Rumpun dialek Arekan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k -tl
Rodina35 (bicara | kontrib)
Penambahan/pengurangan contoh kosakata. Pemindahan bagian "Perbedaan" ke dalam bagian "Penggunaan". Perbaikan penulisan.
Baris 1:
 
{{about|rumpun dialek yang terdiri dari dua dialek, yaitu Dialek Surabaya dan Dialek Malang-Pasuruan-Lumajang|mengetahui mengenai Dialek Surabaya secara spesifik|DialekBahasa Jawa Surabaya|Dialek Malang-Pasuruan|DialekBahasa Malang-PasuruanJawa Malangan}}
{{bahasa|name=Dialek Arekan|altname=|nativename={{plainlist|
* {{lang|jv|''Arèkan''}}
Baris 32:
*** [[Genteng, Banyuwangi|Genteng]]|ethnicity=[[Suku Jawa|Jawa]]<br/>
[[Suku Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]]|extinct=|era=|speakers=± 25 juta|date=|dateprefix=|ref=|refname=|speakers2=|revived=|revived-category=<!-- or revived-cat -->|familycolor=Austronesia|fam2=[[Bahasa Melayu-Polinesia|Malayo-Polinesia]]|fam3=[[Bahasa Jawa Kuno|Jawa Kuno]]|fam4=[[Rumpun bahasa Jawa|Jawa]]|fam5=[[Bahasa Jawa|Jawa Timuran]]|protoname=|ancestor=|ancestor2=<!-- up to ancestor8 -->|standards=|stand1=|stand2=<!-- up to stand6 -->|dialects=|listclass=|dia1=|dia2=<!-- up to dia20 -->|script=[[Alfabet Latin]]<br/>[[Aksara Jawa]]<br/>[[Abjad Pegon]]|sign=|posteriori=|nation=|minority={{flag|Indonesia}} (sebagai bahasa daerah)|agency=Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur|development_body=|iso1=|iso1comment=|iso2=|iso2b=|iso2t=|iso2comment=|iso3=|iso3comment=|lc3=|ld3=|lc2=|ld2=|lc1=|ld1=|iso6=|isoexception=|linglist=|lingname=|linglist2=<!-- up to linglist6 -->|lingname2=<!-- up to lingname6 -->|glotto=arek1234|glottorefname=Arekan|glotto2=mala1493|glottorefname2=Malang-Pasuruan|aiatsis=|aiatsisname=|aiatsis2=<!-- up to aiatsis6 -->|aiatsisname2=<!-- up to aiatsisname6 -->|guthrie=|ELP=|ELPname=|ELP2=<!-- up to ELP6 -->|ELPname2=<!-- up to ELPname6 -->|glottopedia=|lingua=|lingua_ref=|ietf=|map=|mapsize=300px|mapalt=|mapcaption=|module=|notice=IPA|glottoname=Arekan|glottoname2=Malang-Pasuruan|glotto3=sura1245|glottoname3=Surabaya|glottorefname3=Surabaya}}
'''Rumpun dialek Arekan''' ({{Lang-jv|[[Hanacaraka|aksara Jawa]]: ꦲꦫꦺꦏ꧀ꦏꦤ꧀, [[abjad Pegon]]: اريڪَن|Arèkan}}, {{IPA-jv|ʔarɛʔan|}}) merupakan salah satu dialek [[bahasa Jawa]] yang dituturkan di wilayah [[Jawa Timur]], terutama di [[Gerbangkertosusila|Surabaya Raya]], [[Kawasan Malang Raya|Malang Raya]], [[Pasuruan]], [[Lumajang]], dan daerah-daerah di sekitarnya. Dialek ini bercabang dari [[dialek Jawa Timuran]] dan terdiri dari [[dialek Surabaya]] dan [[Bahasa Jawa Malang|dialek Malang-Pasuruan]].
 
Dialek Arekan memiliki [[fonologi]] yang sedikit berbeda dari bahasa Jawa Standar. Statusnya yang bukan merupakan [[bahasa baku]] membuat dialek ini tidak banyak digunakan secara tertulis. Dialek Arekan baru aktif digunakan dalam bentuk tulisan sejak abad ke-21, terutama setelah [[media sosial]] banyak digunakan untuk sarana komunikasi dalam bahasa informal. Perbedaan yang paling mencolok antara dialek Arekan dengan bahasa Jawa Standar terletak pada imbuhan dan pemilihan kosakata. Hal ini pula yang membuat dialek ini mendapatkan namanya, Arekan, yang berasal dari penggunaan kata ''arèk'' (anak) untuk menggantikan ''bocah'' dan juga dapat berarti ''guys'' dalam bahasa Inggris.
 
== Persebaran ==
Dialek Arekan merupakan dialek bahasa Jawa yang umum digunakan oleh sebagian besar masyarakat Jawa Timur. Cakupan wilayah penuturan dialek Arekan diperkirakan mencapai:{{Butuh rujukan}}:
* Utara
** [[Kota Surabaya|Surabaya]], [[Kabupaten Sidoarjo|Sidoarjo]], dan [[Kabupaten Gresik|Gresik]]
Baris 48:
* Selatan
** [[Kawasan Malang Raya|Malang Raya]] dan [[Pasuruan (disambiguasi)|Pasuruan]]
Dialek Arekan yang dituturkan di wilayah Tapal Kuda dipengaruhi oleh [[bahasa Madura]], baik dalam kosakata maupun intonasi.{{Butuh rujukan}}. Selain dialek Arekan, bahasa Jawa yang juga dituturkan di Jawa Timur bagian Timur adalah [[bahasa Jawa Tengger]] di [[Taman Nasional Bromo Tengger Semeru|Bromo-Tengger-Semeru]] dan [[bahasa Osing]] di [[Kabupaten Banyuwangi|Banyuwangi]].
 
== Fonologi ==
Baris 55:
Pada dialek Arekan, terdapat cara pengucapan huruf vokal yang sedikit berbeda dari bahasa Jawa Standar.
 
