Nyadar pertama dan kedua dilakukan di sekitarBuju astaGubang (makam Syeh Anggasuto, Syeh Kabasa, Syeh Dukun, dan Syeh Bangsa) yang ada di Desa Kebundadap Barat, pada Nyadar ketiga dilakukan di desa Pinggir Papas. Konon hal ini juga berangkat dari nadar Syeh Dukun, yang juga ingin melakukan syukur tetapi hanya di lingkungan rumahnya (dalam Bahasa Madura disebut bengko) atau di antara keluarganya sendiri. Namun ada yang khas dari pelekasanaan Nyadar ketiga ini.
Di Nyadar ketiga ini, pada malam harinya biasanya diikuti dengan kesenian mocopat/mamaca ataupada membacapembacaan layanglontar. Dimana tulisannya masih menggunakan tulisan Jawa kuno dengan media daun [[lontar]]. Jalannya cerita dalam mocopat tersebut, yang pertama adalah Jatiswara. Cerita Jatiswara ini mengisahkan jalannya nyawa dan raga dari perjalanan hidup manusia. Kemudian yang kedua ceritanya Sampurnaning Sembah. Yang kedua ini lebih mengisahkan jalannya bakti manusia kepada sang Pencipta, atau hal Syari’at.