Kerajaan Sunda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
MaungNgora (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Menghapus banyak bagian yang bersumber dari naskah Wangsakerta, yang merupakan hoaks abad ke-20 (dibuat antara tahun 1910-1960).
Baris 74:
 
==== Catatan Perjalanan [[Tomé Pires]] dari [[Portugal]] ====
Dalam bukunya yang berjudul ''[[Suma Oriental]]'' (1513 - 15151513–1515) ia menulis bahwa:
 
{{cquote2|"Beberapa orang menegaskan bahwa kerajaan Sunda luasnya setengah dari seluruh pulau Jawa; sebagian lagi mengatakan bahwa Kerajaan Sunda luasnya sepertiga dari pulau Jawa dan ditambah seperdelapannya."}}
Baris 111:
 
== Berdirinya kerajaan Sunda ==
Kerajaan Sunda merupakan kerajaan yang berdiri menggantikan kerajaan [[Tarumanagara]] yang mengalami keruntuhan.WIlayah kekuasaannya meliputi bagian barat dari [[pulau Jawa]] dan membentang dari [[Ujung Kulon]] hingga ke [[Ci Sarayu]] dan [[Ci Pamali]].<ref>{{Cite book|last=BPS Provinsi Banten|date=2019|url=https://dmsppid.bantenprov.go.id/upload/dms/52/buku-pbda-2019-final.pdf|title=Pariwisata Banten dalam Angka Tahun 2019|publisher=Dinas Pariwisata Provinsi Banten|pages=47-48|url-status=live}}</ref> Keterangan tentang berdirinya Kerajaan Sunda sebagai penerus Kerajaan Tarumanagara diperoleh dari [[naskah Wangsakerta]], naskah yang oleh sebagian orang diragukan keasliannya serta diragukan sebagai sumber sejarah karena sangat sistematis.<ref>{{Cite Kerajaanjournal|last=Lubis|first=Nina SundaH.|date=2012-08-03|title=Kontroversi didirikanTentang olehNaskah [[Tarusbawa]] pada tahun 669 (591 Saka)Wangsakerta|url=https://jurnal.ugm.ac.id/jurnal-humaniora/article/view/741|journal=Humaniora|language=id|volume=14|issue=1|pages=20–26|doi=10.22146/jh.v14i1.741|doi-broken-date=31 KerajaanJuly ini2022|issn=2302-9269}}</ref><ref>{{Cite merupakannews|date=2013-12-14|title=Mengungkap suatuKontroversi kerajaanNaskah yangWangsakerta meliputi- wilayahRadar yang sekarang menjadi provinsi [[Banten]], [[DKI Jakarta]], [[Jawa Barat]], dan sebagian barat provinsi [[Jawa Tengah]]Cirebon|url=http://www.{{Butuhradarcirebon.com/mengungkap-kontroversi-naskah-wangsakerta-2.html|work=Radar rujukanCirebon|language=id-ID|access-date=2018-06-03}}</ref>
 
Sebelum berdiri sebagai kerajaan yang mandiri, Sunda merupakan bawahan [[Tarumanagara]]. Raja Tarumanagara yang terakhir, [[Sri Maharaja]] [[Linggawarman]] Atmahariwangsa Panunggalan Tirthabumi (memerintah hanya selama tiga tahun, [[666]]-[[669]] M), menikah dengan [[Déwi Ganggasari]] dari [[Indraprahasta]] dari [[Ganggasari]], dia memiliki dua anak, yang keduanya perempuan. [[Déwi Manasih]], putri sulungnya, menikah dengan [[Tarusbawa]] dari Sunda, sedangkan yang kedua, [[Sobakancana]], menikah dengan [[Dapunta Hyang Sri Jayanasa]], yang selanjutnya mendirikan [[Kerajaan Sriwijaya]]. Setelah [[Linggawarman]] meninggal, kekuasaan [[Tarumanagara]] turun kepada menantunya, Tarusbawa. Hal ini menyebabkan penguasa [[Galuh]], [[Wretikandayun]] ([[612]]-[[702]]) memberontak, melepaskan diri dari Tarumanagara, serta mendirikan [[Kerajaan Galuh]] yang mandiri. Tarusbawa juga menginginkan melanjutkan kerajaan Tarumanagara, dan selanjutnya memindahkan kekuasaannya ke Sunda, di hulu sungai Cipakancilan dimana di daerah tersebut sungai [[Ciliwung]] dan sungai [[Cisadane]] berdekatan dan berjajar, dekat [[Kota Bogor|Bogor]] saat ini. Sedangkan Tarumanagara diubah menjadi bawahannya. Dia dinobatkan sebagai raja Sunda pada hari Radite [[Pon]], 9 Suklapaksa, bulan Yista, tahun 519 Saka (kira-kira [[18 Mei]] [[669]] M). Sunda dan Galuh ini berbatasan, dengan batas kerajaannya yaitu [[sungai Citarum]] (Sunda di sebelah barat, Galuh di sebelah timur).
 
