Pong Tiku: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bahar akhirudin (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler pranala ke halaman disambiguasi
Bahar akhirudin (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 63:
 
== Perjuangan awal ==
Pasukan ekspedisi yang gagal menyebabkan perang terbuka antara Tiku, yang bersembunyi di bentengnya di Buntu Batu, dan pasukan Belanda. Tiku memata-matai pasukan Belanda di Rantepao. Pada tanggal 22 Juni mereka melaporkan bahwa malam sebelumnya sebuah batalyon Belanda yang terdiri dari kira-kira 250 orang dan 500 kuli telah meninggalkan desa, menuju ke selatan menuju benteng Tiku di Lali' Londong. Tiku memerintahkan agar jalan tersebut disabotase, sehingga memperpanjang waktu tempuh dari satu hari menjadi lima hari. Pada malam tanggal 26 Juni, pasukan Tiku menyerang pasukan Belanda di luar Lali' Londong, sebuah serangan yang tidak siap bagi Belanda; tidak ada yang tewas dalam serangan itu. Keesokan paginya, Belanda memulai pengepungan di Lali' Londong, [24]{{sfn|Tangdilintin|1976|pp=21–26}} menggunakan [[granat tangandantangan]] dan tangga. Karena tidak mampu menghadapi granat, yang tidak digunakan Belanda pada penguasa lain, sore itu benteng itu direbut. [25] [23]{{sfn|Tangdilintin|1976|pp=27–28}}{{sfn|Bigalke|2005|p=58}}
 
 
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Studioportret van Luitenant-Generaal J.B. van Heutsz TMnr 60039070.jpg|jmpl|lurus|Gubernur-Jenderal [[J. B. van Heutsz]] memerintahkan Gubernur Sulawesi untuk menangkap Tiku karena kehilangan muka akibat gerilya.]]
 
Kekalahan ini membuat Tiku memperkuat anak buahnya. [26] Pasukan Toraja dipersenjatai dengan senapan, tombak, batu besar, pedang, dan ekstrak cabai, [27]{{sfn|Adams|2006|p=143}} disemprotkan ke mata musuh dengan alat yang disebut tirik lada , atau [[sumpitan ]], untuk membutakan mereka. Tiku sendiri dipersenjatai dengan senapan, tombak, dan labo Portugis . Dia mengenakan baju pelindung, sepu (penjaga selangkangan), dan [[Songkok/Peci|songkok]] dengan tonjolan berbentuk tanduk kerbau, dan membawa perisai berhias. Dengan tentaranya, Tiku menggali lubang yang diisi dengan tiang bambu di sepanjang rute pasokan Belanda; mereka yang berjalan di atas lubang akan jatuh dan tertusuk.{{sfn|Draeger|1992|p=218}}{{sfn|Friend|2003|p=352}} [1] [28]Namun, ini tidak cukup untuk menghentikan kemajuan Belanda. Pada 17 Oktober 1906, dua benteng lagi, Bamba Puang dan Kotu, jatuh, [29]{{sfn|Tangdilintin|1976|p=30}} setelah beberapa serangan Belanda yang gagal sejak Juni. [30]{{sfn|Tangdilintin|1976|pp=33–36}} Karena kampanye melawan Tiku, yang telah berlangsung lebih lama daripada sebagian besar kampanye pendudukan lainnya, dianggap melemahkan otoritas Belanda di Sulawesi, [[Daftar Gubernur Jenderal Hindia Belanda|Gubernur Jenderal]] [[J. B. van Heutsz]] mengirim Gubernur Sulawesi Swart untuk memimpin serangan secara pribadi. [23]{{sfn|Bigalke|2005|p=58}}
 
Setelah pengepungan yang lama, Andi Guru dan mantan letnan Tiku Tandi Bunna'  – keduanya saat itu bekerja untuk Belanda  – mendekati Tiku pada tanggal 26 Oktober dan menawarkan gencatan senjata. Meski awalnya tidak mau, Tiku dilaporkan diyakinkan oleh warga sipil yang mengingatkannya bahwa ibunya  – yang telah meninggal dalam pengepungan  – perlu dikuburkan. [31]{{sfn|Bigalke|2005|p=60}} Setelah tiga hari berbaur secara damai, pada malam 30 Oktober pasukan Belanda mengambil alih benteng, mengambil alih semua senjata, dan merebut Tiku. Dia dan tentaranya terpaksa pergi ke Tondon. [32]{{sfn|Tangdilintin|1976|pp=47–50}}
 
== Perlawanan kedua dan kematian ==