I Gusti Ngurah Rai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 205:
 
[[Berkas:Makam I Gusti Ngurah Rai.jpg|thumb|right|260px|Makam Ngurah Rai dan rekan-rekannya di kompleks peringatan dekat desa Marga]]
 
Setelah bentrokan pertama yang terjadi sekitar pukul 10.00, para partisan yang berusaha menghindari pengepungan berusaha mundur dari medan pertempuran dalam kelompok-kelompok kecil melalui ladang jagung yang mengelilingi desa Marga. Namun upaya ini gagal, pasukan menderita kerugian besar dan diblokir di dekat ngarai gunung. Tawaran Belanda untuk menyerah ditolak dan dalam pertempuran berikutnya, yang berlangsung sekitar pukul 14:00 hingga 17:00, semua pejuang Ciung Wanara, termasuk Ngurah Rai, tewas.
 
Keadaan pasti kematian Rai tidak diketahui secara pasti. Beberapa sumber berita ada yang mengatakan jatuh dari tebing. Pada tahun 2008, dalam sebuah wawancara dengan media lokal, salah satu veteran gerakan gerilya Bali mengatakan bahwa tubuh Ngurah Rai, yang dikirim oleh Belanda setelah pertempuran ke [[Denpasar]], dipenuhi dengan luka bakar. Atas dasar ini, sebuah asumsi dibuat tentang kematian komandan Ciung Wanara sebagai akibat dari ledakan dekat sebuah bom pembakar.
 
Terlepas dari kurangnya bukti yang dapat diandalkan tentang pertempuran terakhir Rai, historiografi Indonesia dengan tegas menyatakan bahwa pemimpin partisan Bali meminta rekan-rekannya untuk melakukan puputan perlawanan hingga yang terakhir, yang berakhir dengan kematian di tangan musuh atau bunuh diri. (tindakan perlawanan "bunuh diri" semacam itu sebelumnya dilakukan oleh penguasa Bali selama invasi Belanda ke Bali pada awal abad ke-20).
 
Jenazah Ngurah Rai diserahkan kepada keluarga komandan gerilya dan dimakamkan di desa asalnya Carangsari.
 
=== Implikasi militer dan politik ===
Pertempuran terakhir, yang kemudian diberi nama [[Puputan Margarana]] dikarenakan bentrokan terbesar selama perang kemerdekaan di Bali. Hasilnya memiliki dampak besar pada perjalanan selanjutnya dari gerakan pembebasan nasional di pulau itu. Kematian Rai dan rekan-rekan terdekatnya berkontribusi pada peningkatan tajam sentimen anti-Belanda di kalangan orang Bali.
 
Pada saat yang sama, potensi militer para pendukung kemerdekaan dirusak secara serempak: setelah kehilangan Chiung-Vanara, hampir tidak ada orang dengan pelatihan militer profesional yang tersisa di barisan para partisan dan gudang senjata para pejuang kemerdekaan hancur.
 
Pada rapat darurat Dewan Perjuangan yang diadakan pada hari kedua setelah kematian Ngurah Rai, pemimpin kelompok Pemuda Republik Indonesia berusia 23 tahun, I Made Widja Kusuma, yang tidak memiliki pendidikan militer terpilih sebagai penggantinya. Posisi kepemimpinan lain yang menjadi kosong setelah kematian rekan Paradise juga digantikan oleh warga sipil terutama perwakilan organisasi pemuda.
 
Karena tidak memiliki kekuatan, sarana atau keterampilan yang diperlukan untuk melanjutkan konfrontasi militer dengan Belanda, kepemimpinan baru perlawanan anti-kolonial mengumumkan transisi ke "metode perjuangan politik", yang terutama berarti agitasi dan propaganda, sebagai serta pengumpulan informasi intelijen. Akibatnya di masa depan di Bali hingga musim gugur 1949, ketika pasukan Belanda meninggalkan wilayah pulau bentrokan terjadi secara episodik dan skalanya sangat kecil.
 
Konsekuensi lain dari kematian Ngurah Rai adalah perubahan nyata dalam komposisi sosial di puncak perlawanan anti-Belanda dan pedoman ideologisnya. Jika awalnya sebagian besar terdiri dari perwakilan masyarakat Bali kasta atas, maka setelah kehilangan Rai dan rekan-rekan terdekatnya, banyak diantaranya, seperti komandan mereka adalah keturunan keluarga bangsawan, peran kunci dalam republik.
 
Pergerakan di pulau itu diteruskan ke orang-orang yang berasal dari keluarga sederhana. Hal ini, pada gilirannya, menyebabkan peningkatan popularitas ide-ide sayap kiri di kalangan perlawanan, dan juga mempercepat jaraknya dari elit feodal Bali.
 
== Lihat pula ==