== Wilayah kekuasaan ==
Berdasarkan naskah primer berbahasa [[Bahasa Sunda Kuno|Sunda kuno]] [[Perjalanan Bujangga Manik|''Perjalanan Bujangga Manik'']] (yang menceriterakan perjalanan Bujangga Manik, seorang pendeta [[Hindu]] [[Sunda]] yang mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di Pulau Jawa dan Bali pada awal abad ke-16), yang saat ini disimpan pada Perpustakaan Boedlian, [[Oxford University]], [[Inggris]] sejak tahun [[1627]]), batas Kerajaan Sunda di sebelah timur adalah Ci Pamali ("Sungai Pamali", sekarang disebut sebagai Kali Brebes) dan Ci Serayu (yang saat ini disebut Kali Serayu) di Provinsi [[Jawa Tengah]]. Kerajaan Sunda yang beribukota di [[Pajajaran]] juga mencakup wilayah bagian selatan pulau Sumatra. Setelah Kerajaan Sunda diruntuhkan oleh [[Kesultanan Banten]] maka kekuasaan atas wilayah selatan Sumatra dilanjutkan oleh Kesultanan Banten.<ref name="Claude Guillot">{{cite book|last =Guillot|first =Claude.|publisher= Gramedia Book Publishing Division|title = The Sultanate of Banten|date =|year =1990|id= ISBN 979-403-922-5}}</ref>
 
Menurut [[Naskah Wangsakerta]], wilayah Kerajaan Sunda mencakup juga daerah yang saat ini menjadi Provinsi [[Lampung]] melalui pernikahan antara keluarga Kerajaan Sunda dan Lampung. Lampung dipisahkan dari bagian lain kerajaan Sunda oleh [[Selat Sunda]].
 
== Persekutuan antara Sunda dan Galuh ==
Putera [[Tarusbawa]] yang terbesar, Rarkyan Sundasambawa, wafat saat masih muda, meninggalkan seorang anak perempuan, Nay Sekarkancana. Cucu Tarusbawa ini lantas dinikahi oleh Rahyang [[Sanjaya, Rakai Mataram|Sanjaya]] dari [[Galuh]], sampai mempunyai seorang putera, Rahyang Tamperan.{{fact}}
 
Ibu dari Sanjaya adalah Sanaha, cucu Ratu [[Shima]] dari [[Kalingga]] di [[Jepara]]. Ayah dari Sanjaya adalah [[Sanna|Bratasenawa/Sena/Sanna]], Raja Galuh ketiga sekaligus teman dekat Tarusbawa. [[Sanna|Sena]] adalah cucu [[Wretikandayun]] dari putera bungsunya, [[Suraghana|Mandiminyak]], raja Galuh kedua (702-709 M). Sena pada tahun 716 M dikudeta dari tahta Galuh oleh Purbasora. Purbasora dan [[Sena]] sebenarnya adalah saudara satu ibu, tetapi lain ayah.{{fact}}
 
