Pempek: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Pengembalian manual Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Bot5958 (bicara | kontrib)
k Perbarui referensi situs berita Indonesia
Baris 15:
| other =
}}
'''Pempek''' atau '''empek-empek''' adalah [[makanan]] yang terbuat dari daging [[ikan]] yang digiling lembut yang dicampur [[tepung kanji]] atau [[tepung sagu]], serta komposisi beberapa bahan lain seperti telur, bawang putih yang dihaluskan, penyedap rasa, dan garam.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cybernews|date=2021-02-07|title=Mengenal Asal Usul Nama Pempek, Makanan Khas Palembang, Ini Ceritanya|url=https://regional.kompas.com/read/2021/02/07/07351911/mengenal-asal-usul-nama-pempek-makanan-khas-palembang-ini-ceritanya|websitework=KOMPAS[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2021-12-07|editor-last=Budi|editor-first=Candra Setia}}</ref> Pempek biasanya disajikan dengan kuah cuka yang memiliki rasa asam, manis, dan pedas. Pempek sering disebut sebagai makanan khas [[Palembang]],<ref name="SQC">{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=9E7nnRet0gwC&pg=PA4&dq=Pempek+Palembang&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjQ6t7biv3rAhVZILcAHSqKDj8Q6AEwBXoECAAQAg#v=onepage&q=Pempek%20Palembang&f=false|title=SQC: Pempek & Variasinya|publisher=Gramedia Pustaka Utama|isbn=978-979-22-3094-9|language=id}}</ref> meskipun hampir semua daerah di [[Sumatra Selatan]], [[Jambi]] dan [[Bengkulu]] juga memproduksinya.
 
Pempek dapat ditemukan dengan mudah di Kota Palembang, beberapa daerah Sumatra Selatan hingga provinsi Bengkulu; ada yang menjualnya di restoran, ada yang di pinggir jalan, dan pula yang dipikul. Pada tahun 1880-an, penjual biasa memikul satu keranjang penuh pempek sambil berjalan kaki berkeliling menjajakan dagangannya.
 
== Sejarah ==
Pempek telah berada di Palembang sejak masuknya perantau [[Tionghoa]] ke Palembang, yaitu di sekitar abad ke-16, saat [[Sultan Mahmud Badaruddin II]] berkuasa di kesultanan [[Palembang-Darussalam]]. Menurut tradisi, nama empek-empek atau pempek diyakini berasal dari sebutan ''apek'' atau ''pek-pek'', yaitu sebutan untuk paman atau lelaki tua Tionghoa.<ref name ="Kumparan-pempek">{{Cite webnews|title=Mengenal Asal-usul Pempek, Hidangan Populer dari Palembang |url=https://kumparan.com/kumparanfood/mengenal-asal-usul-pempek-hidangan-populer-dari-palembang-1548926055464103746|websitework=kumparan[[Kumparan (situs web)|Kumparan]]|language=id-ID|access-date=2020-09-22|last=Pamujiningtyas|first=Kartika}}</ref>
 
Berdasarkan cerita masyarakat, sekitar tahun 1617 seorang ''apek'' berusia 65 tahun yang tinggal di daerah Perakitan (tepian [[Sungai Musi]]) merasa prihatin menyaksikan tangkapan ikan yang berlimpah di Sungai Musi yang belum seluruhnya dimanfaatkan dengan baik, hanya sebatas digoreng dan dipindang. Ia kemudian mencoba alternatif pengolahan lain. Ia mencampur daging ikan giling dengan tepung tapioka, sehingga dihasilkan makanan baru. Makanan baru tersebut dijajakan oleh para apek dengan bersepeda keliling kota. Oleh karena penjualnya dipanggil dengan sebutan "pek … apek", maka makanan tersebut akhirnya dikenal sebagai empek-empek atau pempek.<ref name="KompasPempek">{{citeCite news|title = PEMPEK, Nilai Gizi "Kapal Selam" Paling Tinggi|publisher = Prof.Dr. Made Astawan, Kompas.com|date = 26 Maret 2004|url = http://www.kompas.com/kesehatan/news/0403/26/062251.htm|accessdate = 15 September 2007|work = [[Kompas.com]]}}</ref>
 
