Khalid bin Walid: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 70:
[[File:Khalid ibn al-Walid's Ridda campaign.png|thumb|upright=2|alt=Peta geografis abu-abu yang merinci rute kampanye militer Khalid ibn al-Walid di Arab tengah|Peta kampanye Khalid melawan suku-suku Arab [[Najd]] dan [[Al-Yamamah|Yamamah]], keduanya di Arab tengah, selama [[Perang Riddah]]. Rencana perjalanan ditandai dengan panah merah putus-putus. Wilayah negara Muslim awal, yang terdiri dari [[Mekah]], [[Madinah]] dan [[Ta'if]] dan sekitarnya, diarsir dengan warna hijau.]]
 
Setelah kematian Muhammad pada bulan Juni 632, salah satu sahabat awal dan dekatnya, [[Abu Bakar]], menjadi [[khalifah]]. Masalah suksesi pasca Muhammad telah menyebabkan perselisihan di antara umat Islam.{{sfn|Shoufani|1973|pp=48–53}} Orang-orang Ansar, penduduk asli Madinah yang menyambut Muhammad setelah perpindahannya dari Mekah, berusaha untuk memilih pemimpin mereka sendiri.{{sfn|Madelung|1997|p=31}} Pendapat antara sahabat terpecah di antara Muhajirin, sebagian besar penduduk asli Quraisy di Mekah yang berhijrah bersama Muhammad ke Madinah. Ada satu kelompok yang mendukung [[Ali bin Abi Talib|Ali]] yang memiliki kekerabatan dengan Muhammad, sementara kelompok yang lain, yang didukung oleh mualaf baru di kalangan bangsawan Quraisy, berkumpul di belakang Abu Bakar. Karena intervensi dari tokoh Muhajirin terkemuka, [[Umar ibn al-Khattab]] dan [[Abu UbaydaUbaidah bin al-Jarrah|Abu Ubaidah ibn al-Jarrah]], orang-orang Ansar menyetujuinya.{{sfn|Shoufani |1973|pp=48–53}} Khalid adalah pendukung setia suksesi Abu Bakar.{{sfn|Shoufani|1973|p=59}} Sebuah laporan yang disimpan dalam karya sarjana abad ke-13 [[Ibn Abi' l-Hadid]] mengklaim bahwa Khalid adalah partisan Abu Bakar, menentang pencalonan Ali, dan menyatakan bahwa Abu Bakar "bukan orang yang perlu [ditanyakan], dan karakternya sudah jelas terlihat".{{ sfn|Shoufani|1973|p=59}}
 
Sebagian besar suku di Arab, kecuali mereka yang mendiami sekitar Mekah, Madinah dan Ta'if berusaha untuk menghentikan kesetiaan mereka kepada negara Muslim yang baru lahir setelah kematian Muhammad atau memutuskan untuk tidak lagi menjalin hubungan formal dengan Madinah.{{sfn|Shoufani|1973|pp=77– 78}} Sejarah awal Islam menggambarkan upaya Abu Bakar untuk mendirikan atau menegakkan kembali kekuasaan Islam atas suku-suku sebagai [[Perang Riddah]] yaitu peperangan yang ditujukan untuk melawan orang yang murtad. Pandangan tentang perang ini oleh sejarawan modern sangat bervariasi. Watt setuju dengan bahwa tindakan suku-suku di Arab yang memutuskan hubungan formal mereka dengan Madinah sebagai oposisi terhadap Islam, sementara [[Julius Wellhausen]] dan [[C. H. Becker]] berpendapat bahwa suku-suku itu hanya menentang kewajiban pajak (zakat) ke Madinah daripada menolak Islam sebagai agama. Dalam pandangan [[Leone Caetani]] dan [[Bernard Lewis]], suku-suku lawan yang telah menjalin hubungan dengan Madinah menganggap kewajiban salat dan zakat mereka sebagai kontrak pribadi dengan Muhammad dan bahwa upaya mereka untuk menegosiasikan persyaratan yang berbeda setelah kematian Muhammad ditolak oleh Abu Bakar, yang kemudian memutuskan untuk menggerakkan kampanye dalam rangka melawan suku-suku tersebut.{{sfn|Shoufani|1973|pp=72–73}}
 
Dari enam zona konflik utama di Arab selama perang Riddah, dua diantaranya berpusat di [[Najd]] (dataran tengah Arab). Kedua pertempuran tersebut antara lain adalah pertempuran melawan pemberontak dari [[BanuBani Asad bin Khuzaimah|Asad]], [[Tayy]] dan [[Bani Ghatafan|suku Ghatafan]] di bawah [[Thulaihah al-Asadi|Thulaihah]] dan pemberontakan suku [[Banu Tamim|Tamim]] yang dipimpin oleh [[Sajjah]]. Kedua pemimpin pemberontakan itu mengaku sebagai nabi.{{sfn|Lecker|2004|p=692}}{{sfn|Watt|1960|p=110}} Setelah Abu Bakar menggagalkan ancaman ke Madinah oleh Ghatafan di [[Pertempuran Dzul Qassa]],{{sfn|Kennedy|2004|p=55}} dia mengirim Khalid melawan suku pemberontak di Najd.{{sfn|Lecker|2004|p=693}}{{efn|Abu Bakar sebelumnya telah mengirim sebagian besar tentara Muslim, di bawah [[Usamah bin Zaid]] untuk menyerang Suriah Bizantium, meskipun ada ancaman terhadap kota-kota Muslim di Hijaz oleh suku-suku nomaden yang telah tidak lagi menerima otoritas Muslim.{{sfn| Watt|1960|p=110}}{{sfn|Lecker|2004|p=693}} Sejarawan Elias Shoufani berpendapat bahwa ekspedisi Usamah adalah ekspedisi yang memiliki kekuatan yang jauh lebih kecil daripada yang semula direncanakan oleh nabi Muhammad dan sehingga Usamah sendiri meragukan jajarannya yang bukan terdiri dari sebagian besar suku Ansar, Muhajirin, dan Badui di wilayah Mekah dan Madinah, melainkan sebagian besar terdiri dari orang-orang miskin, tipe perampok di antara Muslim yang bergantung pada barang rampasan dari serangan sebagai nafkah.{{sfn|Shoufani|1973|pp=110–111}} Lecker berpendapat bahwa Khalid dikerahkan melawan suku-suku di Najd sebelum kembalinya pasukan Usamah,{{sfn|Lecker|2004|p=693}} sementara Watt mencatat Khalid dikirim dengan pasukan besar setelah kembalinya Usamah.{{sfn|Watt|1960|p=110}}}} Khalid adalah calon ketiga Abu Bakar untuk memimpin kampanye setelah dua pilihan pertamanya, [[Zaid bin Khattab]] dan [[Abu Hudzaifah bin Utbah]], menolak penugasan tersebut.{{sfn|Kister|2002|p=44}} Pasukannya berasal dari Muhajirin dan Ansar.{{sfn|Kister|2002|p=44}} Sepanjang kampanye, Khalid menunjukkan kemandirian operasional yang cukup besar dan tidak secara ketat mematuhi arahan khalifah.{{sfn|Shaban| 1971|p=24}} Dalam kata-kata Shaban, "dia hanya mengalahkan siapa pun yang ada di sana untuk dikalahkan".{{sfn|Shaban|1971|p=24}}
==Catatan==
{{notelist}}