Sejarah Radio Republik Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan kemungkinan menambah konten tanpa referensi atau referensi keliru Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 223:
Ketegangan suasana selama dua hari antara tanggal 15 dan 17 Agustus 1945 ini terasa sekali diJakarta dan sekitarnya, tidak terkecuali orang-orang radio bagi penyiaran proklamasi kemerdekaan, apabila saatnya tiba nanti.
=== Masa Revolusi Fisik (1945 - 1950)
Setelah proklamasi dikumandangkan tanggal 17 Agustus 1945, perubahan cepat di Indonesia terjadi. Presiden Soekarno segera membentuk pemerintahan.
Pada tanggal 13 September 1945, Maladi mengadakan pertempuran dengan pemimin-pemimpin Bagian Solo HOSO Kyoku untuk menyampaikan keputusan-keputusan rapat 11 September di Jakarta.▼
Sementara itu para pemuda radio mulai menyusun strategi untuk mengambil alih Hoso Kyoku .
Kemudian Kepala Hoso Kyoku,Yasaki dam Kepala Siaran Yamamoto di beri tahukan hasil komperensi radio di Jakarta, kecuali mengenai penyerahan pemancar yang masih di rahasiakan mereka tidak keberatan diadakannya pertemuan dengan semua pegawai radio untuk mendengar keterangan-keterangan Maladi tentang berdirinya Radiio Republik Indonesia.▼
Sejumlah pemuda radio di Hoso Kanri seperti Yusuf Ronodipuro, Maladi dari Solo Hoso Kyoku, RA. Darya dari Bandung sepakat untuk mengambil alih dan akan menghadap presiden Soekarno untuk diijinkan mengambil alih radio radio milik Jepang ini.
Tentara Jepang yang telah kalah perang tidak lagi bersemangat mempertahankan radio Hoso kyoku. Mereka pura pura tidak tahu dengan rencana ini.
Yusuf Ronodipuro lalu meminta kepada Abdulrahman Saleh supaya radio-radio di daerah tadi sebaiknya melanjutan siaran, untuk menyebarkan semangat perjuangan. Gagasan ini diterima, dan tanggal 10 September 1945, pimpinan-pimpinan radio daerah, dari Surakarta, Yogyakarta, Bandung, Semarang dan Purwokerto berkumpul untuk membicarakan hal ini. Semuanya menyetujui untuk meminta pemerintah Jepang untuk memberikan stasiun radio mereka kepada Republik Indonesia. Pihak Jepang menolak permintaan ini, karena menurut perjanjian Penyerahan Jepang, Indonesia harus diserahkan kembali kepada Tentara Sekutu.
Tanggal 11 September rapat kembali diadakan di rumah Adang Kadarusman dan menyetujui didirikannya Radio Republik Indonesia (RRI)dengan Abdulrahman Saleh sebagai pemimpinnya.
Beberapa Hoso Kyoku berhasil dikuasai dengan mudah , kecuali di Surabaya. Upaya perebutan berlangsung alot, meski akhirnya diserahkan.
Tokoh pemuda radio dari Surabaya baru dapat menguasai Hoso Kyoku tanggal 29 September 1945 dan tanggal 1 Oktober Gubernur Jatim RM Suryo berpidato di RRI Surabaya yang berlokasi di jalan Simpang, sekarang jl. Pemuda untuk pertama kalinya.
Yusuf Ronodipuro akhirnya menjadi Kepala RRI Jakarta, sementara R. Maladi memimpin RRI SOLO.
▲Pada tanggal 13 September 1945, Maladi mengadakan
▲Kemudian Kepala Hoso Kyoku,Yasaki dam Kepala Siaran Yamamoto di beri tahukan hasil komperensi radio di Jakarta, kecuali mengenai penyerahan pemancar yang masih di rahasiakan mereka tidak keberatan diadakannya pertemuan dengan semua pegawai radio untuk mendengar keterangan-keterangan Maladi tentang berdirinya
Juga pengibaran sang merah putih di studio pada pertemuan itu mereka setujui.
Baris 233 ⟶ 243:
Niatan Tersebut di lakukan secara tertulis dalm satu daftar kolektif di sertai tanda tangan masing- masing.
