti Nalanda]] berangka 860 mencatat bahwa raja [[Balaputradewa]] mendedikasikan sebuah biara kepada [[Nalanda|Universitas Nalanda]]. Relasi dengan [[Dinasti Chola]] di selatan [[India]] juga cukup baik. Dari [[prasasti Leiden]] disebutkan raja Sriwijaya di ''Kataha'' [[Sri Mara-Vijayottunggawarman]] telah membangun sebuah [[vihara]] yang dinamakan dengan ''Vihara Culamanivarmma'', namun menjadi buruk setelah [[Rajendra Chola I]] naik tahta yang melakukan penyerangan pada abad ke-11. Kemudian hubungan ini kembali membaik pada masa [[Kulothunga Chola I]], di mana raja Sriwijaya di Kadaram mengirimkan utusan yang meminta dikeluarkannya pengumuman pembebasan cukai pada kawasan sekitar ''Vihara Culamanivarmma'' tersebut. Namun pada masa ini Sriwijaya dianggap telah menjadi bagian dari [[dinasti Chola]]. Kronik Tiongkok menyebutkan bahwa Kulothunga Chola I (''Ti-hua-ka-lo'') sebagai raja San-fo-ts'i, membantu perbaikan candi dekat Kanton pada tahun [[1079]]. Pada masa [[dinasti Song]] candi ini disebut dengan nama ''Tien Ching Kuan'', dan pada masa [[dinasti Yuan]] disebut dengan nama ''Yuan Miau Kwan''.<ref name="Muljana"/>