Republik Lanfang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
{{Hakka}} Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
Bluepeace27 (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Tugas pengguna baru: pranala |
||
Baris 158:
== Kedatangan Lo Fang Pak ==
[[Lo Fang Pak]] (1738-1795) mulai bertualang pada usia 34 tahun. Dia merantau ke [[Kalimantan Barat]] saat ramainya orang mencari emas (Gold Rush), dengan menyusuri Han Jiang menuju Shantao, sepanjang pesisir [[Vietnam]], dan akhirnya berlabuh di Kalimantan Barat (Wilayah [[Kesultanan Sambas]]) pada usia sekitar 36 tahun yaitu pada sekitar tahun 1774 M.
Kedatangan orang-orang [[Tionghoa]] dari daratan [[Tiongkok]] ini adalah atas permintaan sultan-sultan Melayu saat itu yang mendatangkan para pekerja tambang emas dari daratan Tiongkok yaitu untuk melakukan pekerjaan tambang yang memang butuh keahlian dan tingkat kesulitan yang tinggi. Pekerjaan tambang saat itu hanya dapat dilakukan dengan ketekunan dari orang-orang Tionghoa. Permintaan pekerja tambang dari Tiongkok daratan saat itu merupakan satu tren yang berkembang di kerajaan-kerajaan [[Melayu]], yang dimulai oleh kerajaan [[Melayu]] yang ada di Semenanjung Melayu kemudian kerajaan Melayu di pesisir utara dan timur [[Sumatra]] lalu Kerajaan [[Melayu]] Brunei (yaitu pada masa [[Daftar Sultan Oman|Sultan Omar]] Ali Saifuddin I) baru kemudian disusul oleh Kerajaan-Kerajaan Melayu yang berada di pesisir wilayah Pulau [[Kalimantan bagian barat]].
Kerajaan Melayu di pesisir barat Pulau Kalimantan yang pertama mendatangkan pekerja tambang dari daratan Tiongkok adalah Panembahan Mempawah. Ketika itu, raja yang memimpin adalah Rajanya adalah [[Opu Daeng Manambung]] yaitu pada sekitar tahun [[1740]] M. Kebijakan Panembahan Mempawah ini kemungkinan atas saran dari Adik [[Opu Daeng Manambung]] yaitu [[Opu Daeng Celak]] yang saat itu sedang menjabat sebagai Raja Muda di Kesultanan Riau yang telah lebih dahulu mendatangkan pekerja dari Tiongkok daratan untuk tambang timah di Kesultanan Riau dan berhasil dengan baik. Namun demikian saat itu Panembahan Mempawah mendatangkan orang-orang Tionghoa untuk pekerja tambang (emas) pertama kali adalah berjumlah 20 orang (kemungkinan para pakar mencari emas) yang sebelumnya telah bekerja di [[Kesultanan Brunei|Kesultanan Brunei.]]
Setelah itu didirikanlah pertambangan emas yang dikerjakan oleh orang-orang Tionghoa yaitu di daerah Mandor yang saat itu merupakan wilayah Panembahan Mempawah. Setelah beberapa tahun mengerjakan tambang emas di Mandor ini, para pakar pencari emas dari Tiongkok ini kemudian mengindikasikan satu tempat tak begitu jauh dari Mandor yang disinyalir banyak mengandung emas. Namun wilayah itu adalah wilayah kekuasaan dari [[Kesultanan Sambas]] yaitu daerah yang bernama Montraduk. Maka kemudian utusan pekerja tambang emas Tionghoa ini menghadap Sultan Sambas mengenai potensi emas di Montraduk ini. Mendengar hal demikian Sultan Sambas kemudian mengizinkan untuk membuka tambang emas di Montraduk oleh orang-orang Tionghoa dengan syarat bagi hasil yaitu sebagian hasil emas adalah untuk pekerja tambang dari Tiongkok ini dan sebagian hasil yang lain adalah untuk Sultan Sambas sebagai pemilik Negeri. Maka kemudian dibukalah tambang emas di Montraduk pada sekitar tahun 1750 M yaitu tambang emas kedua setelah di Mandor.
|