[[Fonem]] {{IPA|/i/}} pada suku kata tertutup berbunyi {{IPA|[ɪ]}}{{Sfn|Wedhawati, dkk|2001|p=35}} atau {{IPA|[e]}}.{{Sfn|Krauße|2017|p=26}}{{Sfn|Yannuar|Hoogervorst|Klamer|2022|p=20}}. Fonem {{IPA|/i/}} pada [[penultima]] terbuka umumnya juga berbunyi {{IPA|[ɪ]}} atau {{IPA|[e]}} jika [[ultima]] memiliki vokal {{IPA|/i/}} atau {{IPA|/u/}} tertutup.{{Sfn|Krauße|2017|p=13}}{{Sfn|Yannuar|Hoogervorst|Klamer|2022|p=21}}.
 
Fonem {{IPA|/u/}} pada suku kata tertutup berbunyi {{IPA|[ʊ]}}{{Sfn|Wedhawati, dkk|2001|p=37}} atau {{IPA|[o]}}.{{Sfn|Krauße|2017|p=26}}{{Sfn|Yannuar|Hoogervorst|Klamer|2022|p=20}}. Fonem {{IPA|/u/}} pada penultima terbuka umumnya juga berbunyi {{IPA|[ʊ]}} atau {{IPA|[o]}} jika ultima memiliki vokal {{IPA|/i/}} atau {{IPA|/u/}} tertutup.{{Sfn|Krauße|2017|p=13}}{{Sfn|Yannuar|Hoogervorst|Klamer|2022|p=21}}.
{| class="wikitable"
!Kata
Baris 99:
|'pulang'
|}
Fonem {{IPA|/e/}} pada penultima terbuka berbunyi {{IPA|[ɛ]}}, kecuali jika kata tersebut memiliki ultima terbuka dengan vokal {{IPA|/e/}} atau {{IPA|/o/}}{{Sfn|Krauße|2017|p=27}} atau ultima tertutup dengan vokal {{IPA|/i/}} atau {{IPA|/u/}}.{{Sfn|Yannuar|Hoogervorst|Klamer|2022|p=20}}.
{| class="wikitable"
!Kata
Baris 136:
|pisau
|}
Fonem {{IPA|/a/}} yang berbunyi {{IPA|[ɔ]}} umumnya tetap dibaca {{IPA|[ɔ]}} meski kata tersebut diberi akhiran, kecuali akhiran yang menyebabkan terjadinya [[Sandi (fonologi)|sandi]]. Hal ini menandakan kemungkinan proses terbentuknya fonem {{IPA|/ɔ/}} mandiri yang terpisah dari alofon {{IPA|/a/}}.{{Sfn|Krauße|2017|p=12, 26}}{{Sfn|Yannuar|Hoogervorst|Klamer|2022|p=26-28}}.
{| class="wikitable"
!Kata
Baris 175:
 
== Sistem penulisan ==
Dialek Arekan umum ditulis menggunakan [[alfabet Latin]] tanpa mematuhi pedoman penulisan bahasa Jawa. Hal ini membuat satu kata dapat memiliki beberapa variasi cara penulisan yang berbeda. Penulisan pada dialek Arekan cenderung mengikuti bunyi pengucapan kata.{{Sfn|Krauße|2017|p=30}}.
 
=== Vokal ===
Secara umum, diakritik tidak digunakan pada penulisan huruf vokal{{Sfn|Krauße|2017|p=29-30}}{{Sfn|Yannuar|Hoogervorst|Klamer|2022|p=20}} dan beberapa alofon direpresentasikan dengan huruf yang mendekati bunyinya. Hal ini membuat satu huruf dapat merepresentasikan beberapa fonem yang berbeda.{{Sfn|Hoogervorst|2014|p=111}}. Pemilihan huruf vokal tidak selalu konsisten, sehingga fonem yang sama dapat ditulis dengan huruf yang berbeda antara satu kata dengan yang lain.
{| class="wikitable" style="text-align: center;"
|+
Baris 240:
 
=== Konsonan ===
Fonem {{IPA|/ɖ/}} dan {{IPA|/ʈ/}}, yang dalam penulisan standar ditulis dengan digraf <dh> dan <nowiki><th>,</nowiki>{{Sfn|Arifin|2006|p=3}}, umum ditulis dengan huruf <d> dan <t>.{{Sfn|Krauße|2017|p=30}}{{Sfn|Hoogervorst|2014|p=111}}.
:{|
|
Baris 260:
|'makan'
|}
Fonem {{IPA|/g/}} yang terletak pada akhir kata berbunyi {{IPA|[k]}},{{Sfn|Wedhawati, dkk|2001|p=62-63}}, sehingga konsonan {{IPA|/g/}} pada akhir kata umum ditulis dengan huruf <k>.
:{|
|
Baris 280:
|'kerubung'
|}
Fonem {{IPA|/d/}} yang terletak pada akhir kata berbunyi {{IPA|[t]}},{{Sfn|Wedhawati, dkk|2001|p=52-53}}, sehingga konsonan {{IPA|/d/}} pada akhir kata terkadang ditulis dengan huruf <t>.
:{|
|
Baris 433:
|''-''
|}
Awalan ''tak(-)'' dan ''mbok(-)'' biasa ditulis sebagai kata terpisah meski penggunaannya tetap sama seperti pada bahasa Jawa Standar.{{Sfn|Krauße|2017|p=35}}. ''Piambake'' dan ''tiange'' berasal dari kosakata ''krama'', yaitu ''piyambak'' 'sendiri' (''ngoko'': ''dhéwé'') dan ''tiyang'' 'orang' (''ngoko'': ''wong''), yang ditambahkan akhiran ''ngoko -e'' (''krama'': ''-ipun''). Akan tetapi, gelar lebih sering digunakan untuk menyebut orang ketiga dalam bahasa yang sopan dibandingkan dengan pronomina persona.{{Sfn|Krauße|2017|p=34-35}}.
 
