Harmoko: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
Bibliografi: clean up
Donucok (bicara | kontrib)
k nama dari Pos Kota diganti menjadi Poskota, karena poskota itu 1 kata bukan Pos Kota yang terdiri dari 2 kata
Baris 54:
[[Haji (gelar)|H]]. '''Harmoko'''<ref>https://www.kompas.com/tren/read/2022/04/14/073000465/putra-harmoko--nama-ayah-saya-bukan-singkatan-harun-mohamad-kohar?page=1</ref> ({{lahirmati|[[Nganjuk]], [[Jawa Timur]]|7|2|1939|[[Jakarta]]|4|7|2021|}}) adalah seorang [[politikus]] dan [[jurnalis]] [[Indonesia]] yang aktif pada masa [[Orde Baru]]. Ia menjabat sebagai [[Daftar Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia|Ketua]] [[Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia|Dewan Perwakilan Rakyat]] dari tahun 1997 sampai 1999, dan merupakan faktor mundurnya presiden [[Soeharto]] selama [[Kejatuhan Soeharto|demonstrasi mahasiswa yang meluas]] yang terjadi pada akhir Orde Baru.
 
Lahir dari keluarga sederhana di [[Jawa Timur]], pada 7 Februari 1939, Harmoko lulus dari sekolah jurnalistik, dan menjadi jurnalis. Ia aktif selama rezim [[Demokrasi Terpimpin di Indonesia|Demokrasi Terpimpin]] dan [[Orde Baru]], bekerja di sejumlah surat kabar yang berbeda, termasuk ''Merdeka'', ''Merdiko'', dan ''Harian Mimbar Kita''. Pada tahun 1970, ia mendirikan surat kabarnya sendiri, ''[[Pos Kota|Poskota]]''. Pada tahun 1970, ia terpilih sebagai Ketua Umum [[Persatuan Wartawan Indonesia]] (PWI) cabang [[Jakarta]], dan dua tahun kemudian, ia terpilih sebagai Ketua Umum PWI Pusat.
 
Dalam [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1977|pemilihan umum 1977]], Harmoko terpilih sebagai anggota [[Dewan Perwakilan Rakyat]], sebagai anggota organisasi [[Golongan Karya]] (Golkar) yang berkuasa. Pada tahun 1983, ia diangkat [[Menteri Komunikasi dan Informatika|Menteri Penerangan]], kemungkinan karena latar belakangnya di [[jurnalisme]]. Kepiawaiannya dalam menjaga citra Orde Baru dan penampilan Suharto membuatnya dijuluki 'influencer-in-chief'. Pada tahun 1993, Harmoko terpilih sebagai [[Partai Golongan Karya #Daftar Ketua|Ketua]] [[Golkar]], menjadi tokoh sipil pertama yang memegang jabatan tersebut. Pada Juni 1997, ia diangkat menjadi menteri negara untuk urusan khusus, jabatan yang dijabatnya hanya tiga bulan karena pada Oktober 1997, ia dipilih untuk menjabat sebagai Ketua [[Majelis Permusyawaratan Rakyat]] dan [[Dewan Perwakilan Rakyat]].
Baris 69:
Setelah lulus dari Sekolah Jurnalistik di [[Jakarta]], ia bekerja sebagai jurnalis dan kartunis di surat kabar ''Harian Merdeka'', hingga tahun 1962, ketika ia pindah bekerja untuk ''Berita Merdeka''. Pada tahun 1964, ia meninggalkan ''Berita Merdeka'', dan bekerja di ''Harian Angkatan Bersenjata''. Ia melanjutkan karir jurnalistiknya di Harian API pada tahun 1965, sebelum menjabat sebagai [[pemimpin redaksi]] majalah [[bahasa Jawa]], ''Merdiko''. Pada tahun berikutnya, ia menjadi kepala surat kabar ''Harian Mimbar Kita''.<ref>{{cite web | url = https://news.detik.com/berita/d-5631089/mengenang-sosok-harmoko-wartawan-menteri-penerangan-ketua-dewan | url-access = | title = Mengenang Sosok Harmoko: Wartawan, Menteri Penerangan, Ketua Dewan | last = Permana | first = Rakhmad Hidayatulloh | author = | author-link = | date = 4 July 2021 | website = news.detik.com | publisher = Detik News | language = id | type = Website | access-date = 12 November 2021 | url-status = live | archive-url = | archive-date = }}</ref>
 
Pada tahun 1970, ia bersama beberapa temannya mendirikan surat kabarnya sendiri, ''[[Pos Kota|Poskota]]''. Koran tersebut dirancang sebagai sebuah surat kabar harian, dengan perspektif masyarakat, yaitu untuk melaporkan peristiwa yang dialami oleh "orang kecil". Usaha itu sangat berisiko, karena "orang kecil" (audiens target koran), memiliki sedikit [[daya beli]]. Namun, bisnis itu terbukti berhasil, dan Harmoko menghasilkan banyak uang dari koran itu. Isi ''Pos KotaPoskota'' membahas berbagai aspek kehidupan masyarakat di ibu kota [[Jakarta]], mulai dari [[politik]], [[sosial]], dan [[kriminal]]. Ciri khas lain dari ''Pos KotaPoskota'' adalah lampirannya, yang berisi gambar-gambar kehidupan kota yang disajikan dalam bentuk [[kartun]], yang menyampaikan kritik sosial Harmoko terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat.{{sfn|Gayatri| 2009| p = 167}} Ia juga bertanggung jawab atas pembuatan surat kabar ''Terbit''.{{sfn|Sekretariat Jenderal DPR RI|1999| p = 141}}
 
Keberhasilan korannya membuatnya menjadi tokoh dalam [[Media di Indonesia|pers Indonesia]]. Pada tahun 1970, ia terpilih sebagai Ketua Umum [[Persatuan Wartawan Indonesia]] (PWI) cabang [[Jakarta]]. Ia menjabat sebagai ketua cabang dari tahun 1970 sampai 1972, ketika ia terpilih sebagai Ketua Umum PWI Pusat pada tahun 1973. Ia menjabat sebagai Ketua Umum PWI dari tahun 1973 sampai 1983, menjadi ketua terlama di PWI.{{sfn|Gayatri|2009| p = 167}}