Vagueness: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ~ref |
k clean up, added orphan tag |
||
Baris 1:
{{Orphan|date=Januari 2023}}
{{judul miring}}
'''Vagueness''' atau kekaburan makna dalam [[linguistik]] dan [[filsafat]] , berkaitan dengan predikat kabur/ samar '''(vague)''' yang terjadi pada saat menetapkan batas-batas suatu definisi. Misalnya, kata sifat "tinggi" definisinya kabur ketika diterapkan pada seseorang yang memiliki postur "tinggi sedang". Sebaliknya, bilangan "prima" tidak kabur karena setiap bilangan pasti [[Bilangan prima|prima]] atau bukan. Kekaburan makna biasanya didiagnosis dengan kemampuan predikat untuk memunculkan kondisi [[:en:
Kekaburan makna adalah topik utama penelitian dalam [[:en:
== Arti penting ==
Konsep kekaburan makna memiliki arti penting dalam filsafat. Misalnya ketika seseorang ingin mengetahui definisi "benar" dalam pengertian moral. Ia menginginkan sebuah definisi yang mencakup tindakan yang jelas benar dan mengecualikan tindakan yang jelas salah; tetapi bagaimana dengan kasus batas? Beberapa filsuf mengatakan bahwa untuk kasus-kasus batas seseorang harus mencoba membuat definisi sementara meskipun tidak jelas, khusus untuk kasus-kasus terkait. Yang lain mengatakan bahwa andai memungkinkan ada seseorang yang mampu membuat definisi secara lebih tepat dibanding bahasa atau konsep biasa; mereka merekomendasikan orang tersebut untuk membuat [[:en:
=== Dalam hukum ===
Baris 17 ⟶ 19:
=== Logika fuzzy ===
''Artikel utama: [[:en:
Pendekatan teoretis logika fuzzy atau logika samar, dikembangkan matematikawan Amerika, [[:en:Lotfi_Zadeh|Lotfi Zadeh]].Teori ini mengusulkan transisi bertahap antara "kesalahan sempurna", misalnya, pernyataan " [[Bill Clinton]] botak", hingga "kebenaran sempurna", untuk, katakanlah, " [[Patrick Stewart]] botak". Dalam logika biasa, hanya ada dua nilai kebenaran: "benar" dan "salah". Perspektif samar berbeda dengan memperkenalkan konsep jumlah nilai kebenaran tak terbatas di sepanjang spektrum antara kebenaran sempurna hingga kepalsuan sempurna. Jika kebenaran sempurna diwakili oleh "1", dan kepalsuan sempurna dengan "0", kasus batas dianggap memiliki "nilai kebenaran" antara 0 dan 1 (misalnya, 0,6). Pendukung pendekatan logika samar termasuk KF Machina (1976)<ref>{{Cite journal|last=Machina|first=K. F|date=1976|title=Truth, belief, and vagueness|journal=Journal of Philosophical Logic|volume=5|pages=47-78}}</ref> dan Dorothy Edgington (1997).<ref>{{Cite book|last=Edgington|first=Dorothy|date=1997|title=Vagueness by Degrees|publisher=MIT Press|pages=294-316|url-status=live}}</ref>▼
▲Pendekatan teoretis logika fuzzy atau logika samar, dikembangkan matematikawan Amerika, [[:en:
=== Supervaluasionisme ===
''Artikel utama: [[:en:Supervaluationism|Supervaluationism]]''
Pendekatan teoretis lain dikenal sebagai " [[:en:Supervaluationism|supervaluasionisme]] ". Pendekatan ini dipertahankan oleh [[:en:
Dalam semantik supervaluasionis, seseorang dapat mendefinisikan predikat "supertrue" sebagai arti "benar pada semua [[presisifikasi]] (proses membuat pernyataan menjadi lebih tepat)".<ref>{{Cite web|title=precisification|url=https://www.wordsense.eu/precisification/|website=wordsense|access-date=07/12/2021}}</ref> Predikat ini tidak akan mengubah pernyataan semantik atomis (misal: "Frank botak", di mana Frank adalah kasus batas kebotakan), tetapi memiliki konsekuensi bagi pernyataan-pernyataan yang kompleks secara logis. Secara khusus, [[Tautologi (logika)|tautologi]] logika kalimat, seperti "Frank botak atau Frank tidak botak", akan menjadi supertrue, karena pada setiap kondisi kebotakan, "Frank botak" atau "Frank tidak botak" akan menjadi benar. Karena masalah penetapan batas makna tampaknya mengancam prinsip-prinsip seperti ini (tidak termasuk tengah), fakta bahwa supervaluasionisme dapat "menyelamatkan" mereka dipandang sebagai sebuah kebajikan.
Baris 41 ⟶ 40:
''Artikel utama: [[:en:Epistemicism|Epistemicism]]''
Pendekatan keempat, dikenal sebagai " pandangan [[:en:Epistemicist|ahli epistemis]] ", dikemukakan [[:en:
=== Sebagai properti objek ===
Satu kemungkinan lain yaitu bahwa kata-kata dan konsep seseorang sangat tepat, tetapi objeknya sendiri adalah kabur. Pertimbangkan contoh [[awan]] [[Peter Unger]] (dalam makalahnya yang terkenal tahun 1980, "''The Problem of the Many''"): letak batas awan itu tidak jelas. Untuk setiap butir uap air, orang bisa berdebat apakah itu bagian dari awan atau bukan; dan untuk seberapa banyak uap air disebut awan, orang tidak tahu bagaimana cara menjawabnya. Jadi istilah 'awan' bagi seseorang adalah tepat meski objeknya adalah kabur. Strategi ini tidak diterima dengan baik, sebagian karena makalah singkat [[:en:
Masih terkait, beberapa filsuf yang ingin mempertahankan konsep '''kekaburan ontologis''' sebagai fenomena metafisik, menganjurkan aturan-aturan deduksi alternatif melibatkan [[:en:
== Prinsip hukum ==
Dalam sistem hukum biasa, kekaburan berarti kemungkinan pembelaan legal melawan hukum dan peraturan lainnya. Asasnya adalah bahwa kekuasaan yang didelegasikan tidak dapat digunakan lebih luas dari yang dimaksudkan oleh delegator. Oleh karena itu, suatu peraturan mungkin cukup jelas untuk mengatur bidang-bidang di luar apa yang diperbolehkan oleh undang-undang. Sementara, beberapa peraturan mungkin akan "tidak berlaku karena kekaburan" sehingga tidak dapat diterapkan. Prinsip ini terkadang digunakan untuk mengakali peraturan yang melarang penjualan konten "eksplisit" atau "tidak menyenangkan" di kota tertentu. Pengadilan kerap menemukan bahwa ungkapan seperti itu terlalu luas sehingga memberikan keleluasaan kepada inspektur kota di luar apa yang diizinkan oleh undang-undang. Di AS ini dikenal sebagai [[:en:
== Lihat juga ==
* [[:en:
* [[:en:
* [[:en:
* [[:en:Obfuscation|Kebingungan]]
* [[Relevansi]]
Baris 76 ⟶ 75:
== Pranala luar ==
* [https://plato.stanford.edu/entries/vagueness/ "Vagueness"] entri dalam the ''[[:en:
[[Kategori:Filsafat bahasa]]
|