Soesilo Toer: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Benee Santoso (bicara | kontrib)
Benee Santoso (bicara | kontrib)
Perbaikan kesalahan, penambahan konten
Baris 19:
| father = Mastoer
| awards = Novel Terbaik Prasidatama 2018
| education = [[Universitas Indonesia]]
[[Universitas Persahabatan Rakyat Rusia]]
[[Plekhanov Russian University of Economics]]
| occupation = Pengelola perpustakaan, Penulis, Pemulung
| years_active = 1950-sekarang
Baris 25 ⟶ 28:
 
Sehari-hari hidup dari menjual buku, menulis, penyunting, memulung, memelihara ayam dan kambing meskipun ia punya gelar doktoral dan mengelola perpustakaan yang terkenal sampai ke luar negeri.
 
[[Soesilo memiliki istri bernama Suratiyem dan seorang anak bernama Benee Santoso. Benee sendiri dibanggakannya karena ia salah satu dari sekitar 50 anak dari cucu Mastoer yang menekuni bidang tulis-menulis. IaToer]] menguasai bahasa Jawa, Rusia, [[bahasa Inggris|Inggris]], [[bahasa Belanda|Belanda]], dan [[bahasa Jerman|Jerman]]. Dan, ia menyebut dirinya sendiri [[diglosia]], karena menguasai beberapa bahasa seperti halnya [[Koesalah Soebagyo Toer]] yang terkenal sebagai penerjemah.<ref name="tempo" /><ref name="kom1" />
 
== Masa kecil ==
Baris 31 ⟶ 36:
 
== Masa dewasa ==
Menginjak masa dewasa, ia berkuliah di [[Universitas Indonesia]] jurusan Ekonomi dan pindah ke Akademi Keuangan Bogor.<ref name=unesa>{{cite web |url=https://www.unesa.ac.id/soesilo-toer-sosok-sastrawan-yang-fenomenal |title=Soesilo Toer Sosok Sastrawan yang Fenomenal |publisher=[[Universitas Negeri Surabaya]] |date=17 Februari 2018 |accessdate=7 Juli 2018}}</ref> Ia ke UI[[Universitas Indonesia]] tanpa tes karena ditopang oleh nilai pelajarannya yang tinggi. Ia berhenti kuliah dari kedua perkuliahan tersebut karena biaya yang tinggi. Soes[[Soesilo Toer]] menyelesaikan diplomanya di Akademi Keuangan Bogor yang berada di bawah Badan Pengawas Keuangan (BPK). Selama ia menjadi mahasiswa, ia bekerja pada sebuah penerbitan dengan gaji yang tak begitu besar dan pekerjaannya pun tidaklah tetap. Adapun penyokongnya yang terutama, adalah uang dari keluarga yang ia putar pada pedagang kecil yang butuh modal. Dari pinjaman tersebut, bunga yang ia dapat ia pakai untuk menyokong biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari.<ref name=kom1/>
 
Lulus kuliah, ia bekerja sebagai pegawai pada sebuah perusahaan [[asuransi]] yang dinasionalisasi karena tuntutan buruh. Seketika, hidupnya pun mengingkat, dan ia menjadi sejahtera, tidak melarat. Walau begitu, ia tidak menyukainya karena menurutnya, "membosankan, setiap hari hanya dipenuhi angka-angka. Kantornya berisik oleh suara mesin hitung, mesin bagi, mesin tulis, mesin bagi, dan mesin kali".<ref name="kom1" />
 
Soes[[Soesilo Toer]] pernah mengikuti pelatihan militer 2 tahun di penghujung 1950an menjelang [[Operasi Trikora]] mengikuti kebijakan pemerintah untuk [[Operasi Trikora|membebaskan]] [[Papua|Irian Barat]]. Namun, SoesSoesilo Toer tidak jadi mengikuti wajib militer setelah pelatihan. Sekalipun ia tak ikut pembebasan Irian Jaya, ia mendapat pangkat Letnan dari pelatihan tersebut.<ref name="tempo" /> Selain itu, ia pun lolos penjaringan beasiswa otoritas [[Rusia]]. Sekitar 9000 orang mendaftar, hanya 30 yang diterima, ia salah satunya.<ref name="kom1" /> Dia berangkat ke [[Rusia]] pada tahun 1962,<ref name="tempo" /><ref name="kom1" /> setelah menikah terlebiih dahulu dengan istrinyaistri pertamanya yang bernama Suciati Atmo.<ref name="unesa" />
 
