Poerbatjaraka: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 77:
Poerbatjaraka, yang ayahnya dulu merupakan sentono dalem (kerabat keluarga) kesayangan Pakubuwono X, menasehati penerusnya, [[Pakubuwana XI|Pakubuwono XI]], akrab waktu kecil dipanggil Raden Mas Antasena, yang ia sering dampingi ke sekolah ELS. Kedua anak Poerbatjaraka tumbuh besar bersama anak-anak Pakubuwuno XI. Kecantikan putri Poerbatjaraka, RAy. Ratna Himawati, yang luar biasa membuat para aristokrat keraton terpesona, dan menjulukinya sebagai ''Mawar Keraton Solo.'' Keluarga Poerbatjaraka hadir dalam penobatan [[Pakubuwana XII|Pakubuwuno XII]] pada 11 Juni 1945, penerus Pakubuwono XI yang gemar dipanggil ''Bobbie'' oleh RAy. Ratna Himawati dan kerabat dekat lainnya. Sampai tahun 1950, Poerbatjaraka dan keluarganya tinggal di kediaman keluarga nDalem Poerbodipoeran sampai selesainya Perang Kemerdekaan Indonesia pada 27 Desember 1949.
== Masa Republik Indonesia dan
[[Berkas:Ugm-Gedung Poerbatjaraka.jpg|jmpl|Gedung 'Poerbatjaraka' di Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.|216x216px]]
Poerbatjaraka dan keluarganya pindah ke Jakarta pada tahun 1950, dan tinggal di kediaman baru di daerah [[Menteng, Jakarta Pusat|Menteng]], Jakarta. Ia menjadi anggota Panitia Lambang Negara yang dibentuk [[Soekarno|Presiden Soekarno]] pada 10 Januari 1950. Anggota lainnya yakni [[Syarif Hamid II dari Pontianak|Sultan Hamid II]] (ketua panitia), [[Ki Hadjar Dewantara|Ki Hajar Dewantara]], [[Mohammad Yamin]], [[Mohammad Natsir]] (ketua partai islam terbesar, yaitu Masyumi), dan juga [[Melkias Agustinus Pellaupessy|MA Pellaupessy]] selaku menteri penerangan yang juga mewakili Indonesia Timur karena beliau berasal dari Ambon. Poerbatjaraka merupakan tokoh yang mengusulkan lambang pohon beringin di dada lambang negara [[Lambang negara Indonesia|Garuda Pancasila]].
|