=== Demonstrativa ===
Baris 488:
|sekian itu (jauh)
|}
Penggunaan huruf <nowiki><u> pada suku kata terbuka untuk menyatakan bunyi </nowiki>{{IPA|[o]}} hanya ditemui pada kata tunjuk. Hal ini menyimpang dari ketentuan bahwa vokal {{IPA|/u/}} pada suku kata terbuka dibunyikan sebagai {{IPA|[u]}}.{{Sfn|Wedhawati, dkk|2001|p=36}}.
 
=== Imbuhan ===
Baris 540:
|'disendirikan'
|}
Akhiran ''-e'' diwujudkan dengan [[alomorf]] ''-ne'' jika dipasangkan pada kata dengan akhir vokal.{{Sfn|Wedhawati, dkk|2001|p=404-405}}. Akan tetapi, alomorf ''-e'' terkadang dapat juga digunakan.
:{|
|
Baris 569:
|'belakangnya'
|}
Awalan ''sak-'' menggantikan seluruh penggunaan awalan ''sa-'' serta alomorf ''se-'', kecuali yang terdapat pada angka.{{Efn|Awalan ''sa-'' beserta alomorfnya terdapat pada angka ''sepuluh'' 'sepuluh', ''sewelas'' 'sebelas', ''selikur'' 'dua puluh satu', ''selawe'' 'dua puluh lima', ''seket'' 'lima puluh', ''suwidak'' 'enam puluh', ''satus'' 'seratus', dan ''sewu'' 'seribu'.}}.
:{|
|
Baris 598:
|'serumah'
|}
Sisipan ''-u-'' digunakan untuk memberikan penekanan dengan makna ‘sangat’ pada suatu kata.{{Sfn|Krauße|2017|p=41}}. Sisipan ini berbeda dengan [[Diftong|pendiftongan]] pada bahasa Jawa Standar yang memiliki fungsi serupa,{{Sfn|Wedhawati, dkk|2001|p=145}}, karena sisipan ''-u-'' tidak menghasilkan diftong dan tidak terbatas pada [[Kata sifat|kata sifat]]. Pada kata yang diawali vokal, sisipan ''-u-'' diletakkan di awal kata dan dapat diwujudkan dengan alomorf ''-u-'', ''-w-'', atau ''-uw-''. Pada kata yang diawali konsonan, sisipan ''-u-'' diletakkan sebelum vokal pada suku kata pertama dan dapat diwujudkan dengan alomorf ''-u-'' atau ''-uw-''. Jika vokal yang mengikuti sisipan adalah {{IPA|/u/}}, sisipan selalu diwujudkan dengan alomorf ''-uw-''.
:{|
|
Baris 647:
 
== Penggunaan ==
Salah satu ciri khas dialek Arekan adalah tutur kata yang dianggap lugas, tegas, dan kasar, dibandingkan dengan [[Bahasa Jawa Surakarta|bahasa Jawa Standar]] yang cenderung halus, lembut, dan secara jelas [[Bahasa Jawa#Tingkat%20tutur|menunjukkan tata krama]]. Hal ini muncul dari perbedaan nada bicara dan jarangnya penggunaan kosa kata dengan tingkat tutur tinggi.{{Butuh rujukan}} Berikut ini merupakan beberapa contoh kalimat percakapan dalam dialek Arekan dan bahasa Jawa Standar:
Dialek Arekan mempunyai ciri khas tersendiri seperti nada bicara yang menurut sebagian orang dianggap kasar, lugas dan tegas, berbeda dengan [[Bahasa Jawa Mataraman|dialek Mataraman]] yang cenderung [[Krama|halus]], lembek dan mempunyai ''unggah-ungguh''. Di lain sisi, dialek Arekan juga punya unggah-ungguh, tapi juga terkenal agak kasar itu dapat diartikan sebagai tanda persahabatan. Orang dari Tlatah Arekan apabila telah lama tidak bertemu dengan sahabatnya, jika bertemu kembali pasti ada kata ''[[jancuk]]'' yang terucap, contoh: "''Jancok! Yok-åpå kabaré, Rèk? Suwe gak ketemu!'' (''Jancuk!'' Bagaimana kabarnya, Kawan? Lama tidak bertemu!)". ''Jancuk'' juga merupakan tanda seberapa dekatnya orang Wetanan dengan temannya yang ditandai apabila ketika kata ''jancuk'' diucapkan akan membuat obrolan semakin hangat. Contoh: "''Yå gak ngunu cuk, critané.'' (Ya tidak begitu ''cuk'', ceritanya.)".
{| class="wikitable"
 
!Dialek Arekan
Banyak media lokal yang menggunakan dialek Arekan sebagai bahasa pengantar mereka{{Butuh rujukan}}.
!Bahasa Jawa Standar
!Bahasa Indonesia
|-
|''Yo'opo kabare, rek?''
|''Piyé kabaré, cah?''
|Apa kabar, kawan?
|-
|''Arek iki tambah mbois ae cok!''
|''Cah ki tambah bagus waé pèh!''
|Anak ini semakin keren saja ya!
|-
|''Rek, koen kabeh gak mbadhog a?''
|''Cah, kowé ra padha mangan ta?''
|Kawan, apa kalian tidak makan?
|-
|''Cak, njaluk tolong jukukno montor nang bengkel.''
|''Kang, njaluk tulung jupukaké montor ning bingkil.''
|Bang, minta tolong ambilkan mobil di bengkel.
|-
|''Pak, sampean kajenge teng pundi?''
|''Pak, panjenengan badhé dhateng pundi?''
|Pak, Anda hendak ke mana?
|}
Dialek Arekan juga digunakan sebagai bahasa pengantar oleh media-media lokal setempat.{{Butuh rujukan}}
 