Sena dan keluarganya menyelamatkan diri ke [[Pakuan Pajajaran]], pusat Kerajaan Sunda, dan meminta pertolongan pada Tarusbawa. [[Wretikandayun]], kakek Sena, sebelumnya menuntut Tarusbawa untuk memisahkan [[Kerajaan Galuh]] dari [[Tarumanegara]]. Dikemudian hari, Sanjaya yang merupakan penerus Kerajaan Galuh yang sah, menyerang Galuh dengan bantuan Tarusbawa. Penyerangan ini bertujuan untuk melengserkan Purbasora.{{fact}}
 
Saat Tarusbawa meninggal (tahun [[723]]), kekuasaan Sunda dan Galuh berada di tangan Sanjaya. Di tangan Sanjaya, Sunda dan Galuh bersatu kembali. Tahun 732, Sanjaya menyerahkan kekuasaan Sunda-Galuh kepada puteranya Rarkyan Panaraban (Tamperan). Di [[Kalingga]] Sanjaya memegang kekuasaan selama 22 tahun ([[732]]-[[754]]), yang kemudian diganti oleh puteranya dari Déwi Sudiwara, yaitu [[Rakai Panangkaran]]. Rarkyan Panaraban berkuasa di Sunda-Galuh selama tujuh tahun (732-739), lalu membagi kekuasaan pada dua puteranya; Sang Manarah (dalam cerita rakyat disebut Ciung Wanara) di Galuh, serta Sang Banga (Hariang Banga) di Sunda.<ref>{{Cite web|last=Parinduri|first=Alhidayath|date=4 Februari 2021|title=Sejarah Kerajaan Sunda Galuh, Keruntuhan & Peninggalan Pajajaran|url=https://tirto.id/sejarah-kerajaan-sunda-galuh-keruntuhan-peninggalan-pajajaran-f9SR|website=Tirto|access-date=1 Maret 2021}}</ref>
 
Sang Banga (Prabhu Kertabhuwana Yasawiguna Hajimulya) menjadi raja selama 27 tahun ([[739]]-[[766]]), tetapi hanya menguasai Sunda dari tahun [[759]]. Dari Déwi Kancanasari, keturunan Demunawan dari Saunggalah, Sang Banga mempunyai putera bernama Rarkyan Medang, yang kemudian meneruskan kekuasaanya di Sunda selama 17 tahun ([[766]]-[[783]]) dengan gelar Prabhu Hulukujang. Karena anaknya perempuan, Rakryan Medang mewariskan kekuasaanya kepada menantunya, Rakryan Hujungkulon atau Prabhu Gilingwesi dari Galuh, yang menguasai Sunda selama 12 tahun ([[783]]-[[795]]).<ref name=":0">{{Cite web|date=2 November 2018|title=Sejarah Kerajaan Sunda|url=https://www.berkasilmu.com/sejarah-kerajaan-sunda/|website=Berkas Ilmu|access-date=1 Maret 2021}}</ref>
 
Karena Rakryan Hujungkulon inipun hanya mempunyai anak perempuan, maka kekuasaan Sunda lantas jatuh ke menantunya, Rakryan Diwus (dengan gelar Prabu Pucukbhumi Dharmeswara) yang berkuasa selama 24 tahun ([[795]]-[[819]]). Dari Rakryan Diwus, kekuasaan Sunda jatuh ke puteranya, Rakryan Wuwus, yang menikah dengan putera dari Sang Welengan (raja Galuh, [[806]]-[[813]]). Kekuasaan Galuh juga jatuh kepadanya saat saudara iparnya, Sang Prabhu Linggabhumi (813-[[842]]), meninggal dunia. Kekuasaan Sunda-Galuh dipegang oleh Rakryan Wuwus dengan gelar ''Prabhu Gajahkulon'' sampai ia wafat tahun [[891]].<ref name=":0" />
 
Sepeninggal Rakryan Wuwus, kekuasaan Sunda-Galuh jatuh ke adik iparnya dari Galuh, Arya Kadatwan. Hanya saja, karena tidak disukai oleh para pembesar dari Sunda, ia dibunuh tahun 895, sedangkan kekuasaannya diturunkan ke putranya, Rakryan Windusakti. Kekuasaan ini lantas diturunkan pada putera sulungnya, Rakryan Kamuninggading (913). Rakryan Kamuninggading menguasai Sunda-Galuh hanya tiga tahun, sebab kemudian direbut oleh adiknya, Rakryan Jayagiri (916). Rakryan Jayagiri berkuasa selama 28 tahun, kemudian diwariskan kepada menantunya, Rakryan Watuagung, tahun 942. Melanjutkan dendam orangtuanya, Rakryan Watuagung direbut kekuasaannya oleh keponakannya (putera Kamuninggading), Sang Limburkancana (954-964).<ref name=":0" />
 