Semetara itu RRI
Dari RRI Surakarta di utus Pujoartono dari bagian teknik.
Sekitar tanggal 19 September kota Solo diramaikan dengan berita- berita bahwa tentara Belanda telah masuk Indonesia. Dimana -mana di adakan rapat-rapat oleh KNI daerah, DKR, Organisasi kelaskaran dan Angkatan Muda Indoesia (AMI) untuk membicrakan persiapan mengahdapi perang dengan Belanda.Menghadapi perang denagn Belanda.Waktu itu Maladi terpilih sebagi ketua AMI dan harus memimpin rapat-rapat AMI.
Kesempatan itu di pergunakan untuk membicarakan penguasan pemancar-pemancar Jepang
Dengan menunjukan kepada Yasaki dan Yamamoto suasana perang di kota itu,Maladi berhasil mendesak mereka untuk memulai lagi dengan siaran-siaran sejak tanggal 26 September.
Mengenai penyerah pemancar-pemancar kepada RRI, orang-orang Jepang minta waktu, karena mereka harus inta izin dulu dari Jakarta.
Sehari kemudian Kepala Siaran Solo Hoso Kyoku, Yamamoto memberi tahukan bahwa dari
Kemudian Maladi menghubungi Semarang untuk
Berdasarkan informasi dari Soehrdai (RRI) yang akan berpidato adalah Van der Plas, bukannya
Soehardi (RRI Semarang) menjawab bahwa instruksi itu dari pihak Jepang dan kita tidak perlu mentaati perintah mereka kecuali
Pada jam 18.00
Pada jam 18.30 Mladai menerima telepon Soehardi dari Semarang, yang secara singkat memberitahu: jangan relay yang pidato Van de Plas - teruskan Soemadi.Yogyakarta segera dihubungi, dan pada jam 7 malam: 19.00 studio-studio tri tunggal Solo Yogyakarta dan Semarang menyiarkan acara- acara RRI sendiri samapi jam 20.00. Yamamoto yang juga hadir di studio di beritahu mengapa Solo tidak merelay Jakarta.
Apakah Yasaki sudah menerima instruksi dari okonagidari Jakarta atauukah melihat suasana perang di Solo, yang semakin meningkat, kurang jelas.
Tetapi ia menyatakan bersedia menyerahkan seluruh kekuasaan kepada Maladi.
Baris 258 ⟶ 268:
Sebagai balas budi Yasaki, Yamamoto dan Kono ( Kepala Teknik ) diberitahu.
Dengan penyerahaan kekuasaan oleh Yasaki kepada Maladi atas Solo Hoso Kyoku pada tanggal 10 Oktober 1945, maka bagian pertama dari program RRI di Surakarta telah terlaksana.
Keselamatan mereka di Solo dan kemudian di tempat kosentrasi orang-orang Jepang di Baros Tampir akan
Maladi berani memberi jaminan itu, karena menurut keputusan KNI Surakarta, pengangkutan orang-orang Jepang, dari Solo ke Baros Tampir diserahkan kepada AMI dengan pengawalan BKR. Perlu pula dicatat, bahwa pada hari-hari sekitar 1 Oktober Komandan Tentara Jepang di Surakarta menyerahkan senjata dan alat-alat perang Jepang pada KNI yang diwakilli oleh DJatikusumo.
Baris 296 ⟶ 306:
Pemancar-pemancar tersebut sebuah di antaranya kemudian dipakai untuk siaran keluar negeri dari Kediri dengan "Stasion Call Radio International Indonesia" RRI yang dibiayai langsung oleh Perdana Mentri Sutan Syahrir.
Di Semarang
pasukan - pasukan Inggris dari Semarang juga bergerak sampai Magelang, tetapi terpaksa kembali karena gempuran - gempuran TKR dan Laskar - laskar rakyat di sepanjang jalan Magelang Ambarawa.
Baris 302 ⟶ 312:
Studio - studio RRI Surakarta dan Yogyakarta tidak luput dari pengeboman angkatan udara Inggris.
Studio RRI Surakarta dihujani dengan bom dan roket, tetapi hanya mengalami kerusakan ringan. sekalipun andaikata studio terkena tepat, siaran dari solo tidak akan terhenti karena distudio sudah tidak ada sebuah pemancar pun.
|