== Kosakata ==
<!-- Diakritik pada tabel ini hanya sebagai petunjuk untuk menghindari abiguasi pembacaan dan beberapa diakritik bukan merupakan diakritik yang digunakan dalam penulisan latin bahasa Jawa. Huruf dengan diakritik beserta bunyinya adalah sebagai berikut: <é> untuk [e], <è> untuk [e], <ó> untuk [o], <ò> untuk [o], <ḍ> untuk [ɖ], <ṭ> untuk [ʈ], dan <ḳ> untuk [k] sebagai koda (konsonan di akhir suku kata). -->
<!-- Jangan lupa untuk menambahkan diakritik è atau é -->
Dialek Arekan memiliki penggunaan kosakata yang berbeda dari bahasa Jawa Standar. Perbedaan kosakata ini dapat berupa penggunaan suatu kata baku yang lebih sering dibanding sinonimnya, kata yang pengucapannya sedikit berbeda, kata yang maknanya telah bergeser atau meluas, atau kata yang khas dan tidak ada padanannya di bahasa Jawa Standar. Beberapa contoh di antaranya ada di tabel berikut:
Beberapa kosakata khas Arekan:
 
{| class="wikitable"
* "''pongor'', ''gibeng'', ''santap'', ''jotos'', ''tempéléng'', gasak (istilah untuk pukul atau hantam);
!Dialek Arekan{{Efn|Penulisan huruf pada contoh kata di bawah merupakan penulisan yang umum ditemui. Pada penulisan dialek Arekan, umumnya diakritik tidak digunakan. Diakritik pada tabel ini hanya sebagai petunjuk untuk menghindari abiguasi pembacaan dan beberapa diakritik bukan merupakan diakritik yang digunakan dalam penulisan latin bahasa Jawa. Huruf dengan diakritik beserta bunyinya adalah sebagai berikut: <é> untuk [e], <è> untuk [e], <ó> untuk [o], <ò> untuk [o], <ḍ> untuk [ɖ], <ṭ> untuk [ʈ], dan <ḳ> untuk [k] sebagai koda (konsonan di akhir suku kata).}}
* "''kadhemen/kathuken/katisen''" berarti "kedinginan" (bahasa Jawa standar: ''kadhemen'');
!Bahasa Jawa Standar
* "durung/''gurung''" berarti "belum" (bahasa Jawa standar: ''durung'');
!Bahasa Indonesia<ref name=":0" />
* "duduk/''guduk''" berarti "bukan" (bahasa Jawa standar: ''dudu'');
|-
* "dèkèk/''dèlèh''" berarti "taruh/letak" (''dèlèhen/d''èkèken=letakkan) (bahasa Jawa standar: ''dokok/sèlèh'');
|''aé''
* "''kèk''" berarti "beri" (''dikèki''=diberi, ''kèkånå''=berilah) (bahasa Jawa standar: ''wènèhi'');
|''waé''
* "''aé''" berarti "saja" (bahasa Jawa standar: ''waé'');
|saja
* "''gak/enggak/ogak''" berarti "tidak" (bahasa Jawa standar: ''ora'');
|-
* "''arèk''" berarti "anak" (bahasa Jawa standar: ''bocah'');
|''aḍaknò'', ''ḍaḍaknò''
* "''cak''" berarti "kakang" atau "kakak laki-laki" (bahasa Jawa standar: ''kakang'');
|''jebulé'', ''tibané''
* "''katé''/''apè''" berarti "akan" atau "mau" (bahasa Jawa standar: ''arep'');
|ternyata
* "''lapå''" singkatan dari kata "lagi åpå" yang berarti "sedang apa" atau "ngapain" (bahasa Jawa standar: ''lagi åpå'');
|-
* "Å''på'å/Kenèk åpå''" berarti "mengapa" (bahasa Jawa standar: ''nyapå, ngåpå, genéyå'');
|''akas''
* "''soalé/polaè''" berarti "karena" (bahasa Jawa standar: ''amergå'');
| -
* "''athik''" (diucapkan "athík") berarti "dengan/memakai"
|tangkas
* "''longor/bénto''" berarti "tolol" (bahasa Jawa standar: ''goblog'');
|-
* "''cèk/cikbèn/cík''" berarti "agar/supaya" (bahasa Jawa standar: bèn);
|''ambèk''
* "''licik/jerih''" berarti "takut/pengecut" (bahasa Jawa standar: ''ajrih'');
|''karo''
* "''mantep pol/ènak pol/ènak temen''" berarti "enak luar biasa" (bahasa Jawa standar: ''ènak pol/ènak banget/ènak tenan'');
|dengan, bersama
* "''rusuh/reged''" berarti "kotor" (bahasa Jawa standar: ''rêgêd'');
|-
* "''gaé/gawé/kanggo''" berarti "pakai/untuk/buat" (bahasa Jawa standar: pakai/untuk=''kanggo'', buat=''gawé'');
|''ambèkan''
* "''andhok''" berarti "makan di tempat selain rumah" (misal warung);
|''agèkan'', ''lagiyan''
* "''cangkruk/jagong''" berarti "nongkrong";
|lagi pula
* "''babah''" berarti "biar/masa bodoh"; (bahasa Jawa standar: ''bèn)''
|-
* "''matèk, bångkå''" berarti "mati" (bahasa Jawa standar: ''mati'');
|''ancèn''
* "''sampèk''" berarti "sampai/hingga" (bahasa Jawa standar: ''nganti'');
|''pancèn''
* "''barèkan/ambèkan''" berarti "tuh kan";
|memang
* "''masiyå''" berarti "walaupun";
|-
* "''nang''" berarti "ke" atau terkadang juga "di" (bahasa Jawa standar: ''menyang'');
|''aṭék'', ''athik''
* "''mari/mantun''" berarti "selesai"; (bahasa Jawa standar: ''rampung''); acapkali dituturkan sebagai kesatuan dalam pertanyaan "''wis mari ta?''" yang berarti "sudah selesai kah?" Pengertian ini sangat berbeda dengan "''mari''" dalam bahasa Jawa standar. Selain penutur dialek Arèkan, "''mari''" berarti "sembuh";
|''nganggo''
* "''mené/sésuk''" berarti "besok" (bahasa Jawa standar: ''sésuk'');
|memakai (untuk melakukan sesuatu), dengan
* "''maeng''/''mau''" berarti "tadi";
|-
* "''koên/kowên/kohên''" (diucapkan "''ko-ên''") berarti "kamu" (bahasa Jawa standar: ''kowé''). Kadang kala sebagai pengganti "''kon''", kata "''awakmu''" juga digunakan. Misalnya "''awakmu wis mangan ta?''" ("Kamu sudah makan kah?") Dalam bahasa Jawa standar, ''awakmu'' berarti "badanmu/dirimu" (''awak''=badan/diri);
| rowspan="2" |''arèk'', ''rèk''{{Efn|Umum digunakan sebagai panggilan untuk persona ketiga jamak, 'kawan-kawan'.}}
* "''lugur/rotúh''/''ceblok''" berarti "jatuh" (bahasa Jawa standar: ''ceblok)''
|''bocah''
* "''dhukur''" berarti "tinggi" (bahasa Jawa standar: ''dhuwur'');
|anak
* "''thithik''" berarti "sedikit" (bahasa Jawa standar: ''thithik''); (bahasa Jawa Mataraman: ''sithik'')
|-
* "''iwak''" berarti "lauk/ikan/daging" (bahasa Jawa standar: ''iwak'' berarti hanya untuk ikan dan daging saja);
|''wong''
* "''temen''" berarti "sangat" (bahasa Jawa standar: ''banget'');
|orang yang berasal dari suatu daerah tertentu
* "''engko/engkok" berarti "nanti" (''bahasa Jawa standar: ''mengko);''
|-
* "''ênggék/gèk/ndhèk''" berarti "di" (bahasa Jawa standar: "''ing''" atau "''ning''"; dalam bahasa Jawa standar, kata "''ndhèk''" digunakan untuk makna "pada waktu tadi", seperti dalam kata "''ndhèk èsuk''" (=tadi pagi), "''ndhèk wingi''" (=kemarin));
|''awakdéwé''
* "''nontok/ndontok''" lebih banyak dipakai daripada "nonton";
|''awaké dhéwé''
* "''yok-åpå/yok-nåpå''" berarti "bagaimana" (bahasa Jawa standar: "''piyé/kepiyé/kepriyé''"; sebenarnya kata "''yok-åpå''" berasal dari kata "kåyåk åpå" yang dalam bahasa Jawa standar berarti "seperti apa");
|kita
* "''péyan''/''sampéyan"'' berarti "kamu";
|-
* "''Jancok''/''[[Jancuk]]''", kata makian yang sering dipakai seperti "''fuck''" dalam bahasa Inggris; merupakan singkatan dari bentuk pasif "''diancuk/diêncuk''"; dan versi agak halus : ''jiamput/diamput''
|''awakmu''
* "''waras''" berarti sembuh dari sakit (dalam bahasa Jawa Tengah sembuh dari penyakit jiwa);
|''kowé''
* "''èmbong/dalan''" berarti jalan besar/jalan raya (bahasa Jawa standar: ''ratan gedhé'' (Surakarta), ''dalan gedhé'' (Yogyakarta dan Semarang));
|kamu
* "''nyelang/nyilih''" berarti pinjam sesuatu;
|-
* "cidhek/cedhek/''parek''/''carek''" berarti dekat;
| rowspan="3" |''bacut'', ''kebacut''
* "''ndingkik''" berarti mengintip;
|''kebacut''
* "''semlohé''" berarti seksi (khusus untuk perempuan);
|terlambat, telanjur
* "''dulin/dolén''" berarti main (bahasa Jawa standar: ''dolan'');
|-
* "''hohohihè''", istilah sopan yang dipopulerkan oleh acara berita dari stasiun televisi [[JTV (Indonesia)|JTV]] yang merujuk pada perbuatan hubungan intim
|''kebanjur''
 