Dari Limburkancana, kekuasaan Sunda-Galuh diwariskan oleh putera sulungnya, Rakryan Sundasambawa (964-973). Karena tidak mempunyai putera dari Sundasambawa, kekuasaan tersebut jatuh ke adik iparnya, Rakryan Jayagiri (973-989). Rakryan Jayagiri mewariskan kekuasaannya ka puteranya, Rakryan Gendang (989-1012), dilanjutkan oleh cucunya, Prabhu Déwasanghyang (1012-1019). Dari Déwasanghyang, kekuasaan diwariskan kepada puteranya, lalu ke cucunya yang membuat prasasti Cibadak, Sri Jayabhupati (1030-1042). Sri Jayabhupati adalah menantu dari [[Dharmawangsa Teguh]] dari Jawa Timur, mertua raja [[Airlangga]] (1030-1042).<ref name=":0" />
 
Dari Sri Jayabhupati, kekuasaan diwariskan kepada putranya, Dharmaraja (1042-1064), lalu ke cucu menantunya, Prabhu Langlangbhumi (1064-1154). Prabu Langlangbhumi dilanjutkan oleh putranya, Rakryan Jayagiri (1154-[[1156]]), lantas oleh cucunya, Prabhu Dharmakusuma (1156-[[1175]]). Dari Prabu Dharmakusuma, kekuasaan Sunda-Galuh diwariskan kepada putranya, [[Darmasiksa|Prabhu Guru Dharmasiksa]], yang memerintah selama 122 tahun (1175-1297). Dharmasiksa memimpin Sunda-Galuh dari Saunggalah selama 12 tahun, tetapi kemudian memindahkan pusat pemerintahan kepada [[Pakuan Pajajaran]], kembali lagi ke tempat awal moyangnya (Tarusbawa) memimpin kerajaan Sunda.{{fact}}
 
Sepeninggal Dharmasiksa, kekuasaan Sunda-Galuh turun ke putranya yang terbesar, Rakryan Saunggalah (Prabhu Ragasuci), yang berkuasa selama enam tahun (1297-1303). Prabhu Ragasuci kemudian diganti oleh putranya, Prabhu Citraganda, yang berkuasa selama delapan tahun (1303-1311), kemudian oleh keturunannya lagi, Prabu Linggadéwata (1311-1333). Karena hanya mempunyai anak perempuan, Linggadéwata menurunkan kekuasaannya ke menantunya, Prabu Ajiguna Linggawisésa (1333-1340), kemudian ke Prabu Ragamulya Luhurprabawa (1340-1350). Dari Prabu Ragamulya, kekuasaan diwariskan ke putranya, Prabu Maharaja Linggabuanawisésa (1350-1357), yang di ujung kekuasaannya gugur saat [[Tragedi Bubat|Perang Bubat]]. Karena saat kejadian di Bubat, putranya—Niskalawastukancana—masih kecil, kekuasaan Sunda sementara dipegang oleh Patih Mangkubumi Sang Prabu Bunisora (1357-1371).<ref name=":0" />
 
Sapeninggal Prabu Bunisora, kekuasaan kembali lagi ke putra Linggabuana, [[Niskala Wastu Kancana]], yang kemudian memimpin selama 104 tahun (1371-1475). Dari isteri pertama, Nay Ratna Sarkati, ia mempunyai putera Sang Haliwungan (Prabu Susuktunggal), yang diberi kekuasaan bawahan di daerah sebelah barat Citarum (daerah asal Sunda). Prabu Susuktunggal yang berkuasa dari Pakuan Pajajaran, membangun pusat pemerintahan ini dengan mendirikan keraton Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati. Pemerintahannya terbilang lama (1382-1482), sebab sudah dimulai saat ayahnya masih berkuasa di daerah timur. Dari Nay Ratna Mayangsari, istrinya yang kedua, ia mempunyai putera Ningratkancana (Prabu Déwaniskala), yang meneruskan kekuasaan ayahnya di daerah Galuh (1475-1482).<ref name=":0" />
 
