Fatmawati: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android |
menyunting kesalahan penulisan kata dan pranala luar |
||
Baris 35:
[[Berkas:Sukarno family Proklamasi 11 February 1956 p1.jpg|jmpl|Fatmawati bersama dengan lima anaknya]]
[[Berkas:SUKARNO WIR 0070.jpg|kanan|Fatmawati dan Soekarno|jmpl]]
Fatmawati lahir dari pasangan [[Minangkabau]], [[Hasan Din]] (1905–1974) dan Siti Chadijah, dengan nama Fatimah.<ref>Nurinwa Ki S. Hendrowinoto, dkk, Ibu Indonesia Dalam Kenangan, Bank Naskah Gramedia bekerja sama dengan Yayasan Biografi Indonesia, 2004</ref> Orang tuanya merupakan keturunan Putri [[Indrapura Kota, Air Putih, Batu Bara|Indrapura]], salah seorang keluarga raja dari [[Kesultanan Indrapura]], [[Pesisir Selatan]], [[Sumatra Barat]].<ref>Agus, Yusuf, Sejarah Pesisir Selatan, Jakarta: PT. Arina Yudi, 2001</ref> Ayahnya merupakan salah seorang pengusaha dan tokoh [[Muhammadiyah]] di Bengkulu.<ref>R. Borsuk and N. Chng; Liem Sioe Liong's Salim Group: The Business Pillar of Suharto's Indonesia, Singapore, 2014</ref>
Pada tanggal 1 Juni 1943, Fatmawati menikah dengan Soekarno, yang kelak menjadi presiden pertama Indonesia. Dari pernikahan itu, ia dikaruniai lima orang putra dan putri, yaitu [[Guntur Soekarnoputra]], [[Megawati Soekarnoputri]], [[Rachmawati Soekarnoputri]], [[Sukmawati Soekarnoputri]], dan [[Guruh Soekarnoputra]].
Baris 45:
Fatmawati dan [[Soekarno]] menikah pada tanggal 1 Juni 1943 dan dikaruniai 5 orang anak, yaitu:
* [[Guntur Soekarnoputra]] (l. 3 November 1944), menikah dengan Henny Emilia Hendayani pada tanggal 16 Februari 1970. Mereka memiliki 1 orang putri.
* [[Megawati Soekarnoputri]] (l. 23 Januari 1947), [[Presiden Republik Indonesia|Presiden Ke-5 Republik Indonesia]]. Dia menikah pertama kali dengan Lettu [[Surindro Supjarso]] (w. 22 Januari 1970) pada 1 Juni 1968, menikah kedua kali dengan Hassan Gamal A. Hasan pada tanggal 22 Juni 1972 namun dibatalkan setelah 3 bulan, dan menikah terakhir kalinya dengan [[Taufiq Kiemas]] (31 Januari 1942 – 8 Juni 2013) pada 14 Maret 1973.
* [[Rachmawati Soekarnoputri]] (27 September 1950 – 3 Juli 2021), menikah pertama kali dengan Dr. Tommy Pariatman Marzuki pada 14 Maret 1969 dan bercerai pada tahun 1973. Dia menikah kedua kali dengan [[Dicky Suprapto]] (27 September 1947 – 3 April 2006) pada tahun 1975 dan bercerai. Dia menikah terakhir kalinya dengan Benny Sumarno (19 Mei 1949 – 2 April 2018) pada tahun 1995. Dia memiliki 3 orang anak.
* [[Sukmawati Soekarnoputri]] (l. 26 Oktober 1951), menikah pertama kali dengan [[Mangkunegara IX|Pangeran Sujiwa Kusuma dari Mangkunegara]] (18 Agustus 1951 – 13 Agustus 2021) pada 16 September 1974 dan becerai pada tahun 1983. Dia menikah kedua kali dengan Muhammad Hilmy (1954 – 29 Oktober 2018). Dia memiliki 3 orang anak.
Baris 51:
== Kisah menjahit bendera ==
Setahun setelah pernikahannya itu, [[Jepang]] menjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia. Bendera Merah Putih juga boleh dikibarkan dan lagu Kebangsaan Indonesia Raya diizinkan berkumandang. Ibu Fatmawati kemudian berfikir bahwa memerlukan bendera Merah Putih untuk dikibarkan di Pegangsaan 56. "Pada waktu itu tidak mudah mendapatkan kain merah dan putih di luar," tulis Chaerul Basri dalam artikelnya "Merah Putih, Ibu Fatmawati, dan Gedung Proklamasi" yang dimuat di Harian Kompas, 16 Agustus 2001. Barang-Barang eks impor, semuanya berada di tangan [[Jepang]], dan kalau pun ada di luar, untuk mendapatkannya harus dengan berbisik-bisik," tulisnya.<ref name=":0">{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2020-08-16|title=Profil Ibu Fatmawati Soekarno dan Kisahnya Menjahit Sang Merah Putih... Halaman all|url=https://www.kompas.com/tren/read/2020/08/16/073000465/profil-ibu-fatmawati-soekarno-dan-kisahnya-menjahit-sang-merah-putih-|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2021-03-09}}</ref>
Berkat bantuan Shimizu, orang ditunjuk oleh Pemerintah Jepang sebagai perantara dalam perundingan [[Jepang]]-[[Indonesia]]. Ibu Fatmawati akhirnya mendapatkan kain merah putih. Shimizu mengusahakannya lewat seorang pembesar [[Jepang]], yang mengepalai gudang di Pintu Air, di depan eks Bioskop Capitol. Bendera itulah yang berkibar di Pegangsaan Timur saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.<ref name=":0" />
Ibu Fatmawati menghabiskan waktunya untuk menjahit bendera itu dalam kondisi fisiknya cukup rentan. Pasalnya, Ibu Fatmawati saat itu sedang hamil tua dan sudah waktunya untuk melahirkan putra sulungnya, Guntur Soekarnoputra. Tak jarang ia menitikkan air mata kala menjahit bendera itu.<ref name=":0" /> "Menjelang kelahiran Guntur, ketika usia kandungan telah mencukupi bulannya, saya paksakan diri menjahit bendera Merah Putih, saya jahit berangsur-angsur dengan mesin jahit Singer yang dijalankan dengan tangan saja, sebab Dokter melarang saya menggunakan kaki untuk menggerakkan mesin jahit." kata Ibu Fatmawati dalam buku yang ditulis oleh [[Bondan Winarno]].<ref name=":0" />
|