Perang Bubat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rekonsiliasi
Baris 58:
[[Hayam Wuruk]], raja Majapahit memutuskan — mungkin karena alasan politik — untuk mengambil putri [[Dyah Pitaloka Citraresmi|Citra Rashmi]] (juga dikenal sebagai Pitaloka) sebagai istrinya.<ref name="end">{{cite book |last=Munoz|first=Paul Michel|title=Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula|publisher=Editions Didier Millet|year=2006|location=Singapore|pages=279|isbn= 981-4155-67-5}}</ref> Dia adalah putri Prabu Maharaja Linggabuana Wisesa dari Kerajaan Sunda. Tradisi menggambarkannya sebagai gadis dengan kecantikan luar biasa. Patih Madhu, seorang mak comblang dari Majapahit diutus ke kerajaan untuk meminangnya. Senang dengan lamaran dan melihat kesempatan untuk membina aliansi dengan Majapahit, kerajaan terkuat di wilayah itu, raja Sunda memberikan restunya dan memutuskan untuk menemani putrinya ke Majapahit untuk pernikahan.
 
[[File:Jan Huyghen van Linschoten Ship of China and Java.jpg|thumb|right|Rombongan kerajaan Sunda tiba di pelabuhan Hujung Galuh dengan ''jong sasanga wangunan'', sejenis [[jung Jawa]], yang juga menggabungkan teknik Cina, seperti menggunakan paku besi di samping pasak kayu, pembangunan sekat kedap air, dan penambahan kemudi pusattengah.]]
Pada tahun 1357 raja Sunda dan keluarga kerajaan tiba di Majapahit setelah berlayar melintasi [[Laut Jawa]] dengan armada 200 kapal besar dan 2000 kapal kecil.<ref>Berg, C. C. (1927). ''[https://archive.org/details/in.ernet.dli.2015.530847/page/n11/mode/2up?q=c.c+berg+kidung+sunda Kidung Sunda. Inleiding, tekst, vertaling en aanteekeningen]''. BKI LXXXIII :1-161.</ref>{{rp|16–17, 76–77}} Keluarga kerajaan menaiki [[kapal jung]] (bahasa Jawa: ''[[Djong (kapal)|Jong]]'' {{transl|jv|sasanga wangunan}}) dengan sembilan lantai,{{efn| group=lower-roman | 1=Istilah ''jong sasaṅa wangunan'' ditafsirkan berbeda oleh sejarawan, dapat digambarkan sebagai kapal jong raksasa dengan ''sanga'' (sembilan) bangunan; sembilan kabin atau geladak. Anthony Reid salah menuliskannya sebagai ''jong sasana'', menjadikan ṅ sebagai n bukannya η atau ng.<ref>{{Cite book|title=Charting the Shape of Early Modern Southeast Asia|last=Reid|first=Anthony|publisher=Silkworm Books|year=2000|isbn=9747551063}}</ref>{{rp|61}} Nama yang benar adalah ''jong sasanga wangunan''.<ref>{{Cite book|title=Old Javanese-English Dictionary|last1=Zoetmulder|first1=Petrus Josephus|last2=Robson |first2=S.O. |publisher=Martinus Nijhoff|location='s-Gravenhage|year=1982}}</ref>{{rp|2199}}}}<ref name=":3">Lombard, Denys (2005)''. [https://archive.org/details/NJ2JA/mode/2up?q= Nusa Jawa: Silang Budaya, Bagian 2: Jaringan Asia]''. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. An Indonesian translation of Lombard, Denys (1990). ''Le carrefour javanais. Essai d'histoire globale (The Javanese Crossroads: Towards a Global History) vol. 2''. Paris: Éditions de l'École des Hautes Études en Sciences Sociales.</ref>{{rp|270}} dan mendarat di pelabuhan [[Janggala|Hujung Galuh]], berlayar ke daratan melalui [[Sungai Brantas]] dan tiba di pelabuhan sungai Canggu. Rombongan kerajaan kemudian berkemah di alun-alun Bubat di bagian utara Trowulan, ibu kota Majapahit, dan menunggu upacara pernikahan.
 
Baris 103:
 
==Warisan==
[[File:Trowulan Archaeological Site.svg|thumb|right|Peta Trowulan, alun-alun Bubat yang disarankandiperkirakan terletak di bagian utara kota.]]
Pertempuran tragis diyakini telah menyebabkan sentimen buruk permusuhan Sunda-Jawa secara turun-temurun. Sebagai contoh, tidak seperti kebanyakan kota di Indonesia, sampai saat ini di [[Bandung]], ibu kota [[Jawa Barat]] yang juga merupakan pusat budaya masyarakat Sunda, tidak ada nama jalan yang bertuliskan "Gajah Mada" atau "Majapahit". Meskipun saat ini Gajah Mada dianggap sebagai salah satu [[Pahlawan Nasional Indonesia|pahlawan nasional Indonesia]], orang Sunda tetap tidak menganggapnya pantas berdasarkan perbuatan jahatnya dalam kejadian ini. Begitu pula sebaliknya, hingga saat ini belum ada jalan bertuliskan nama "Siliwangi" atau "Sunda" di Surabaya dan Yogyakarta.