Seosilo[[Soesilo Toer]] tinggal di Rusia sejak tahun 1962 s/dsampai dengan tahun 1973 untuk menyelesaikan S2nya. Melanjutkan [[pasca-sarjana]] di Fakultas Ekonomi dan Politik [[Universitas Patrice Lumumba]] dan menyabet gelaran doktor dari [[:en:Plekhanov_Russian_University_of_Economics|Institut Perekonomian Rakyat Plekhanov]] dalam bidang ekonomi dan politik setelah mendalami filosofi ajaran [[Marxisme]] dan [[Leninisme]] terutama terkait dengan realisme sosial.<ref name="tempo" /> Oleh karena dia tidak lulus dengan predikat ''[[cum laude]]'', dia diharuskan untuk bekerja selama 2 tahun di [[Rusia]].

Selama 11 tahun di Rusia, Soes[[Soesilo Toer]] bekerja apa saja, mulai dari penulis, penerjemah, peneliti dan pekerja kasar. Karena latar belakang pendidikannya, Soes[[Soesilo Toer]] berpendapatan tinggi. Dia hidup bergelimang harta di [[Rusia]]. Sepekan sekali, ia bisa bersantap di restoran berkelas di [[Rusia]]. Berpindah-pindah lokasi tergantung seleranya. Soes[[Soesilo Toer]] mengaku sering mentraktir teman-temannya dan menggelar pesta kecil-kecilan. Selama berkuliah, dia juga dikenal sebagai penggila buku-buku Rusia yang bahkan belum dibaca oleh dosennya.<ref name="kom1" />
 
== Pulang ke Indonesia ==
Pada tahun 1973, pada masa pemerintahan [[Soeharto|Soeharto,]] Soes[[Soesilo Toer]] ditangkap karena dianggap punya hubungan dengan [[Partai Komunis Indonesia]].<ref name=tempo/> Dia dijebloskan ke penjara selama sekitar 5,5 tahun.<ref name=kom3>{{cite news |url=https://regional.kompas.com/read/2018/06/04/15430691/kisah-soesilo-toer-dituding-pki-jadi-pemulung-lalu-bangun-perpustakaan-untuk?page=all |title=Kisah Soesilo Toer Dituding PKI, Jadi Pemulung Lalu Bangun Perpustakaan untuk Sang Kakak (2) |author=Nugroho, Puthut Dwi Putranto |editor=Damanik, Caroline |website=Kompas |date=4 Juni 2018 |accessdate=7 Juli 2018}}</ref> Ia langsung ditangkap ketika turun dari pesawat. Tanpa pembuktian dan pengadilan mengenai penangkapannya, ia dilepas dari penjara pada 28 Oktober 1978, tepat 50 tahun Sumpah Pemuda. Diketahui, sebelum ia ditangkap Kedutaan Indonesia di [[Moskwa|Moskow]] menggelar pengajian untuk mendoakan para korban keganasan [[Partai Komunis Indonesia|PKI]]. Soes[[Soesilo Toer]] tidak hadir kala itu karena ia merasa tidak mendapatkan undangan. Namun, ia menduga, akibatnyakarena tidak hadir itulah ia dinilai terlibat PKI. Pada tahun 1980, Pramoedya lepas dari [[tahananPartai politik]]Komunis setelah mendekam selama 4 tahun di [[Nusakambangan]] dan 10 tahun di [[Pulau BuruIndonesia|PKI]].<ref name=kom3/> Soesilo awalnya tidak dikenali oleh Pram karena dia berpakaian klimis. Banyak orang memberi ucapan selamat pada Pram yang baru lepas dari penjara sampai antrean begitu panjang. Namun Soes kabur dulu sebelum ia menyampaikan selamat pada abangnya. Pram belum sadar sampai ketika Pram bertanya kepada istrinya, barulah Soes dikejar dan ia pun dipeluk.<Ref name=detik1/>
 
