Wiracarita Gilgamesh: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ariefgutawa (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Ariefgutawa (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 41:
===== Tablet kelima =====
Kedua pahlawan tersebut memasuki hutan pohon aras. [[Humbaba]], penjaga Hutan Cedar, memaki dan mengancam mereka. Ia menuduh Enkidu berkhianat, dan bersumpah untuk mencincang Gilgamesh dan memberi makan dagingnya kepada burung-burung. Gilgamesh takut, tetapi dengan beberapa kata penyemangat dari Enkidu, pertempuran pun dimulai. Gunung-gunung berguncang dengan gejolak dan langit berubah menjadi hitam. Dewa Shamash mengirimkan 13 angin untuk mengikat Humbaba, dan dia pun berhasil tertangkap. Humbaba memohon untuk hidupnya, dan Gilgamesh mengasihaninya. Dia menawarkan untuk menjadikan Gilgamesh raja hutan, menebang pohon-pohon untuknya, dan menjadi budaknya. Namun, Enkidu berpendapat bahwa Gilgamesh harus membunuh Humbaba untuk membangun reputasinya selamanya. Humbaba melaknat mereka berdua dan Gilgamesh membunuhnya dengan hantaman di leher, serta membunuh ketujuh putranya.<ref name="10.5615" /> Kedua pahlawan ini menebang banyak pohon aras, termasuk pohon raksasa yang Enkidu rencanakan untuk dibuat menjadi gerbang untuk kuil [[Enlil]]. Mereka membangun rakit dan kembali ke rumah di sepanjang sungai [[Sungai Efrat|Efrat]] dengan pohon raksasa dan (mungkin) kepala Humbaba.
[[Berkas:Tablet_V_of_the_Epic_of_Gligamesh.JPG|jmpl|Tablet V
[[Berkas:Reverse_side_of_the_newly_discovered_tablet_V_of_the_Epic_of_Gilgamesh._It_dates_back_to_the_old_Babylonian_period,_2003-1595_BCE_and_is_currently_housed_in_the_Sulaymaniyah_Museum,_Iraq.jpg|jmpl|
===== Tablet keenam =====
Baris 60:
===== Tablet kesebelas =====
[[Berkas:Mr._George_Smith,_the_man_who_transliterated_and_read_the_so-called_the_Babylonian_Flood_Story_of_Tablet_XI.jpg|jmpl|George Smith
Gilgamesh mengamati bahwa Utnapishtim kelihatannya tidak berbeda dengan dirinya sendiri, dan bertanya kepadanya bagaimana dia memperoleh keabadiannya. Utnapishtim menjelaskan bahwa para dewa memutuskan untuk mengirimkan banjir besar. Untuk menyelamatkan Utnapishtim, dewa [[Enki]] menyuruhnya untuk membuat perahu. Dia memberinya dimensi yang tepat, dan perahu itu disegel dengan lapisan [[aspal]] dan [[bitumen]]. Seluruh keluarganya naik ke atas kapal bersama dengan para pengrajinnya dan "semua binatang ternak". Badai dahsyat kemudian muncul yang menyebabkan dewa-dewa yang ketakutan kembali ke langit. Ishtar meratapi kehancuran umat manusia secara besar-besaran, dan dewa-dewa lain menangis di sampingnya. Badai berlangsung selama enam hari enam malam, setelah itu "semua manusia berubah menjadi tanah liat". Utnapishtim menangis ketika melihat kehancuran. Perahunya bersandar di sebuah gunung, dan dia melepaskan seekor burung merpati, burung layang-layang, dan seekor burung gagak. Ketika burung gagak gagal kembali, dia membuka bahtera dan membebaskan penghuninya. Utnapishtim mempersembahkan kurban kepada para dewa, yang kemudian mencium aroma harumnya dan berkumpul di sekelilingnya. Ishtar bersumpah bahwa seperti halnya dia tidak akan pernah melupakan kalung cemerlang yang menggantung di lehernya, dia juga akan selalu mengingat saat ini. Ketika Enlil tiba, dirinya marah karena ada manusia yang selamat. Ishtar pun mengutuk Enlil karena telah memicu terjadinya banjir. Enki juga ikut mengutuk Enlil karena mengirimkan hukuman yang tidak proporsional. Enlil pun sadar akan kesalahannya dan kemudian memberkati Utnapishtim dan istrinya karena telah berperan besar menyelamatkan kehidupan di bumi, dan menghadiahi mereka dengan kehidupan kekal. Kisah ini sebagian besar cocok dengan kisah banjir yang mengakhiri Epos [[Wiracarita Atrahasis|Atra-Hasis]].{{sfn|George|2003|p=xxx}}{{Sfn|Brandão|2015|p=106}}
|