Kesultanan Gunung Tabur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Haytham Morsy (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Ikhwanyan (bicara | kontrib)
Penambahan beberapa referensi dan pranala dalam
Baris 1:
[[Berkas:Kesultanangunungtabur1.jpg|jmpl|ka|225px|== '''Istana Kesultanan Gunung Tabur]]''' ==
Secara administratif terletak di JI. Kuran, RT 03, Kecamatan [[Gunung Tabur, Berau|Gunung Tabur]], [[Kabupaten Berau]], [[Kalimantan Timur|Provinsi Kalimantan Timur]]. Istana Gunung Tabur berada di tepi Sungai Segah yang menghadap ke arah sungai. Bangunan ini bertipe [[rumah panggung]] yang terbuat dari kayu [[ulin]] yang saat ini telah difungsikan sebagai [[museum]].<ref>{{Cite book|last=Samarinda|first=Bpcb|date=2015|title=Profil Cagar Budaya Kalimantan|location=Samarinda|publisher=Balai Pelestarian Cagar Budaya Samarinda|pages=41|url-status=live}}</ref>
 
Secara horizontal bangunan terbagi atas enam (6) ruang. Tiga ruangan di bagian depan dan tiga ruangan di bagian belakang dengan posisi memanjang ke samping. Pada setiap ruangan terdapat benda koleksi Kesultanan Gunung Tabur seperti kursi singgasana raja, tempat tidur raja, pakaian adat, tempat tidur bayi, wadah dari perunggu (tempat makam, dll), keramik, senjata, dan mata uang kuno (Indonesia dan luar negeri). Di bagian depan terdapat dua pintu sebagai pintu masuk dan pintu keluar bagi pengunjung. Di samping kedua pintu terdapat dua buah [[Meriam|meriam.]]
 
Pada masa Perang Dunia II Tahun 1945, Istana Gunung Tabur dibom oleh pihak sekutu hingga tidak menyisakan satupun bagian dari istana. Pada Tahun 1990, istana tersebut dibangun kembali dan dijadikan sebagai museum yang diberi nama [[Museum Batiwakkal]] dan diresmikan tahun 1992.  [[Berkas:Kesultanangunungtabur1.jpg|jmpl|ka|225px|Istana Kesultanan Gunung Tabur]]
[[File:Bendera Kesultanan Gunung Tabur.png||jmpl|ka|280px|Bendera Kesultanan Gunung Tabur]]
[[Berkas:Lambang kerajaan gunung tabur.JPG|jmpl|ka|200px|Lambang Kerajaan Gunung Tabur.]]
 
'''Kesultanan Gunung Tabur''' adalah [[kerajaan]] yang merupakan hasil pemecahan dari [[Kesultanan Berau]], di mana Berau dipecah menjadi dua, yaitu [[Kesultanan Sambaliung|Sambaliung]] dan Kesultanan ''Gunung Tabur'' pada sekitar tahun [[1810-an]].<ref name="pos2">{{id}}[http://www.kaltimpost.web.id/berita/index.asp?Berita=ProKaltim&id=48059 ''Raja Alam Enggan Dipimpin Penjajah''. Kaltim Pos, 17 Agustus 2003]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Kesultanan ini sekarang terletak dalam wilayah kecamatan [[Gunung Tabur, Berau|Gunung Tabur]], kecamatan [[Kelay, Berau|Kelay]], dan kecamatan [[Pulau Derawan, Berau|Pulau Derawan]], [[Kabupaten Berau]], provinsi [[Kalimantan Timur]].
== '''Berdirinya Kesultanan Gunung Tabur''' ==
'''Kesultanan Gunung Tabur''' sangat erat kaitannya dengan [[Kesultanan Berau]]. Disebutkan dalam sejarah, Kesultanan Gunung Tabur terbentuk karena adanya perpecahan yang terjadi di Kesultanan Berau pada awal abad ke-19.  Perpecahan itu melahirkan dua kesultanan baru yaitu [[Kesultanan Sambaliung]] dan [[Kesultanan Gunung Tabur]]<ref>{{Cite web|first=Bpcbkaltim|date=2021-2-02|title=Istana Gunung Tabur|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbkaltim/istana-gunung-tabur/|website=Indonesiana Platform Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan|access-date=2022-10-25}}</ref>
 
Menarik untuk diketahui penyebab perpecahan Kerajaan Berau ini. Ada versi yang mengatakan bahwa penyebab pecahnya [[Kesultanan Berau|Kerajaan Berau]] karena ulah kelicikan penjajah Belanda dikala itu. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa pecahnya Kerajaan Berau dikarenakan oleh Praktik [[Poligami]] sang raja.
 
Pada masa kepemimpinan Raja Berau ke-9 yakni Aji Dilayas, mulai muncul perpecahan di Kerajaan Berau. Raja Aji Dilayas memiliki dua [[permaisuri]] dan masing-masing dikaruniai seorang putra. Setelah Aji Dilayas meninggal dunia, kedua putranya yakni Pangeran Tua dan Pangeran Dipati merasa berhak menjadi raja.
 
Dalam memutuskan siapa yang berhak menggantikan ayah mereka, terjadi sejumlah perdebatan besar di kalangan keluarga kerajaan. Khawatir [[konflik]] akan semakin membesar, di ambillah keputusan bersama, bahwa Kerajaan Berau akan dipimpin secara bergantian oleh keduanya dan oleh keturunan keduanya.
 
Sebagai putra sulung, '''Pangeran Tua''' mendapat kesempatan memerintah kerajaan sejak 1673 hingga 1700. Sementara adiknya, '''Pangeran Dipati''' memerintah sejak 1700 hingga 1731. Kondisi ini terus berlangsung hingga akhirnya perseteruan yang terjadi di antara dua dinasti tidak bisa lagi didamaikan. Pada Tahun 1810, Kerajaan Berau dibagi untuk dua keturunan.
 
Keturunan Aji Pangeran Dipati, dengan pewaris tahta '''Sultan Gazi Mahyudi''', memperoleh wilayah di sebelah utara Sungai Berau, serta wilaya kiri dan kanan Sungai Segah. Sultan Gazi Mahyudi kemudian mendirikan Kesultanan Gunung Tabur
 
Sementara, keturunan Aji Pangeran Tua, dengan pewaris tahta '''Raja Alam''' bergelar Sultan Alimuddin, mendapat wilayah di sebelah selatan [[Sungai Berau]], serta di wilayah kiri dan kanan [[Sungai Kelai|Sungai Kelay]]. Kemudian Raja Alam mendirikan Kesultanan Sambaliung
 
Kesultanan Gunung Tabur sekarang ini terletak dalam wilayah kecamatan [[Gunung Tabur, Berau|Gunung Tabur]], kecamatan [[Kelay, Berau|Kelay]], dan kecamatan [[Pulau Derawan, Berau|Pulau Derawan]], [[Kabupaten Berau]], [[Kalimantan Timur|Provinsi Kalimantan Timur.]]
 
== Batas Wilayah ==