I Gusti Ngurah Rai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Baris 134:
Pada tanggal 13 Mei 1946, perwira markas Gajah Merah yaitu Kapten J. B. T. Konig, salah satu dari dua perwira yang dibantu Rai untuk menyeberang dari Bali ke Jawa pada Februari 1942 dan mengirimnya dari dirinya sendiri secara pribadi serta atas nama komandan kontingen, pesan yang sepenuhnya benar dan penuh hormat dengan panggilan untuk masuk ke dalam negosiasi.
 
<div style="float:left; width:45%;">
<blockquote>Denpasar, 13 Mei 1946
<blockquote>'''[[Ejaan Van Ophuijsen]]'''
 
<blockquote>Denpasar, 13 Mei 1946
Rai Jang Budiman,
 
Baris 141 ⟶ 144:
J. B. T. Konig
Kapten Infanteri</blockquote>
</div>
<div style="float:left; width:45%;">
<blockquote>'''[[Ejaan yang Disempurnakan]]'''
 
Denpasar, 13 Mei 1946
Rai Yang Budiman,
 
Kami, Letnan Kolonel Termeulen dan saya (kamu tentu masih ingat kepada kami), mengetahui betul atas dorongan apa kamu terpaksa mau memimpin TKR. Kami ingin sekali berbicara padamu. Cobalah mencari hubungan dengan Kapten Cassa di sekitar desa Plaga, kemudian di sana kita bisa bicara. Apapun keputusanmu setelah pembicaraan itu, kamu dengan penuh kebebasan dapat menentukannya kepada kamu suka.
 
J. B. T. Konig
Kapten Infanteri</blockquote>
</div>
{{Clear}}
 
Balasan Rai, yang segera sampai ke Belanda, ditujukan khusus kepada ter Meulen. Pesan panglima gerilya itu memasuki catatan sejarah Indonesia dengan judul “Surat Suci” dan dipopulerkan secara luas sebagai wujud keberanian dan patriotisme.
 
<div style="float:left; width:45%;">
<blockquote>18 Mei 1946
<blockquote>'''[[Ejaan Van Ophuijsen]]'''
 
<blockquote>18 Mei 1946
Kepada Jth.Toean Overste Termeulen
 
Baris 166 ⟶ 185:
Pemimpin:
( I Goesti Ngoerah Rai)</blockquote>
</div>
<div style="float:left; width:45%;">
<blockquote>'''[[Ejaan yang Disempurnakan]]'''
18 Mei 1946
Kepada Yth.Tuan Overste Termeulen
 
di Denpasar
 
M E R D E K A !
 
Surat telah kami terima dengan selamat. Dengan singkat kami sampaikan jawaban sebagai berikut:
 
Tentang keamanan di Bali adalah urusan kami. Semenjak pendaratan tentara tuan, pulau menjadi tidak aman. Bukti telah nyata, tidak dapat dipungkiri lagi. Lihatlah, penderitaan rakyat menghebat. Mengancam keselamatan rakyat bersama. Tambah-tambah kekacauan ekonomi menjerat leher rakyat.
 
Keamanan terganggu, karena tuan memperkosa kehendak rakyat yang telah menyatakan kemerdekaannya.
 
Soal perundingan kami serahkan kepada kebijaksanaan pemimpin-pemimpin kita di Jawa. Bali bukan tempatnya perundingan diplomatik. Dan saya bukan kompromis. Saya atas nama rakyat hanya menghendaki lenyapnya Belanda dari pulau Bali atau kami sanggup dan berjanji bertempur terus sampai cita-cita kita tercapai.
 
Selama Tuan tinggal di Bali, pulau Bali tetap menjadi belanga pertumpahan darah, antara kita dan pihak tuan.Sekian, harap menjadikan maklum adanya.
 
Sekali merdeka, tetap merdeka
 
a/n. DEWAN PERJUANGAN BALI.
Pemimpin:
( I Gusti Ngurah Rai)</blockquote>
</div>
{{Clear}}
 
[[Image:Mount_Agung_from_the_east.jpg|thumb|left|Lereng barat Gunung Agung - tempat pemindahan milisi Ngurah Rai]]