|terlewat
== Perbedaan ==
|-
Perbedaan antara bahasa Jawa standar dengan bahasa Jawa dialek Arekan tampak sangat jelas berbeda dalam beberapa kalimat dan ekspresi seperti berikut:
| -
 
|keterlaluan
Bahasa Jawa Arekan: ''Yåk-åpå kabaré rèk?''<br/ >
|-
Bahasa Jawa standar: ''Piyé kabaré cah?''<br/ >
|''barèk''
Bahasa Indonesia: Apa kabar kawan?
|''karo''
 
|dengan, bersama
Bahasa Jawa Arekan: ''Arèk iki tambah mbois ae cùk!''<br/ >
|-
Bahasa Jawa standar: ''Cah ki tambah bagus waé pèh!''<br/ >
|''barèkan''
Bahasa Indonesia: ''Anak ini tambah kece aja njir!''<br/ >
|''agèkan'', ''lagiyan''
 
|lagi pula
Bahasa Jawa Arekan: ''Rèk, koen gak mbadhog ta?''<br/ >
|-
Bahasa Jawa standar: ''Cah, kowé ra pådhå mangan tå?''<br/ >
|''bah'', ''bahno'', ''babah'', ''babahno'', ''barno''
Bahasa Indonesia: Kalian tidak makan?
|''jar'', ''jarké'', ''umbarké'', ''bèn''
 
|masa bodoh, membiarkan
Bahasa Jawa Arekan: ''Ton'' (nama orang), ''celuknå Ida'' (nama orang) ''på'å.''<br/ >
|-
Bahasa Jawa standar: ''Ton, celukaké Ida.''<br/ >
|''béntó''
Bahasa Indonesia: ''Ton, panggilkan Ida dong.''<br/ >
|''goblog''
 
