Soesilo Toer: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
RushingBot (bicara | kontrib)
k top: hapus templat bendera per MOS:BENDERA, removed: {{negara|Hindia Belanda}}
Bot5958 (bicara | kontrib)
k Perbaikan untuk PW:CW (Fokus: Minor/komestika; 1, 48, 64) + genfixes
Baris 31:
Sehari-hari hidup dari menjual buku, menulis, penyunting, memulung, memelihara ayam dan kambing meskipun ia punya gelar doktoral dan mengelola perpustakaan yang terkenal sampai ke luar negeri.
 
[[Soesilo Toer]] menguasai bahasa Jawa, Rusia, [[bahasa Inggris|Inggris]], [[bahasa Belanda|Belanda]], dan [[bahasa Jerman|Jerman]]. Dan, ia menyebut dirinya sendiri [[diglosia]], karena menguasai beberapa bahasa seperti halnya [[Koesalah Soebagyo Toer]] yang terkenal sebagai penerjemah.<ref name="tempo" /><ref name="kom1" />
 
== Masa kecil ==
Soesilo lahir di [[Blora]] pada tanggal 17 Februari 1937. Rumah masa kecilnya ada di [[Jetis, Blora, Blora|Jetis]], [[Blora, Blora|Kecamatan Blora]], [[Kabupaten Blora]]. Ayahnya bernama Mastoer, yang kemudian mengubah namanya menjadi Toer saja karena menurutnya Mas berbau feodal, seorang guru dan aktivis [[Boedi Oetomo]] dan ibunya bernama Siti Saidah.<ref name=kom2/> Ia lahir sebagai anak ke-7 dari 9 bersaudara.<ref name=kom1/> Di usia yang 4 tahun, ibunya meninggal dunia.<ref name=kom2>{{cite news |url=https://regional.kompas.com/read/2018/06/05/10033231/kisah-soesilo-toer-mengenang-pramoedya-ananta-toer-cinta-tanah-air-dan-islam?page=all |title=Kisah Soesilo Toer Mengenang Pramoedya Ananta Toer, Cinta Tanah Air dan Islam Tulen (3) |author=Nugroho, Puthut Dwi Putranto |editor=Damanik, Caroline |website=Kompas.com |date=4 Juni 2018 |accessdate=7 Juli 2018}}</ref> Ayahnya mendukung aktivitas kemerdekaan [[Indonesia]] di mana ia menjadi kepala sekolah [[Instituut Boedi Oetomo]] yang sebelumnya ditinggalkan oleh Dokter [[Soetomo]]. Ketika ia lahir, keluarganya dalam kondisi ekonomi yang sulit di mana utang menumpuk, surat-surat tanah pun dijual guna melunasi pembelian lahan dan bangunan instituut tersebut. Sekolah tersebut belakangan mengalami kemunduran akibat [[Ordonansi Sekolah Liar|Ordinansi Sekolah Liar]] Hindia-Belanda pada tahun 1932, di mana lulusan sekolah partikelir tak bisa bekerja di Gubernemen; karena itu banyak yang memutuskan untuk keluar dan sekolah pun mengalami kebangkrutan. Ayahnya, terjangkit hobi baru yaitu berjudi ceki.<ref name=suaramerdeka/> Berlainan dengan masa kelahiran kakaknya, Pramoedya Ananta Toer. Pada tahun 1925 ketika keluarga mereka masih berkecukupan, punya simpanan uang, dan memiliki 20 surat tanah yang tersebar di Blora. Soes, Pram, dan saudara-saudaranya yang lain bersekolah di Instituut Boedi Oetomo.<ref name=tempo>{{cite magazine |author=Sujatmiko |date=25 Juni 2018 |title=Cerita dari Blora |magazine=[[Tempo (majalah)|Tempo]] |location=[[Jakarta]] |publisher=Tempo Media Group }}</ref> Pada masa kecilnya, Pram yang telah menjadi yatim-piatu mengasuh adik-adiknya, menganggap Soes ini sebagai adik kebanggaannya. Soes dididik dengan ketegasan—keras seperti ayahnya. Walau demikian, dia tetap menyayangi abangnya, Pram.<ref name=kom2/> Menginjak usia SMP pada tahun 1950, mereka pindah ke Jakarta. Ia bersekolah di Taman Siswa, yang berjarak 6 kilometer dari rumahnya dengan uang saku Rp. 10 per bulan. Manakala ia kekurangan jajan, ia disuruh untuk mencari tambahan sendiri, dan Soes melakukannya dengan menulis pada usia 13 tahun, berbeda dengan kakaknya yang memulai menulis pada umur 15 tahun.<ref name=detik1>{{cite news |url=https://news.detik.com/berita/4050549/kisah-soesilo-toer-doktor-yang-kini-memulung-sampah-di-blora |title=Kisah Soesilo Toer, Doktor yang Kini Memulung Sampah di Blora |author=Jordan, Ray |date=3 Juni 2018 |website=DetikNews |accessdate=7 Juli 2018}}</ref><ref name=suaramerdeka>{{cite news |url=https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/82513/soesilo-toer-saya-sudah-banyak-mengalahkan-pram |title=Soesilo Toer: Saya Sudah Banyak Mengalahkan Pram |author=Susanto, Gunawan Budi |date=6 Mei 2018 |website=[[Suara Merdeka]] |accessdate=7 Juli 2018}}</ref><ref name=kom1>{{cite news |url=https://regional.kompas.com/read/2018/06/04/08110261/kisah-soesilo-toer-adik-pramoedya-ananta-toer-yang-bergelar-doktor-dan-kini?page=all |title=Kisah Soesilo Toer, Adik Pramoedya Ananta Toer yang Bergelar Doktor dan Kini Jadi Pemulung (1) |author=Nugroho, Puthut Dwi Putranto
|editor=Damanik, Caroline |website=Kompas.com |date=4 Juni 2018 |accessdate=7 Juli 2018}}</ref><ref name=suaramerdeka>{{cite news |url=https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/82513/soesilo-toer-saya-sudah-banyak-mengalahkan-pram |title=Soesilo Toer: Saya Sudah Banyak Mengalahkan Pram |author=Susanto, Gunawan Budi |date=6 Mei 2018 |website=[[Suara Merdeka]] |accessdate=7 Juli 2018}}</ref><ref name=detik1>{{cite news |url=https://news.detik.com/berita/4050549/kisah-soesilo-toer-doktor-yang-kini-memulung-sampah-di-blora |title=Kisah Soesilo Toer, Doktor yang Kini Memulung Sampah di Blora |author=Jordan, Ray |date=3 Juni 2018 |website=DetikNews |accessdate=7 Juli 2018}}</ref> Menurut penuturannya, tulisannya yang pertama diterbitkan di Majalah ''Kunangkunang'' terbitan [[Balai Pustaka]] berjudul "Aku Ingin Jadi Jenderal". Semua referensi dari bahan tulisan pada masa mudanya berasal dari majalah loak asing. Hampir semua hal ia tulis, bahkan hingga soal [[cerpen]], [[cerita bersambung|cerbung]], dan novel.<ref name=suaramerdeka/>
 