Pada tahun 1980, [[Pramoedya Ananta Toer]] keluar dari [[tahanan politik]] setelah mendekam selama 4 tahun di [[Nusakambangan]] dan 10 tahun di [[Pulau Buru]].<ref name="kom3" /> [[Soesilo Toer]] awalnya tidak dikenali oleh [[Pramoedya Ananta Toer]] karena dia berpakaian klimis. Banyak orang memberi ucapan selamat pada Pramoedya Ananta Toer yang baru keluar dari penjara sampai antrean begitu panjang. Namun [[Soesilo Toer]] kabur dulu sebelum ia menyampaikan selamat kepada abangnya. [[Pramoedya Ananta Toer]] belum sadar sampai ketika dia bertanya kepada sang istri, barulah [[Soesilo Toer]] dikejar dan ia pun dipeluk.<ref name="detik1" />
Berstatus sebagai eks-tapol [[Orde Baru]] menyebabkan kehidupan Soesilo dalam kesulitan. Beliau sulit mendapat pekerjaan yang layak, dan sulit diterima di masyarakat. Walau begitu, Banyak hal yang dilakoninya, seperti bekerja serabutan dari mulai berdagang kain sampai menulis. Karena jasa temannya, ia dapat menjadi seorang dosen di sebuah universitas swasta selama 6 tahun. Merasa tidak berhasil hidup di Jakarta, ia pun kembali ke kampung halamannya pada tahun 2004. Apalagi rumahnya yang semipermanen di atas lahan 320 m<sub>2</sub> digusur untuk pembangunan jalan tembus Cakung-Kranji. Dari situ, ia mendapat uang ganti yang ia pakai untuk biaya hidup dan merenovasi rumah masa kecil Pram.<ref name=kom3/> Ia kembali ke Blora pada tahun 2004. Namun sesaat sebelum itu, ia sudah bolak balik ke Blora untuk memperbaiki keadaan rumah atas permintaan abangnya, Pram.<ref name=okezone1>{{cite news |url= https://news.okezone.com/read/2018/05/29/337/1903997/pemulung-bergelar-doktor-filsafat-sebuah-kisah-dari-adik-pramoedya-ananta-toer?page=2|title=Pemulung Bergelar Doktor Filsafat, Sebuah Kisah dari Adik Pramoedya Ananta Toer |number=2 |author=Budi, Taufik |website=Okezone |date=29 Mei 2018 |accessdate=11 Juli 2018}}</ref>
 
Berstatus sebagai eks-tapol [[Orde Baru]] menyebabkan kehidupan [[Soesilo dalamToer]] kesulitansulit. Beliau sulit mendapat pekerjaan yang layak, dan sulit diterima di masyarakat. Walau begitu, Banyak hal yang dilakoninyadia lakoni, seperti bekerja serabutan dari mulai berdagang kain sampai menulis. Karena jasa temannya, ia dapat menjadi seorang dosen di sebuah universitas swasta selama 6 tahun. Merasa tidak berhasil hidup di Jakarta, ia pun kembali ke kampung halamannya pada tahun 2004. Apalagi rumahnya yang semipermanen di atas lahan 320 m<sub>2</sub> digusur untuk pembangunan jalan tembus Cakung-Kranji. Dari situ, ia mendapat uang ganti yang ia pakai untuk biaya hidup dan merenovasi rumah masa kecil Pram.<ref name="kom3" /> Ia kembali ke Blora pada tahun 2004. Namun sesaat sebelum itu, ia sudah bolak -balik ke Blora untuk memperbaiki keadaan rumah atas permintaan abangnya, Pram[[Pramoedya Ananta Toer]].<ref name="okezone1">{{cite news |url= https://news.okezone.com/read/2018/05/29/337/1903997/pemulung-bergelar-doktor-filsafat-sebuah-kisah-dari-adik-pramoedya-ananta-toer?page=2|title=Pemulung Bergelar Doktor Filsafat, Sebuah Kisah dari Adik Pramoedya Ananta Toer |number=2 |author=Budi, Taufik |website=Okezone |date=29 Mei 2018 |accessdate=11 Juli 2018}}</ref>
 
== Kehidupan masa tua ==
=== Memulung dan pekerjaan lain ===
Pada masa tuanya dia bekerja sebagai pemulung untuk melanjutkan hobi yang ia mulai sejak kecil,<ref name=tempo/><ref name=okezone1/> biasanya bergerak memunguti sampah bernilai jual mulai sehabis maghribmagrib hingga dini hari di wilayah perkotaan Blora. Ia mengumpulkan sampah [[botol]], [[kardus]], [[koran]], dan sampah lainnya. Ia melakukannya dengan naik motor bebek pemberian keponakannya. Ini ia lakukan demi menyambung hidup. Setidaknya dari hasil itu, ia memperoleh Rp 25.000, dan itulah yang terus ia lakoni tiap hari di sekeliling kota [[Kabupaten Blora|Blora]].<ref name=detik1/> Sepulang memulung, hasilnya dipilah-pilah dan ditata rapi di halaman rumah.<ref name=kom2/>
 
