Nani Wartabone: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Memperbaiki artikel (wikifikasi)
k menambahkan foto
Baris 1:
{{Tone|date=Desember 2021}}
{{Infobox person
| name = H. Nani Wartabone
Baris 18 ⟶ 17:
}}
 
'''[[Haji|H.]] Nani Wartabone''', ({{lahirmati||30|4|1907||3|1|1986}}) adalah [[Suku Gorontalo|putra daerah Gorontalo]] yang berprofesi sebagai petani dan menjadi tokoh revolusioner perjuangan kemerdekaan [[Indonesia]] di [[Sulawesi]]. Wartabone juga merupakan sahabat seperjuangan [[Soekarno]] dalam merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.
 
Wartabone adalah seorang Petani yang memiliki rasa patriotisme tinggi dan memimpin perjuangan kemerdekaan Indonesia di [[Gorontalo]].
Baris 35 ⟶ 34:
Proklamasi Gorontalo yang dilakukan oleh Nani Wartabone kemudian dikenal luas dengan nama [[Hari Patriotik 23 Januari 1942|Hari Patriotik 23 Januari 1942 atau Hari Proklamasi Gorontalo.]] Dari momen bersejarah inilah kemudian Nani Wartabone dikenal dengan julukan "Sang Proklamator dari Timur".
 
== Kehidupan AwalPribadi ==
Nani Wartabone adalah putra dari Zakaria Wartabone, seorang aparat yang bekerja untuk Pemerintah Hindia Belanda. Sedangkan ibunya adalah keturunan ningrat dari salah satu Kerajaan di Gorontalo.
 
Baris 46 ⟶ 45:
 
Nani Wartabone juga mendirikan cabang PNI dan Partindo. Setelah kedua organisasi itu dibubarkan, Nani Wartabone kemudian aktif di Persyarikatan[[Muhammadiyah]] Gorontalo, Sulawesi.
[[Berkas:Nani Wartabone bersama A.H. Nasution.jpg|jmpl|Dari kiri ke kanan di depan: [[Brigadir Jenderal|Brigjen]] [[Moestopo|Dr. Moestopo]], [[Brigadir Jenderal|Brigjen]] [[Djatikoesoemo|Djatikusumo]], Residen [[Nani Wartabone]], [[Letnan jenderal|Letjen]] [[Abdul Haris Nasution|A.H. Nasution]], [[Mayor]] [[Nurmathias|Noermathias]], [[Brigadir Jenderal|Brigjen]] [[Gatot Soebroto|Gatot Subroto]]. Sedangkan di belakang terlihat: [[Letnan Kolonel|Letkol]] [[Ahmad Sukendro|Sukendro]] dan [[Letnan Kolonel|Letkol]] Rudi Pringadie]]
 
'''Tokoh Muhammadiyah Sulawesi'''
 
Baris 69 ⟶ 68:
 
== Zaman Pendudukan Jepang ==
Sebulan sesudah "Proklamasi Kemerdekaan Nasional" di Gorontalo, tentara Jepang mulai mendarat. Pada [[26 Februari]] sebuah kapal perang Jepang yang bertolak dari [[Manado]] berlabuh di pelabuhan Gorontalo. Nani Wartabone menyambut baik bala tentara Jepang ini dengan harapan kehadiran mereka akan menolong PPPG. Ternyata sebaliknya, Jepang justru melarang pengibaran bendera Merah Putih dan menuntut warga Gorontalo bersedia tunduk pada Jepang.[[Berkas:Monumen Nani Wartabone.JPG|jmpl|180px|Monumen Nani Wartabone]]

Nani Wartabone menolak permintaan ini. Namun karena tidak kuasa melawan Jepang, ia kemudian memutuskan meninggalkan kota Gorontalo dan kembali ke kampung kelahirannya Suwawa, tanpa ada penyerahan kedaulatan.
 
Di Suwawa Nani Wartabone mulai hidup sederhana dengan bertani. Rakyat yang berpihak kepada Nani Wartabone akhirnya melakukan mogok massal sehingga Gorontalo bagaikan kota mati. Melihat situasi ini, Jepang melalui kaki tangannya melancarkan fitnah, bahwa Nani Wartabone sedang menghasut rakyat berontak kepada Jepang.
Baris 111 ⟶ 112:
Hanya sebelas hari di Cipinang, Nani kembali dibawa ke penjara di Morotai. Di sini ia kembali mengalami siksaan fisik yang sangat kejam dari tentara pendudukan Belanda. Dari Morotai, ia dikembalikan lagi ke Cipinang, sampai dibebaskan pada tanggal [[23 Januari]] [[1949]], setelah pengakuan kedaulatan Indonesia.
 
'''Kembali ke Gorontalo'''[[Berkas:Monumen Nani Wartabone.JPG|jmpl|180px|Monumen Nani Wartabone]]Tanggal 2 Februari 1950, Nani Wartabone kembali menginjakkan kakinya di Gorontalo, negeri yang diperjuangkan kemerdekaannya. Rakyat dan Dewan Nasional yang berjuang bersamanya menyambut kehadirannya dengan perasaan gembira bercampur haru dan tangis.
'''Kembali ke Gorontalo'''
 
Tanggal 2 Februari 1950, Nani Wartabone kembali menginjakkan kakinya di Gorontalo, negeri yang diperjuangkan kemerdekaannya. Rakyat dan Dewan Nasional yang berjuang bersamanya menyambut kehadirannya dengan perasaan gembira bercampur haru dan tangis.
 
Kapal Bateku yang membawa Nani Wartabone disambut di tengah laut oleh rakyat Gorontalo. Nani Wartabone kemudian ditandu dari pelabuhan dibawa keliling kota dengan semangat patriotisme.