Fatmawati: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: kemungkinan menambah konten tanpa referensi atau referensi keliru VisualEditor |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 40:
[[Berkas:Grave of Fatmawati, Karet Bivak Cemetery.jpg|jmpl|Makam Fatmawati di TPU Karet Bivak, Jakarta]]
Pada tanggal 14 Mei 1980, ia meninggal dunia di [[Kuala Lumpur]]<ref>{{Cite web|last=Yahya|first=Rizal Amril|date=16 Agustus 2021|title=Peran Fatmawati dalam Sejarah Perjuangan Proklamasi Kemerdekaan RI|url=https://tirto.id/peran-fatmawati-dalam-sejarah-perjuangan-proklamasi-kemerdekaan-ri-giFj|website=tirto.id|language=id|access-date=2022-08-25}}</ref>, Malaysia dalam usia 57 tahun,
==Keturunan==
Baris 51:
== Kisah menjahit bendera ==
Setahun setelah pernikahannya itu, [[Jepang]] menjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia. Bendera Merah Putih juga boleh dikibarkan dan lagu Kebangsaan Indonesia Raya diizinkan berkumandang. Ibu Fatmawati kemudian berfikir bahwa memerlukan bendera Merah Putih untuk dikibarkan di [[Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, Jakarta Utara|Pegangsaan 56]]. "Pada waktu itu tidak mudah untuk mendapatkan kain merah dan putih di luar," tulis Chaerul Basri dalam artikelnya "Merah Putih, Ibu Fatmawati, dan Gedung Proklamasi" yang dimuat di Harian Kompas, 16 Agustus 2001. Barang-Barang bekas impor, semuanya berada di tangan [[Jepang]], dan kalau pun ada di luar, untuk mendapatkannya harus dengan berbisik-bisik," tulisnya.<ref name=":0">{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2020-08-16|title=Profil Ibu Fatmawati Soekarno dan Kisahnya Menjahit Sang Merah Putih... Halaman all|url=https://www.kompas.com/tren/read/2020/08/16/073000465/profil-ibu-fatmawati-soekarno-dan-kisahnya-menjahit-sang-merah-putih-|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2021-03-09}}</ref>
Berkat bantuan Shimizu, yang merupakan orang ditunjuk oleh Pemerintah Jepang sebagai perantara dalam perundingan [[Jepang]]-[[Indonesia]]. Ibu Fatmawati akhirnya mendapatkan kain merah putih. Shimizu mengusahakannya lewat seorang pembesar [[Jepang]], yang memimpin gudang di Pintu Air, di depan eks Bioskop Capitol. Bendera itulah yang berkibar di Pegangsaan Timur saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.<ref name=":0" />
|