Susuktunggal dan Ningratkancana menyatukan ahli warisnya dengan menikahkan Jayadéwata (putra Ningratkancana) dengan Ambetkasih (putra Susuktunggal). Tahun 1482, kekuasaan Sunda dan Galuh disatukan lagi oleh Jayadéwata, yang bergelar [[Sri Baduga Maharaja]].{{fact}}
 
== Daftar raja-raja Sunda ==
Daftar raja-raja Sunda memiliki dua versi dan sumber sejarah. Versi pertama ditemukan berdasarkan temuan arkeologi berupa prasasti dan versi kedua urutan raja Sunda menurut [[Naskah Wangsakerta]].
=== Berdasarkan arkeologi dan catatan bangsa asing ===
Nama raja-raja Sunda yang berdasarkan bukti arkeologis berupa prasasti-prasasti, serta catatan bangsa asing sbb.:
Baris 175 ⟶ 145:
|[[Surawisesa|Ratu Samian/Rei Samião]] (Ratu Sanghyang)
|{{circa|1521–1535}}
|[[Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal|Padrão dan Perjanjian Sunda-Portugal]] (1522) & {{br}}''Décadas da Ásia'' (1777-781777–78, [[João de Barros|De Barros]])
|}
 
=== Raja-raja Sunda dari tahun (1482 – 1579) ===
=== Berdasarkan Naskah Wangsakerta ===
Masa pemerintahan raja-raja Sunda secara terperinci dan lengkap termuat dalam [[Naskah Wangsakerta]] (waktu berkuasa dalam tahun [[Masehi]]):
{| class="wikitable" border="1" cellpadding="3" style="font-size: 95%" width="650" align="center"
|+Raja-raja Sunda berdasarkan [[Naskah Wangsakerta]]
|- bgcolor="lightgrey"
!No
!Raja
!Masa pemerintahan
!Keterangan
|-
| align="center" |'''1'''
||[[Sri Maharaja Tarusbawa|Maharaja Tarusbawa]]
| align="center" |[[669]]-[[723]]
||
|-
| align="center" |'''2'''
||[[Sanjaya dari Mataram|Sanjaya Harisdarma]]
| align="center" |[[723]]-[[732]]
||cucu-menantu no. 1
|-
| align="center" |'''3'''
||Tamperan Barmawijaya
| align="center" |[[732]]-[[739]]
||
|-
| align="center" |'''4'''
||Rakeyan Banga
| align="center" |[[739]]-[[766]]
||
|-
| align="center" |'''5'''
||Rakeyan Medang Prabu Hulukujang
| align="center" |[[766]]-[[783]]
||
|-
| align="center" |'''6'''
||Prabu Gilingwesi
| align="center" |[[783]]-[[795]]
||menantu no. 5
|-
| align="center" |'''7'''
||Pucukbumi Darmeswara
| align="center" |[[795]]-[[819]]
||menantu no. 6
|-
| align="center" |'''8'''
||Prabu Gajah Kulon Rakeyan Wuwus
| align="center" |[[819]]-[[891]]
||
|-
| align="center" |'''9'''
||Prabu Darmaraksa
| align="center" |[[891]]-[[895]]
||adik-ipar no. 8
|-
| align="center" |'''10'''
||Windusakti Prabu Dewageng
| align="center" |[[895]]-[[913]]
||
|-
| align="center" |'''11'''
||Rakeyan Kemuning Gading Prabu Pucukwesi
| align="center" |[[913]]-[[916]]
||
|-
| align="center" |'''12'''
||Rakeyan Jayagiri Prabu Wanayasa
| align="center" |[[916]]-[[942]]
||menantu no. 11
|-
| align="center" |'''13'''
||Prabu Resi Atmayadarma Hariwangsa
| align="center" |[[942]]-[[954]]
||
|-
| align="center" |'''14'''
||Limbur Kancana
| align="center" |[[954]]-[[964]]
||anak no. 11
|-
| align="center" |'''15'''
||Prabu Munding Ganawirya
| align="center" |[[964]]-[[973]]
||
|-
| align="center" |'''16'''
||Prabu Jayagiri Rakeyan Wulung Gadung
| align="center" |[[973]]-[[989]]
||
|-
| align="center" |'''17'''
||Prabu Brajawisesa
| align="center" |[[989]]-[[1012]]
||
|-
| align="center" |'''18'''
||Prabu Dewa Sanghyang
| align="center" |[[1012]]-[[1019]]
||
|-
| align="center" |'''19'''
||Prabu Sanghyang Ageng
| align="center" |[[1019]]-[[1030]]
||
|-
| align="center" |'''20'''
||[[Sri Jayabhupati|Prabu Detya Maharaja Sri Jayabupati]]
| align="center" |[[1030]]-[[1042]]
||
|-
|}
 