== Masa dewasa ==
Menginjak masa dewasa, ia berkuliah di [[Universitas Indonesia]] jurusan Ekonomi dan pindah ke Akademi Keuangan Bogor.<ref name=unesa>{{cite web |url=https://www.unesa.ac.id/soesilo-toer-sosok-sastrawan-yang-fenomenal |title=Soesilo Toer Sosok Sastrawan yang Fenomenal |publisher=[[Universitas Negeri Surabaya]] |date=17 Februari 2018 |accessdate=7 Juli 2018}}</ref> Ia ke [[Universitas Indonesia]] tanpa tes karena ditopang oleh nilai pelajarannya yang tinggi. Ia berhenti kuliah dari kedua perkuliahan tersebut karena biaya yang tinggi. [[Soesilo Toer]] menyelesaikan diplomanya di Akademi Keuangan Bogor yang berada di bawah Badan Pengawas Keuangan (BPK). Selama ia menjadi mahasiswa, ia bekerja pada sebuah penerbitan dengan gaji yang tak begitu besar dan pekerjaannya pun tidaklah tetap. Adapun penyokongnya yang terutama, adalah uang dari keluarga yang ia putar pada pedagang kecil yang butuh modal. Dari pinjaman tersebut, bunga yang ia dapat ia pakai untuk menyokong biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari.<ref name=kom1/>
 
Lulus kuliah, ia bekerja sebagai pegawai pada sebuah perusahaan [[asuransi]] yang dinasionalisasi karena tuntutan buruh. Seketika, hidupnya pun mengingkat, dan ia menjadi sejahtera, tidak melarat. Walau begitu, ia tidak menyukainya karena menurutnya, "membosankan, setiap hari hanya dipenuhi angka-angka. Kantornya berisik oleh suara mesin hitung, mesin bagi, mesin tulis, mesin bagi, dan mesin kali".<ref name="kom1" />
 
