Kecapi (buah): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
Baris 30:
Kecapi diperkirakan berasal dari [[Indocina]] dan [[Semenanjung Malaya]]. Berabad-abad yang silam, tumbuhan ini dibawa dan dimasukkan ke [[India]], [[Indonesia]] ([[Borneo]], ([[Sulawesi]]),[[Maluku]], [[Tapanuli]]), [[Mauritius]], dan [[Filipina]], di mana tanaman buah ini kemudian menjadi populer, ditanam secara luas dan mengalami [[naturalisasi]], dalam bahasa [[Batak]] disebut [[Sotul]] atau dalam bahasa [[Toraja]] disebut [[Katapi]].
Pohon ini ditanam terutama karena diharapkan buahnya, yang berasa asam sepat dan kadang terdapat tekstur manis ketika sudah matang. Kulit buahnya yang berdaging tebal dengan biji di bagian dalam mirip buah [[manggis]]. Buahnya kerap dimakan dalam keadaan segar atau dimasak lebih dulu, dijadikan bumbu masakan, manisan, rujak, atau [[marmalade]]. Masyarakat [[Toraja]] di Sulawesi Selatan menggunakan buah tanaman ini sebagai bumbu masakan penguat rasa masam segar untuk hidangan kuah ikan, dll.
Kayu kecapi bermutu baik sebagai bahan konstruksi rumah, bahan perkakas atau kerajinan, mudah dikerjakan, dan mudah dipoles.
Berbagai bagian pohon kecapi memiliki khasiat [[obat]]. Rebusan daunnya digunakan sebagai penurun [[demam]]. Serbuk kulit batangnya untuk pengobatan [[cacing gelang]]. Akarnya untuk obat [[kembung]], sakit perut, dan [[diare]]; serta untuk penguat tubuh wanita setelah melahirkan.
Kecapi ada dua macam, yakni dengan daun tua sebelum gugur berwarna kuning dan yang berwarna merah. Dahulu, kedua [[varietas]] ini dianggap sebagai [[spesies]] yang berbeda (''Sandoricum indicum'' berdaun kuning dan ''S. nervosum'' berdaun merah).
|