<font size=1>Catatan: ''Kecuali Tarusbawa (no. 1), Banga (no. 4), dan Darmeswara (no. 7) yang hanya berkuasa di kawasan sebelah barat [[Sungai Citarum]], raja-raja yang lainnya berkuasa di Sunda dan Galuh.''</font>
{| class="wikitable" border="1" cellpadding="3" style="font-size: 95%" width="650" align="center"
|+ '''Raja - Raja Galuh sampai Prabu Gajah Kulon'''
|- bgcolor=lightgrey
!No
!Raja
!Masa pemerintahan
!Keterangan
|-
|align=center|'''1'''
||[[Wretikandayun]]
|align=center|[[670]]-[[702]]
||
|-
|align=center|'''2'''
||[[Suraghana|Rahyang Mandiminyak]]
|align=center|[[702]]-[[709]]
||
|-
|align=center|'''3'''
|[[Sanna|Rahyang Bratasenawa]]
|align=center|[[709]]-[[716]]
||
|-
|align=center|'''4'''
|Rahyang Purbasora
|align=center|[[716]]-[[723]]
||sepupu no. 3
|-
|align=center|'''5'''
|[[Sanjaya dari Mataram|Sanjaya Harisdarma]]
|align=center|[[723]]-[[724]]
||anak no. 3
|-
|align=center|'''6'''
|Adimulya Premana Dikusuma
|align=center|[[724]]-[[725]]
||cucu no. 4
|-
|align=center|'''7'''
|Tamperan Barmawijaya
|align=center|[[725]]-[[739]]
||anak no. 5
|-
|align=center|'''8'''
|Manarah
|align=center|[[739]]-[[783]]
||anak no. 6
|-
|align=center|'''9'''
|Guruminda Sang Minisri
|align=center|[[783]]-[[799]]
||menantu no. 8
|-
|align=center|'''10'''
|Prabhu Kretayasa Dewakusalesywara Sang Triwulan
|align=center|[[799]]-[[806]]
||
|-
|align=center|'''11'''
|Sang Walengan
|align=center|[[806]]-[[813]]
||
|-
|align=center|'''12'''
|Prabu Linggabumi
|align=center|[[813]]-[[852]]
||
|-
|align=center|'''13'''
|Prabu Gajah Kulon Rakeyan Wuwus
|align=center|[[819]]-[[891]]
||ipar no. 12
|-
|}
 