[[Soesilo Toer]] pernah mengikuti pelatihan militer 2 tahun di penghujung 1950an menjelang [[Operasi Trikora]] mengikuti kebijakan pemerintah untuk [[Operasi Trikora|membebaskan]] [[Papua|Irian Barat]]. Namun, Soesilo Toer tidak jadi mengikuti wajib militer setelah pelatihan. Sekalipun ia tak ikut pembebasan Irian Jaya, ia mendapat pangkat Letnan dari pelatihan tersebut.<ref name="tempo" /> Selain itu, ia pun lolos penjaringan beasiswa otoritas [[Rusia]]. Sekitar 9000 orang mendaftar, hanya 30 yang diterima, ia salah satunya.<ref name="kom1" /> Dia berangkat ke [[Rusia]] pada tahun 1962,<ref name="tempo" /><ref name="kom1" /> setelah menikah terlebiih dahulu dengan istri pertamanya yang bernama Suciati Atmo.<ref name="unesa" />
 
[[Soesilo Toer]] tinggal di Rusia sejak tahun 1962 sampai dengan tahun 1973 untuk menyelesaikan S2nya. Melanjutkan [[pasca-sarjana]] di Fakultas Ekonomi dan Politik [[Universitas Patrice Lumumba]] dan menyabet gelaran doktor dari [[:en:Plekhanov_Russian_University_of_EconomicsPlekhanov Russian University of Economics|Institut Perekonomian Rakyat Plekhanov]] dalam bidang ekonomi dan politik setelah mendalami filosofi ajaran [[Marxisme]] dan [[Leninisme]] terutama terkait dengan realisme sosial.<ref name="tempo" /> Oleh karena dia tidak lulus dengan predikat ''[[cum laude]]'', dia diharuskan untuk bekerja selama 2 tahun di [[Rusia]].
 
Selama 11 tahun di Rusia, [[Soesilo Toer]] bekerja apa saja, mulai dari penulis, penerjemah, peneliti dan pekerja kasar. Karena latar belakang pendidikannya, [[Soesilo Toer]] berpendapatan tinggi. Dia hidup bergelimang harta di [[Rusia]]. Sepekan sekali, ia bisa bersantap di restoran berkelas di [[Rusia]]. Berpindah-pindah lokasi tergantung seleranya. [[Soesilo Toer]] mengaku sering mentraktir teman-temannya dan menggelar pesta kecil-kecilan. Selama berkuliah, dia juga dikenal sebagai penggila buku-buku Rusia yang bahkan belum dibaca oleh dosennya.<ref name="kom1" />
 
== Pulang ke Indonesia ==
Pada tahun 1973, pada masa pemerintahan [[Soeharto|Soeharto,]], [[Soesilo Toer]] ditangkap karena dianggap punya hubungan dengan [[Partai Komunis Indonesia]].<ref name=tempo/> Dia dijebloskan ke penjara selama sekitar 5,5 tahun.<ref name=kom3>{{cite news |url=https://regional.kompas.com/read/2018/06/04/15430691/kisah-soesilo-toer-dituding-pki-jadi-pemulung-lalu-bangun-perpustakaan-untuk?page=all |title=Kisah Soesilo Toer Dituding PKI, Jadi Pemulung Lalu Bangun Perpustakaan untuk Sang Kakak (2) |author=Nugroho, Puthut Dwi Putranto |editor=Damanik, Caroline |website=Kompas |date=4 Juni 2018 |accessdate=7 Juli 2018}}</ref> Ia langsung ditangkap ketika turun dari pesawat. Tanpa pembuktian dan pengadilan mengenai penangkapannya, ia dilepas dari penjara pada 28 Oktober 1978, tepat 50 tahun Sumpah Pemuda. Diketahui, sebelum ia ditangkap Kedutaan Indonesia di [[Moskwa|Moskow]] menggelar pengajian untuk mendoakan para korban keganasan [[Partai Komunis Indonesia|PKI]]. [[Soesilo Toer]] tidak hadir kala itu karena ia tidak mendapatkan undangan. Namun, ia menduga, karena tidak hadir itulah ia dinilai terlibat [[Partai Komunis Indonesia|PKI]].
 
