Bahasa Melayu Siak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Sebenar (bicara | kontrib)
Tag: kemungkinan menambah konten tanpa referensi atau referensi keliru Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Sebenar (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 38:
 
==Sejarah==
===Abstrak===
Menurut runtutan sejarahnya, bahasa Melayu Siak bukanlah benar-benar "bahasa Melayu", melainkan sejatinya merupakan salah satu [[dialek]] dari bahasa Minangkabau yang 'dicap' atau 'dilabeli' sebagai "Melayu". Pada masa klasik, perkembangan bahasa ini tidak dapat dipisahkan dari sejarah Kesultanan Siak Sri Indrapura, yang mana para pembesar kesultanan tersebut mayoritas memiliki darah etnis Minangkabau. Pada tatanan pembesar [[Yang Dipertuan Besar Siak]] pun sangat jelas bahwa para datuk dalam kesultanan ini merupakan keturunan langsung Minangkabau yang bermigrasi ke wilayah Siak.
===Peran Sultan dalam migrasi Minangkabau===
 
Pada tahun 1760an, Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah yang merupakan Sultan Siak ke-4 memiliki terobosan untuk menguasai jalur perdagangan di [[Sungai Siak]] dengan mengutus para pembesar dari suku Limopuluah (salah satu suku dalam bangsa Minangkabau) ke daerah Senapelan guna mengadakan musyawarah kerja sama untuk melemahkan pengaruh Belanda yang mendominasi perdagangan di area tersebut pada masa itu. Kemudian setelah ditemukan titik sepakat dengan para warga pribumi daerah Senapelan (kala itu didominasi oleh [[suku Bonai]]) dan dipersiapkan segala sesuatunya, sang sultan kemudian membawa serta seluruh perangkat kerajaan dan pindah ke Senapelan.
===Senapelan menjadi Pekanbaru===
 
Senapelan yang merupakan simpang lalu lintas perdagangan itu semakin ramai setelah menjadi ibu kota Kesultanan Siak. Pada masa perkembangannya, baginda sultan membangun sebuah pekan ({{lit}} '[[pasar]]') untuk mengurangi peran Petapahan yang sebelumnya menjadi pekan bagi saudagar-saudagar dari tanah Minangkabau. Selanjutnya, baginda membuka jalur transportasi menghubungkan dengan negeri-negeri (kini [[Daftar provinsi di Indonesia|provinsi-provinsi]]) penghasil lada, damar, kayu, gambir, dan rotan. Perekonomian yang semakin maju di Senapelan tersebut telah memotong jalur perdagangan ke hilir sungai Siak. Akibatnya, Mempura menjadi sepi dan Belanda dirugikan. Dikarenakan hal itulah, daerah Senapelan kemudian lebih dikenali sebagai [[Pekanbaru]] dan masih bertahan hingga saat ini.
===Konklusi dan kritik===
 
Rentetan sejarah tersebut lah yang menjadi faktor terbesar mengapa bahasa yang dituturkan di Siak maupun Pekanbaru (dan juga meliputi Kampar, Rokan Hilir, dan sebagainya) memiliki unsur linguistik Minangkabau yang sangat dominan dan kentara. Bagi masyarakat beretnis Minangkabau, variasi bahasa ini masih tetap dianggap sebagai bagian dari bahasa Minangkabau, namun bagi masyarakat Melayu, bahasa ini diklaim sebagai "Melayu" dikarenakan faktor egosentrisme yang cukup dilazimkan dalam tatanan masyarakat Melayu.