|bodoh
Bahasa Jawa Arekan: ''Cak, njalùk tùlùng penå jukuknå montor nang bèngkèl''<br/ >
|-
Bahasa Jawa standar: ''Kang, njaluk tulung sampeyan jupukake mobil ning bengkel''<br/ >
|''beròk''
Bahasa Indonesia: ''Bang, minta tolong kamu ambilin mobil di bengkel''<br/ >
|''bengok''
 
|berteriak
Bahasa Jawa Arekan: ''Pak sampèyan kajengé teng pundi?''<br/ >
|-
Bahasa Jawa standar: ''Pak panjenengan badhé dhateng pundi?''<br/ >
|''biḍeg'', ''mbiḍeg''
Bahasa Indonesia: ''Pak anda mau kemana?''<br/ >
|''meneng''
|diam, membisu
|-
|''blègèḍès'', ''mblègèḍès''
| -
|berantakan (rupa)
|-
|''bòk'', ''mbòk'', ''mòk''
|''kok'', ''tok''
|persona kedua agen kata kerja pasif, kau-
|-
|''bòncèl''
|''bocèl''
|lecet
|-
|''brai''
|''dandan''
|solek, dandan
|-
|''brasak'', ''mbrasak''
|''nembus'', ''trabas''
|menerobos
|-
|''bròsòt'', ''mbròsòt''
|''mrosot''
|merosot
|-
| rowspan="2" |''bulet'', ''mbulet''
|''bulet''
|kusut
|-
|''ruwed''
|rumit, bertele-tele
|-
|''cacak'', ''cak''
|''mas'', ''kakang''
|kakak (lelaki)
|-
|''caḳceḳ''
| -
|tangkas
|-
|''cangkruk''
|''mlangkring''
|tongkrong, menongkrong
|-
|''cangkrukan''
|''angkringan'', ''wédangan''
|tongkrongan (tempat)
|-
|''carek''
|''cedhak'', ''cerak''
|dekat
|-
|''cawé'', ''cawé-cawé''
|''mèlu-mèlu''
|ikut campur
|-
|''cawik''
|''céwok''
|cebok
|-
|''ceḍek'', ''ciḍek''
|''cedhak'', ''cerak''
|dekat
|-
|''cèk'', ''cék'', ''cékbèn''
|''supaya'', ''bèn''
|agar, supaya
|-
|''celaṭu'',{{Efn|Dalam bahasa Jawa Standar, ''clathu'' memiliki arti 'berbicara'.}}
|''senèn''
|memarahi
|-
|''cèmòng''
|''cémot''
|cemong, belepotan, kotor
|-
|''còngòk{{Efn|''Congok'' berasal dari gabungan kata ''kacong'' ([[Bahasa Madura|bahasa Madura]]) dan ''goblok''}}''
|''goblog''
|bodoh
|-
| rowspan="2" |''còngòr''
|''congor'', ''moncong''
|jungur, moncong
|-
|''antem''
|pukul
|-
|''còp'', ''còpan'', ''còp-còpan''
|''kontakan''
|stopkontak
|-
|''cuklèk''
|''tugel'', ''putung''
|patah
|-
|''dè'é'', ''dè é''
|''dhèké'', ''dhèwèké''
|dia
|-
|''delok''
|''deleng''
|lihat
|-
|''dilep''
| -
|[[dismenorea]]
|-
| rowspan="2" |''dobol''
|''silit''
|dubur (kata makian)
|-
|''goblog''
|bodoh
|-
|''dulin'', ''dolén''
|''dolan''
|bermain
|-
|''ḍus'', ''ḍós''
|''kerdhus''
|kardus
|-
|''dhukur''
|''dhuwur''
|atas
|-
|''èmbòng''
|''ratan''
|jalan raya
|-
|''emòk'', ''mòk''
|''wegah'', ''gah'', ''emoh'', ''moh''
|tidak ingin
|-
| rowspan="2" |''emplòk''
|''emplok''
|memasukkan sesuatu ke mulut
|-
|''untal''
|telan
|-
|''ènḍèl'', ''kemènḍèl''
| -
|genit, centil
|-
|''engkók''
|''mengko''
|nanti
|-
|''eró'', ''eróh''
|''weruh''
|tahu, paham
|-
|''gak'', ''nggak'', ''enggak''
|''ora''
|tidak
|-
| rowspan="2" |''gaé'', ''gawé''
|''gawé''
|membuat, pekerjaan
|-
|''kanggo''
|untuk
|-
|''gaplèk'', ''gaplèki'', ''nggaplèki''
| -
|menjengkelkan
|-
|''gasak''
|''antem''
|pukul, terjang
|-
|''gaṭèl''{{Efn|''Gatèl'' berasal dari ''gathèl'' dalam bahasa Jawa Standar.}}
|''gathèl''
|penis (kata makian)
|-
|''gaṭèli'', ''nggaṭèli''
| -
|menjengkelkan (kata makian)
|-
|''gebes'', ''nggebes''
|''silir'', ''sumilir''
|sepoi
|-
|''gebrès''
|''wahing''
|bersin
|-
|''gedabrus'', ''nggedabrus''
|''gumunggung''
|membual, sok tahu, omong kosong
|-
|''gègèr''{{Efn|Dalam bahasa Jawa Standar, ''gègèr'' memiliki arti 'huru-hara'.}}
|''gelut''
|berkelahi
|-
|''gòcik''
| -
|penakut, pengecut
|-
|''gòmbòr''
|''kombor''
|longgar (pakaian)
|-
|''grawuk'', ''krawuk''
|''kruwek''
|mencakar
|-
|''guduk''
|''dudu''
|bukan
|-
|''gurung''
|''durung''
|belum
|-
|''isòk''
|''bisa''
|bisa
|-
| rowspan="2" |''iwak''
|''iwak''
|ikan
|-
|''lawuh''
|lauk
|-
|''jagòng'',{{Efn|Dalam bahasa Jawa Standar, ''jagong'' memiliki arti 'mendatangi perayaan'.}} ''jagòngan''
