Teguh Esha: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Sentot Sentausa (bicara | kontrib)
Baris 32:
Kebesaran nama Teguh Esha tak lepas dari salah seorang mentor dalam karier kepenulisannya yaitu [[Asbari Nurpatria Krisna]] sehingga gaya kepenulisannya bergaya sastra-jurnalistik, yang mengolah fakta menjadi fiksi. Kala itu, Asbari menyarankanya untuk menjadi wartawan terlebih dahulu, baru kemudian menjadi sastrawan untuk memperkaya karakter tokoh dalam novelnya. Meskipun menjadi sastrawan ia tempatkan sebagai kerja sampingan, tetapi ia mampu menulis cukup produktif. Satu novel dapat ia selesaikan dalam waktu dua bulan. Bersama Djoko dan Kadjat, ia menerbitkan majalah ''Sonata'' dan menjabat sebagai wakil pemimpin redaksi ([[1971]]-[[1973]]). Kemudian ia menerbitkan majalah Le Laki, menjabat sebagai pemimpin redaksi ([[1974]]-[[1977]]). Di majalah inilah ia menulis cerita bersambung ‘Dewi Besser’.
=== Karier novelis ===
Tahun [[1977]], ia kembali mengangkat cerita ''Ali Topan Anak Jalanan'' ke dalam sebuah novel, yang diterbitkan oleh penerbit Cypress. Penerbitan ‘Ali Topan Anak Jalanan’ pada tahun itu meledak. Dalam jangka waktu enam bulan, novel itu telah dicetak empat kali. Popularitas Teguh Esha semakin terdongkrak oleh munculnya film ''Ali Topan Anak Jalanan'' ([[1977]]) dengan bintang utama [[Junaedi Salat]] dan [[Yati Octavia]].
Baris 38:
Karakter Ali Topan, yang digambarkan olehnya adalah pemuda lulusan sekolah menengah atas yang menolak melanjutkan kuliahnya sesuai kehendak orang tuanya. Latar belakang keluarga Ali Topan sendiri keluarga berantakan. Ayahnya berselingkuh, ibunya menjadi tante girang. Rumah baginya bukanlah tempat tinggal yang nyaman, sehingga akhirnya ia pun meninggalkan rumah dan menggelandang di jalanan. Ali Topan melawan segala ketidakadilan dan mempertanyakan segala yang dirasanya. Berani bila benar dan takut bila salah. Ali Topan sendiri sebenarnya merupakan tetralogi. Selain dua yang sudah terbit, ada dua lagi yang masih dalam bentuk manuskrip, berjudul ''Ali Topan Santri Jalanan'' dan ''Ali Topan Rock and Road''.
 
== Kehidupan pribadi ==
Teguh menikah pada tahun [[1980]] dengan Ratnaningdiah Indrawati Santoso Brotodihardjo, cucu Soeratin Sosrosoegondo, tokoh sepak bola Indonesia, dan dikaruniai tujuh anak. Kini ia bersama keluarga tinggal menetap di daerah Bintaro, Jakarta Selatan. Pada masa tuanya, Teguh masih kerap menyambangi acara-acara sastra di wilayah Jakarta. Saat sakit beberapa tahun lalu, musisi [[Jodhi Yudono]] sempat memberi penghiburan dengan nyanyian puisi.