Selain memulung, ia juga menjual [[ayam]] dan [[kambing]], masih memiliki penerbitan yang bernama Pataba Press,<ref name=okezone1/> dan masih aktif menulis. Karya yang ia tulis setelah mencapai 19 judul, 6 judul bersama penulis lain, dan yang masih belum diterbitkan sebanyak sekitar 20 judul. Pada awal penerbitannya, ia menerbitkan ''[[zine'']] (buletin independen) yang telah ia mulai secara kecil-kecilan sejak tahun 2009 dengan nama Pataba Press. Pataba Press inilah yang ia jadikan nama penerbitannya yang berada di bawah naungan Lembaga Kajian Budaya dan Lingkungan Pasang Surut.<ref name=tempo/><ref name=detik1/>
 
=== Perpustakaan Pataba ===
{{main|Perpustakaan Pataba}}
Perpustakaan Pataba diresmikan tepat pada 30 April 2006, hari meninggalnyameninggal [[Pramoedya Ananta Toer]].<ref name=MInd>{{cite news |url=http://m.mediaindonesia.com/read/detail/162492-menjadikan-rumah-blora-untuk-lebih-mengenal-pramoedya |title=Menjadikan Rumah Blora untuk Lebih Mengenal Pramoedya |author=Safuan, Akhmad |website=[[Media Indonesia]] |date=23 Mei 2018 |accessdate=11 Juli 2018}}</ref> Pataba merupakan akronim dari "Pramoedya Ananta Toer Anak Semua Bangsa".<ref name=kumparan>{{cite news |url=https://m.kumparan.com/@kumparannews/mengunjungi-pataba-perpustakaan-yang-dikelola-keluarga-toer-di-blora |title=Mengunjungi Pataba, Perpustakaan yang Dikelola Keluarga Toer di Blora |editor=Khafifah, Nur |author=A'yuni, Nesia Qurrota |website=[[Kumparan.com]] |date=22 Juni 2018 |accessdate=11 Juli 2018}}</ref> Perpustakaan ini berada pada rumah masa kecil Pram. Di dalamnya terdapat karya-karyanya juga karya salah seorang kakaknya, [[Koesalah Soebagyo Toer]] yang juga ahli [[bahasa Rusia]]. Perpustakaan itu terletak pada satu ruangan yang berukuran 4 × 5 meter. Ada kurang lebih 10 ribu koleksi buku yang tersimpan di sana, termasuk 50 buku karya Toer.<ref name=tempo/><ref name=MInd/> Perpustakaan tersebut didirikan untuk menumbuhkan semangat membaca dan menulis pada masyarakat. Pada awalnya perpustakaan tersebut dikelola oleh Soesilo dan Koesalah. Setelah sepeninggal Koesalah, [[Soesilo Toer]] mengelola perpustakaan ini bersama istri dan anaknya.<ref name=kumparan/>
 
Perpustakaan Pataba terkenal sampai luar daerah, — bahkan luar negeri. Perpustakaan ini menjadi rujukan bagi para penulis, mahasiswa, dan para peneliti luar negeri untuk mencari rujukan sastra. Dari [[Amerika]], [[Prancis]], [[Bulgaria]], [[Jerman]], dan termasuk negara-negara Asia.<ref name=okezone1/>
 
== Kehidupan pribadi ==
Soesilo memiliki istri bernama Suratiyem dan seorang anak bernama Benee Santoso. Benee sendiri dibanggakannya karena ia salah satu dari sekitar 50 anak dari cucu Mastoer yang menekuni bidang tulis-menulis. Ia menguasai bahasa Jawa, Rusia, [[bahasa Inggris|Inggris]], [[bahasa Belanda|Belanda]], dan [[bahasa Jerman|Jerman]]. Dan, ia menyebut dirinya sendiri [[diglosia]], karena menguasai beberapa bahasa.<ref name=tempo/><ref name=kom1/>
 
== Karya-karyanya ==