<font size=1>Catatan: ''Sanjaya Harisdarma (no. 5) dan Tamperan Barmawijaya (no. 7) sempat berkuasa di Sunda dan Galuh. Penyatukan kembali kedua kerajaan Sunda dan Galuh dilakukan kembali oleh Prabu Gajah Kulon (no. 13).''</font>
{| class="wikitable" border="1" cellpadding="3" style="font-size: 95%" width="650" align="center"
|+Raja - Raja Sunda dari tahun (1042 - 1482)
|- bgcolor=lightgrey
!No
!Raja
!Masa pemerintahan
!Keterangan
|-
|align=center|'''1'''
||Darmaraja
|align=center|[[1042]]-[[1065]]
||
|-
|align=center|'''2'''
||Langlangbumi
|align=center|[[1065]]-[[1155]]
||
|-
|align=center|'''3'''
||Rakeyan Jayagiri Prabu Ménakluhur
|align=center|[[1155]]-[[1157]]
||
|-
|align=center|'''4'''
||Darmakusuma
|align=center|[[1157]]-[[1175]]
||
|-
|align=center|'''5'''
||[[Darmasiksa|Darmasiksa Prabu Sanghyang Wisnu]]
|align=center|[[1175]]-[[1297]]
||
|-
|align=center|'''6'''
||Ragasuci
|align=center|[[1297]]-[[1303]]
||
|-
|align=center|'''7'''
||Citraganda
|align=center|[[1303]]-[[1311]]
||
|-
|align=center|'''8'''
||Prabu Linggadéwata
|align=center|[[1311]]-[[1333]]
||
|-
|align=center|'''9'''
||Prabu Ajiguna Linggawisésa
|align=center|[[1333]]-[[1340]]
||menantu no. 8
|-
|align=center|'''10'''
||Prabu Ragamulya Luhurprabawa
|align=center|[[1340]]-[[1350]]
||
|-
|align=center|'''11'''
||[[Linggabuana|Prabu Maharaja Linggabuanawisésa]]
|align=center|[[1350]]-[[1357]]
||gugur dalam Perang Bubat
|-
|align=center|'''12'''
||[[Bunisora|Prabu Bunisora]]
|align=center|[[1357]]-[[1371]]
||paman no. 13
|-
|align=center|'''13'''
||[[Niskala Wastu Kancana|Prabu Niskala Wastu Kancana]]
|align=center|[[1371]]-[[1475]]
||anak no. 11
|-
|align=center|'''14'''
||[[Susuk Tunggal|Prabu Susuktunggal]]
|align=center|[[1475]]-[[1482]]
||anak No.13/ Raja Sunda
|-
|align=center|'''14'''
||[[Dewa Niskala|Prabu Dewa Niskala]]
|align=center|[[1475]]-[[1482]]
||anak No.13/ Raja Galuh
|}
 
=== Raja - Raja Sunda dari tahun (1482 - 1579) ===
 
# [[Sri Baduga Maharaja]] (1482 – 1521), bertakhta di Pakuan (Bogor sekarang)
Baris 457 ⟶ 154:
# [[Ratu Dewata]] (1535 – 1543), bertakhta di Pakuan
# [[Ratu Sakti]] (1543 – 1551), bertakhta di Pakuan
# [[Ratu Nilakendra]] (1551-1567), meninggalkan Pakuan karena serangan Sultan Maulana Hasanuddin dan anaknya, Maulana Yusuf
# [[Raga Mulya]] (1567 – 1579), dikenal sebagai Prabu Surya Kencana, memerintah dari Pandeglang.
 
== Perjanjian Dengan Portugal ==
[[Berkas:Padrao sunda kelapa.jpg|jmpl|299x299px|[[Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal]], sebuah tugu batu untuk memperingati perjanjian antara Kerajaan Portugal dan Sunda yang saat ini berada di Museum Nasional Indonesia, Jakarta.]]
Pada tahun [[1522]], Kerajaan Sunda menandatangani [[Prasasti Perjanjian Sunda-Portugis|Perjanjian Sunda-Portugis]] yang membolehkan orang Portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhan [[Sunda Kelapa]]. Sebagai imbalannya, Portugis diharuskan memberi bantuan militer kepada Kerajaan Sunda dalam menghadapi serangan dari [[Kesultanan Demak|Demak]] dan [[Kesultanan Cirebon|Cirebon]] <ref>{{cite book|last=|author=Herwig Zahorka|first=|date=|year=2007|url=|title=The Sunda Kingdoms of West Java: From Tarumanagara to Pakuan Pajajaran with the Royal Center of Bogor|publisher=Yayasan Cipta Loka Caraka|accessdate=}}</ref> yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda.
 
== Garis waktu ==
 
== Lihat pula ==