Akan tetapi cerita rakyat ini patut ditelaah lebih lanjut, karena beberapa bagian kisah ini kurang tepat dengan kronologi sejarah. Misalnya, singkong sebagai bahan tepung tapioka baru diperkenalkan bangsa Portugis ke Indonesia pada abad ke-16, sementara bangsa Tionghoa telah menghuni Palembang sekurang-kurangnya sejak masa [[Sriwijaya]]. Selain itu ''velocipede'' (sepeda) baru dikenal di [[Perancis]] dan [[Jerman]] pada abad ke-18. Sultan Mahmud Badaruddin pun baru dilahirkan pada tahun 1767. Meskipun demikian, mungkin pempek merupakan adaptasi dari makanan olahan ikan Tionghoa; seperti bakso ikan, ''kekian'' atau pun ''ngohiang''.
 
Asal mula pempek memang berasal dari Palembang, namun sejarah asal mula hidangan ini kurang jelas. Dongeng tradisional mengaitkannya dengan pengaruh kuliner Tionghoa. Akan tetapi sebagian sejarawan menyebutkan bahwa pempek mungkin berasal dari makanan kuno yang disebut ''kelesan'',<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cybernews|title=Nama Asli Pempek dan Asal Usulnya yang Unik|url=https://travel.kompas.com/read/2017/04/04/091000927/nama.asli.pempek.dan.asal.usulnya.yang.unik|websitework=KOMPAS[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2020-09-22|editor-last=Asdhiana|editor-first=I Made}}</ref> makanan kukus yang dibuat dari campuran adonan [[sagu]] dan daging ikan, dan diperkirakan sudah ada sejak zaman kerajaan [[Sriwijaya]] pada kurun abad VII Masehi.<ref>{{Cite web|url=http://www.mongabay.co.id/2018/11/14/tepung-sagu-dan-ikan-makanan-orang-nusantara-1500-tahun-yang-lalu/|title=Tepung Sagu dan Ikan: Makanan Orang Nusantara 1500 tahun yang Lalu|date=2018-11-14|website=Mongabay Environmental News|language=id|access-date=2018-12-13}}</ref> Tepung sagu didapatkan dari pati batang pohon [[rumbia]] atau [[enau]].
 
== Bahan-bahan ==
[[Berkas:Making pempek.JPG|jmpl|ka|200px|Adonan pempek]]
Pada awalnya pempek dibuat dari daging ikan [[belida]]. Namun, dengan semakin langka dan mahalnya harga ikan belida (hingga ditetapkan sebagai spesies yang dilindungi pada tahun 2021<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cybernews|date=2021-09-07|title=Apa Itu Ikan Belida, Bahan Baku Pempek yang Kini Masuk Hewan Dilindungi?|url=https://www.kompas.com/food/read/2021/09/07/175102475/apa-itu-ikan-belida-bahan-baku-pempek-yang-kini-masuk-hewan-dilindungi|websitework=KOMPAS[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2021-11-25|editor-last=Agmasari|editor-first=Silvita}}</ref>), ikan tersebut lalu diganti dengan [[ikan gabus]] yang harganya lebih murah, tetapi dengan rasa yang tetap gurih.
 
Pada perkembangan selanjutnya, beberapa jenis ikan sungai lainnya juga dapat digunakan, misalnya ikan [[putak]], [[toman]], dan [[bujuk]]. Dipakai juga jenis ikan laut seperti [[tenggiri]], [[kakap merah]], [[parang-parang]], [[ikan ekor kuning|ekor kuning]], dan [[ikan sebelah]]. Bahkan ada juga yang menggunakan ikan [[sarden|dencis]], ikan [[lele]] serta ikan [[tuna]] putih.