Staphylococcus aureus: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Adnan Chaldun (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Adnan Chaldun (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 41:
== Patogenisitas ''S. aureus'' ==
{{Cleanup rewrite|date=Juni 2021}}
Menurut Warsa (1994) dalam Sri Agung. F.K. (2009), sebagian bakteri ''Staphylococcus'' merupakan flora normal pada kulit, saluran pernafasanpernapasan, dan saluran pencernaan makanan pada manusia. Selain itu, bakteri ini juga ditemukan di udara dan lingkungan sekitar. ''S. aureus'' yang pathogenpatogen bersifat invasiveinvasif, menyebabkan hemolisis, membentuk koagulase, dan mampu meragikan mannitol.
 
Menurut Sri Agung. F.K. (2009). Infeksi yang disebabkan oleh ''S.aureus'' ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai abses bernanah. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh ''S.aureus'' diantaranyadi antaranya adalah bisul, jerawat, impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat diantaranyadi antaranya pneumonia, mastitis, phlebitis, meningitis, infeksi saluran kemih, osteomyelitis, dan endocarditis. ''S. aureus'' juga merupakan penyebab utama infeksi nosocomialnosokomial, keracunan makanan, dan sindromasindrom syok toksik (Ryan, ''et. al.,'' 1994; Warsa, 1994).
 
Keracunan makanan yang disebabkan oleh kontaminasi enterotoksin dari ''S. aureus,'' waktu onset dari gejala keracunan biasanya cepat dan akut, tergantung pada daya tahan tubuh dan banyaknya toksin yang termakan. Jumlah toksin yang dapat menyebabkan keracunan makanan adalah 1,0 µg/gr makanan (Sri Agung. F.K. (2009). Gejala keracunan ditandai dengan mual, muntah-muntah, dan diare yang hebat tanpa disertai demam (Ryan, ''et. al.,'' 1994; Jawetz, ''et. al.,'' 1995).
 
''S. aureus'' akan sangat bergantung pada kepekaan setiap individu terhadap toksin, jumlah makanan tercemar yang dikonsumsi dan status kesehatan individu tersebut. Pada umumnya makanan dapat tercemar dibawah suhu 4°C. Gejala yang paling umum akibat keracunan enterotoksin adalah mual, muntah, kram pada perut (''abdomen''), dan diare. Pada tingkatan yang lebih parah terjadi sakit kepala, kram otot, peningkatan denyut nadi, perubahan tekanan darah, dan kadang-kadang sampai pingsan. Cara untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan mengganti cairan, garam, dan mineral yang hilang akibat diare dan muntah (Todar, 2005).
 
== Faktor Virulensi ''S. aureus'' ==