|''mlangkring''
|tongkrong, menongkrong
|-
|''jambrèt''
| -
|jambret (kata makian)
|-
|''jamput'', ''damput'', ''hamput''
|''amput''
|bersetubuh (kata makian)
|-
|''[[jancok|jancók]]'', ''jancuk'', ''cók'', ''cuk''
|''ancuk''
|bersetubuh (kata makian)
|-
|''jangkrék''
|''jangkrik''
|jangkrik (kata makian)
|-
|''jarag'', ''jaraḳ'', ''njarag'', ''njaraḳ''
|''ganggu''
|jail
|-
|''jarem'', ''njarem''
|''kram''
|kram
|-
| rowspan="3" |''jebus''
|''jebus''
|tembusan (jalan)
|-
|''pungkasan''
|ujung
|-
|''jebulé''
|ternyata
|-
|''jeglèḳ'', ''njeglèḳ''
| -
|padam seketika (listrik)
|-
|''jék''
|''isih''
|masih, sedang (melakukan sesuatu hal)
|-
| rowspan="2" |''jekètèk'', ''njekètèk''
|''dumadakan''
|mendadak, tiba-tiba
|-
| -
|ternyata (konotasi negatif)
|-
|''jembek''
| -
|muak
|-
|''jèmbrèt''
| -
|belepotan
|-
|''jerih''
|''ajrih''
|takut, pengecut
|-
|''jukuk''
|''jupuk''
|ambil
|-
|''jungkrak''
| -
|mendorong hingga jatuh
|-
| rowspan="2" |''kaèt'', ''kèt''
|''kawit''
|sejak
|-
|''mentas''
|baru saja
|-
|''kancrit''
| -
|tertinggal, terbelakang
|-
|''kaplòk''
|''tempiling'', ''tapuk''
|tampar
|-
|''karèk'', ''garèk''
|''kari''
|tersisa
|-
|''katé'', ''kapé'', ''até'', ''apé''
|''arep''
|akan, hendak
|-
|''kathuken''
|''kadhemen'', ''katisen''
|kedinginan
|-
| rowspan="2" |''katok''
|''kathok''
|celana pendek
|-
|''clana''
|celana
|-
|''kebek''
|''kebak''
|penuh
|-
|''kecèk''
| -
|genangan air
|-
|''kèk''
|''wèh'', ''wènèh''
|beri
|-
|''keluyuran''
|''ngluyur'', ''kluyur-kluyur''
|berkeluyuran, bepergian tanpa tujuan
|-
| rowspan="2" |''kemalan''
|''kemalan''
|membual
|-
| -
|sok, berlagak
|-
|''kemaruk'', ''maruk''{{Efn|Dalam bahasa Jawa Standar, ''maruk'' memiliki arti 'bernafsu makan besar'.}}
|''srakah''
|serakah
|-
|''kemènyèk''
| -
|berlebihan, sok, berlagak
|-
| rowspan="2" |''kemu''
|''kemu''
|berkumur
|-
| -
|mengulum, menahan dalam mulut
|-
|''kenèk opo''
|''ngapa''
|mengapa, kenapa
|-
| rowspan="2" |''kerja''
|''kerja'', ''manjing''
|bekerja (profesi)
|-
|''nglakoni'', ''nindakaké''
|berkegiatan, melakukan
|-
|''kèri''
|''kari''
|tertinggal
|-
|''kètòk''
|''katon''
|terlihat
|-
|''kòn'', ''kòen''
|''kowé''
|kamu
|-
|''kòra'', ''kòra-kòra'', ''kòrah-kòrah''
|''umbah'', ''umbah-umbah''
|cuci (peralatan dapur)
|-
|''kòrèt''
| -
|sisa
|-
|''kósró'', ''kósróh''
|''kisruh''
|asal, sembarangan
|-
|''kòwa-kòwò'', ''kòwah-kòwòh''
|''plonga-plongo''
|kebingungan (ekspresi)
|-
|''kutang''
|''kotang''
|kutang, beha
|-
|''kutung''
| -
|kutang (baju tanpa lengan)
|-
|''lagèk'', ''gèk''
|''lagi''
|baru saja
|-
|''lagèkan''
|''agèkan'', ''lagiyan''
|lagi pula
|-
| rowspan="2" |''lapò''
|''lagi apa''
|sedang apa
|-
|''ngapa'', ''kenapa''
|mengapa, kenapa
|-
|''lapò'ò'', ''lapò ò''
|''ngapa'', ''kenapa''
|mengapa, kenapa
|-
|''lèk'', ''lak''
|''yèn''
|kalau, jika
|-
|''lék''
|''lik''{{Efn|Singkatan dari kata ''cilik'' dalam bahasa Jawa Standar yang berarti 'kecil'.}}
|paklik, bulik
|-
|''lèyèh''{{Efn|Dalam bahasa Jawa Standar, ''lèyèh'' memiliki arti 'bersandar'.}}, ''lèyèh-lèyèh''
| -
|bersantai-santai
|-
|''lugur'', ''lógór''
|''tiba''
|jatuh
|-
|''lòngòr''
|''goblog''
|bodoh
|-
| rowspan="2" |''macak''
|''dandan'', ''paès''
|solek, dandan
|-
| -
|bergaya (menyerupai sesuatu), bersikap (seolah-olah)
|-
|''maem''
|''mangan''
|makan
|-
|''maeng''
|''mau'', ''wau''
|tadi, baru saja
|-
|''mari''
|''rampung'', ''bubar'', ''bar''
|sudah, selesai
|-
|''masiò'', ''mbasiò''
|''senajan'', ''sanadyan'', ''masiya''
|meskipun
|-
|''matèk''
|''mati''
|mati
|-
|''mayak''
| -
|kurang ajar
|-
|''mèk''
|''mung''
|hanya, cuma
|-
|''mené''
|''sésuk''
|besok
|-
