Saat Teuku Ben Mahmud berperang melawan Belanda, lalu Teuku Raja Sawang bertindak atas nama uleebalang Blangpidie yang menandatangani ''Korte Verklaring'' dengan Belanda pada tahun 1880.
Pada 1885, Teuku Ben Mahmud ditunjuk oleh Sultan Aceh sebagai uleebalang Blangpidie dengan gelar Teuku Bentara Blang Mahmud Setia Raja. Sedangkan berdasarkan besluit Belanda untuk kenegerian Kuta Bate (Blangpidie) dijabat Teuku Raja Sawang berdasarkan Korte Verklaring Pulo Kayee tahun 1884.
Baru pada tahun 1908, Belanda mengembalikan hak Teuku Ben Mahmud sebagai uleebalang Blangpidie setelah ia turun gunung. Dengan permintaan kepada Pemerintah Hindia Belanda bahwa negeri Kuta Bate (Blangpidie) dan PuloPulau KayeeKayu merupakan negeri mandiriotonom yang berdiri sendiri-sendiriterpisah. Pengukuhan perjanjian itu dituangkan dalam Akta No.10 tanggal 15 Juni 1901, ketika Teuku Raja Cut bin Teuku Raja Sawang menjabat sebagai uleebalang Pulau Kayu. Akan tetapi, akta tersebut tidak sempat dilaksanakan karenaoleh terjadimertua Teuku Raja Cut yaitu Teuku Umar (uleebalang cut Pulau Kayu setelah kematian Teuku Raja Cut), sehingga lama-kelamaan keturunan Teuku Ben Mahmud dianggap sebagai penguasa terhadap kedua kenegerian tersebut.
Setelah kematian Teuku Raja Cut bin Teuku Raja Sawang, keturunan dari Teuku Ben Mahmud yang dianggap sebagai penguasa sah di Blangpidie. Sepeninggal Teuku Ben Mahmud, kenegerian Blangpidie dipimpin oleh Teuku Banta Sulaiman bin Teuku Ben Mahmud. Seterusnya dipimpin Teuku Sabi bin Teuku Banta Sulaiman hingga menjelang kemerdekaan [[Indonesia]]. ▼
Pada tahun 1910, kenegerian Blangpidie terdiri dari empat Uleebalang Cut, yaitu:
Pulo Kayee, yang dipimpin oleh Teuku Umar, mertua Teuku Raja Cut. Wilayahnya terdiri dari Keude Pulo Kayee, Alue Sungai Pinang, Guhang, Ladang Neubok, Padang Glumpang, Iku Lhueng, Paya Pisang Klat, Lhueng Tarok, Lhueng Asan, Gunong Cut, serta Alue Rambot.
Kuta Tuha, dipimpin oleh Teuku Ben Mahmud Blangpidie, yang meliputi wilayah yaitu, Kuta Batee dan Pante Ara, yang kemudian berkembang menjadi Keude Siblah.
Lampoh Drien, dipimpin oleh Teuku Dirih, meliptui wilayah Seunaloh, Kuta Padang, Kuta Tutong, Lampoh Drien, Alue Badeuk, serta Alue Keubeu Jagat.
Kuta Tinggi, dipimpin oleh Teuku Lampoh U dan anaknya, Teuku Raja Itam yang meliputi wilayah Mata Ie, Kuta Tinggi, Panton
▲Setelah kematian Teuku Raja Cut bin Teuku Raja Sawang, keturunan dari Teuku Ben Mahmud yang dianggap sebagai penguasa sah di Blangpidie. Sepeninggal Teuku Ben Mahmud, kenegerian Blangpidie dipimpin oleh Teuku Banta Sulaiman bin Teuku Ben Mahmud. Seterusnya dipimpin Teuku Sabi bin Teuku Banta Sulaiman hingga menjelang kemerdekaan [[Indonesia]].
===Perjuangan===
|