Soreang, Bandung: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan pranala ke halaman disambiguasi |
||
Baris 28:
Pada masa administrasi Belanda di Indonesia, Soreang merupakan salah satu dari 6 [[Kewedanaan]] yang berada dalam ruang lingkup pemerintahan Kabupaten Bandung. Soreang pada masa itu lebih dikenal dengan nama "Kopo". Kopo sendiri diambil dari nama salah satu desa di Kecamatan Soreang (kini masuk wilayah Kecamatan Kutawaringin) yang kelak kemudian dijadikan nama jalan yang membentang dari Kota Bandung sampai ke wilayah Soreang sekarang. Pada Masa ini Dibangun jalur Kereta Api dari Kota Bandung ke Ciwidey yang melintasi Soreang. Sampai tahun 1982 jalur kereta api ini masih aktif digunakan.
===Masa Kemerdekaan===
Di masa Pegolakan Kemerdekaan, Soreang merupakan salah satu medan pertempuran yang cukup sengit. Kedatangan Pasukan [[Sekutu]] yang diboncengi [[Belanda]] ke Indonesia pasca proklamasi 17 Agustus 1945 memunculkan perlawanan sengit dari masyarakat Bandung dan sekitarnya sehingga lahirlah peristiwa [[Bandung Lautan Api]]. Berdasarkan kesepakatan para pejuang dan rakyat, Kota Bandung kemudian dibumihanguskan dan para pejuang mundur ke selatan ke seberang sungai Citarum untuk terus melakukan perlawanan secara gerilya. Pada waktu itu pemerintahan Kabupaten Bandung juga ikut mengungsi dan sempat berkedudukan di Soreang sebelum akhirnya terdesak kekuatan sekutu dan kembali mengungsi ke daerah lain.
Setelah masa-masa revolusi selesai dan status Kewedanaan dihapuskan, maka Soreang berubah menjadi Kecamatan.
=== Menjadi Ibukota Kabupaten Bandung ===
Pada dekade 1970-an dengan semakin padatnya Kota Bandung dan tumpang tindihnya peranan Bandung sebagai 3 ibukota administrasi (Ibukota Provinsi, Ibukota Kabupaten, dan sebagai kota otonom) Pemerintah Kabupaten Bandung memutuskan untuk memindahkan ibukotanya ke luar Kota Bandung. Setelah melalui berbagai pertimbangan, dipilihlah [[Baleendah]] sebagai calon ibukota yang baru. Pembangunan infrastruktur penunjang ibukota baru seperti pembuatan ruas jalan, Perkantoran, Gedung kejaksaan, Pengadilan Negeri, Gedung DPRD sebagian besar telah dikerjakan oleh Pemkab. Namun sayangnya pemindahan ibukota ini tidak dibarengi dengan kajian yang memadai dan koordinasi yang tidak berjalan baik dengan pemerintah pusat. Banjir besar pada awal tahun 1980-an membuka mata publik bahwa ibukota baru ini tidak aman dari bencana. Hal ini diperjelas dengan terbitnya Peraturan Pemerintah No.2 tahun 1986 yang justru menyatakan bahwa ibukota Kabupaten Berada di Kota Soreang bukan di Baleendah. Dengan terbitnya PP ini akhirnya ibukota Kabupaten Bandung secara resmi dipindahkan Ke Soreang. Pada tahun 1987 dimulai Pembangunan Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Bandung yang berlokasi di Desa Pamekaran di pinggir jalan raya Kopo.
== Geografi ==
|