|''metangkring''
|''plangkring'', ''mlangkring''
|bertengger
|-
|''metantang''
| -
|membusungkan dada
|-
|''metantang-metèntèng''
| -
|berlagak
|-
|''metèntèng''
| -
|berayun
|-
|''metingkrang''
| -
|duduk dengan kaki terangkat
|-
|''metuntung''
| -
|menyembul
|-
|''mésó'', ''mésóh''
|''misuh'', ''ngipat''
|mengumpat, memaki
|-
|''mléngsé''
| -
|miring, tidak lurus
|-
|''mlété''
| -
|menjengkelkan
|-
| rowspan="3" |''muluk''
|''puluk'', ''muluk''
|makan dengan tangan kosong
|-
|''muluk'', ''muluk-muluk''
|meninggi, hal yang tinggi (tidak tercapai)
|-
| -
|mengepal
|-
| rowspan="2" |''nang'', ''néng''
|''nang'', ''ing''
|di
|-
|''nang'', ''menyang''
|ke
|-
| rowspan="2" |''nèk'', ''nak''
|''nang'', ''ing''
|di
|-
|''nang'', ''menyang''
|ke
|-
|''nèk''
|''yèn''
|kalau, jika
|-
|''ndang'', ''lang''
|''dang'', ''agé'', ''cepet''
|lekas (perintah)
|-
|''ndaniò''
| -
|apalagi jika
|-
|''nḍék'', ''nḍik'', ''ndhik''
|''ing''
|di
|-
|''ndhèk''
|''mau''
|tadi
|-
|''ngecembeng'', ''ngecembòng''
| -
|menggenang
|-
| rowspan="2" |''ngeres''
|''reged''
|kotor
|-
| -
|kotor (pikiran)
|-
|''nglamak'', ''ngamak''
| -
|kurang ajar
|-
|''nglèsòt''
|''klèsèd'', ''nglèsèd'', ''lèsèh''
|leseh, berlesehan
|-
|''ngòwòh''
|''mlongo''
|menganga
|-
|''òpò'ò'', ''òpòò''
|''ngapa''
|mengapa, kenapa
|-
|''pancet''
|''panggah''
|tetap
|-
|''patèk''
|''sepira'', ''patia''
|(tidak) seberapa
|-
|''pencét'', ''pencit''
| -
|mangga muda
|-
|''pèrèk''
|''sundel''
|sundal
|-
|''petèk''
|''pencèt''
|pencet
|-
| rowspan="2" |''pòl''
|''pol''
|batas ujung, maksimal
|-
|''men'', ''temen''
|sangat
|-
|''pòlaé''
|''marga''
|karena, sebab
|-
|''pòngòr''
|''antem''
|pukul
|-
|''rasan'', ''rasan-rasan''
|''rasanan''
|gosip, bergosip
|-
|''rèken''{{Efn|Dalam bahasa Jawa Standar, ''rèken'' memiliki arti 'menghargai' atau 'menyadari'.}}
| -
|gubris, peduli
|-
|''ròtuh''
|''runtuh''
|runtuh
|-
| rowspan="2" |''rusuh''
|''rusuh''
|rusuh, kotor
|-
|''ribut''
|ribut
|-
|''sak''
|''sa-'', ''se-''
|se- (bentuk terikat, awalan)
|-
|''sakper''{{Efn|''Sakper'' berasal dari gabungan kata ''sak'' dan pertandingan.}}
| -
|satu kali
|-
| rowspan="3" |''sék''
|''sik'', ''dhisik''
|terlebih dahulu
|-
|''sik'', ''mengko dhisik''
|tunggu sebentar (perintah)
|-
|''isih''
|masih
|-
|''sampèan'', ''samèn'', ''pèan''
|''sampéyan''
|kamu, Anda
|-
|''sampèk''
|''nganti''
|sampai, hingga
|-
|''santap''
| -
|hajar
|-
|''selang''
|''silih''
|pinjam
|-
|''semlóhé''
|''montok''
|seksi (tubuh)
|-
|''sèmpaḳ''
|''kathok''
|celana dalam
|-
|''senep''
|''mules''
|mulas (perut)
|-
|''séng''
|''sing'', ''kang''
|yang
|-
|''soalé''
|''marga''
|karena, sebab
|-
|''ta'', ''a''
|''ta''
| -kah (digunakan untuk mengukuhkan pertanyaan)
|-
| rowspan="2" |''temen'', ''temenan'', ''nemen''
|''temen'', ''tenan'', ''tenanan''
|benar, sungguh, sangat
|-
| -
|keterlaluan
|-
|''tèk''
|''wèk'', ''duwèk''
|milik
|-
| rowspan="2" |''tenger-tenger''
|''mlangkring''
|bertengger
|-
| -
|bersantai-santai
|-
| rowspan="2" |''tòntòk'', ''dòntòk'', ''nòntòk'', ''ndòntòk''
|''tonton''
|menonton, memerhatikan
|-
|''deleng''
|melihat
|-
| rowspan="2" |''tuwuk''{{Efn|Dalam bahasa Jawa Standar, ''tuwuk'' memiliki arti 'kenyang'.}}
|''kerep'', ''asring''
|acap, sering
|-
|''cukup''
|cukup, puas
|-
|''uman'', ''kuman'', ''kumanan''
|''komanan''
|kebagian
|-
|''umeḳ''
| -
|banyak bergerak, gelisah (perilaku)
|-
|''umum''{{Efn|Dalam bahasa Jawa Standar, ''umum'' memiliki arti 'umum'.}}
| -
|wajar
|-
| rowspan="2" |''waras''
|''waras''
|sehat (jasmani/rohani)
|-
|''mari''
|sembuh
|-
|''yòk òpò'', ''yò'òpò'', ''yòk nòpò''
|''kepriyé'', ''kepiyé'', ''piyé''
|bagaimana
|}
 
== Lihat pula ==