Pada tahun 1980, [[Pramoedya Ananta Toer]] keluar dari [[tahanan politik]] setelah mendekam selama 4 tahun di [[Nusakambangan]] dan 10 tahun di [[Pulau Buru]].<ref name="kom3" /> [[Soesilo Toer]] awalnya tidak dikenali oleh [[Pramoedya Ananta Toer]] karena dia berpakaian klimis. Banyak orang memberi ucapan selamat pada Pramoedya Ananta Toer yang baru keluar dari penjara sampai antrean begitu panjang. Namun [[Soesilo Toer]] kabur dulu sebelum ia menyampaikan selamat kepada abangnya. [[Pramoedya Ananta Toer]] belum sadar sampai ketika dia bertanya kepada sang istri, barulah [[Soesilo Toer]] dikejar dan ia pun dipeluk.<ref name="detik1" />
 
Berstatus sebagai eks-tapol [[Orde Baru]] menyebabkan kehidupan [[Soesilo Toer]] sulit. Beliau sulit mendapat pekerjaan yang layak, dan sulit diterima di masyarakat. Walau begitu, Banyak hal yang dia lakoni, seperti bekerja serabutan dari mulai berdagang kain sampai menulis. Karena jasa temannya, ia dapat menjadi seorang dosen di sebuah universitas swasta selama 6 tahun. Merasa tidak berhasil hidup di Jakarta, ia pun kembali ke kampung halamannya pada tahun 2004. Apalagi rumahnya yang semipermanen di atas lahan 320 m<sub>2</sub> digusur untuk pembangunan jalan tembus Cakung-Kranji. Dari situ, ia mendapat uang ganti yang ia pakai untuk biaya hidup dan merenovasi rumah masa kecil Pram.<ref name="kom3" /> Namun sesaat sebelum itu, ia sudah bolak-balik ke Blora untuk memperbaiki keadaan rumah atas permintaan abangnya, [[Pramoedya Ananta Toer]].<ref name="okezone1">{{cite news |url= https://news.okezone.com/read/2018/05/29/337/1903997/pemulung-bergelar-doktor-filsafat-sebuah-kisah-dari-adik-pramoedya-ananta-toer?page=2|title=Pemulung Bergelar Doktor Filsafat, Sebuah Kisah dari Adik Pramoedya Ananta Toer |number=2 |author=Budi, Taufik |website=Okezone |date=29 Mei 2018 |accessdate=11 Juli 2018}}</ref>
 
== Kehidupan masa tua ==
Baris 63:
=== Perpustakaan Pataba ===
{{main|Perpustakaan Pataba}}
Perpustakaan Pataba diresmikan tepat pada 30 April 2006, hari meninggal [[Pramoedya Ananta Toer]].<ref name=MInd>{{cite news |url=http://m.mediaindonesia.com/read/detail/162492-menjadikan-rumah-blora-untuk-lebih-mengenal-pramoedya |title=Menjadikan Rumah Blora untuk Lebih Mengenal Pramoedya |author=Safuan, Akhmad |website=[[Media Indonesia]] |date=23 Mei 2018 |accessdate=11 Juli 2018}}</ref> Pataba merupakan akronim dari "Pramoedya Ananta Toer Anak Semua Bangsa".<ref name=kumparan>{{cite news |url=https://m.kumparan.com/@kumparannews/mengunjungi-pataba-perpustakaan-yang-dikelola-keluarga-toer-di-blora |title=Mengunjungi Pataba, Perpustakaan yang Dikelola Keluarga Toer di Blora |editor=Khafifah, Nur |author=A'yuni, Nesia Qurrota |website=[[Kumparan.com]] |date=22 Juni 2018 |accessdate=11 Juli 2018}}</ref> Perpustakaan ini berada pada rumah masa kecil Pram. Di dalamnya terdapat karya-karyanya juga karya salah seorang kakaknya, [[Koesalah Soebagyo Toer]] yang juga ahli [[bahasa Rusia]]. Perpustakaan itu terletak pada satu ruangan yang berukuran 4 × 5 meter. Ada kurang lebih 10 ribu koleksi buku yang tersimpan di sana, termasuk 50 buku karya Toer.<ref name=tempo/><ref name=MInd/> Perpustakaan tersebut didirikan untuk menumbuhkan semangat membaca dan menulis pada masyarakat. [[Soesilo Toer]] mengelola perpustakaan ini bersama istri dan anaknya.<ref name=kumparan/>
 
Perpustakaan Pataba terkenal sampai luar daerah, — bahkan luar negeri. Perpustakaan ini menjadi rujukan bagi para penulis, mahasiswa, dan para peneliti luar negeri untuk mencari rujukan sastra. Dari [[Amerika]], [[Prancis]], [[Bulgaria]], [[Jerman]], dan termasuk negara-negara Asia.<ref name=okezone1/>