GMIM Riedel Wawalintouan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Michel Ticoalu (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Michel Ticoalu (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 34:
| attendance = 600|church name=GMIM Riedel Wawalintouan|membership=1424 (2022)|dedication=Johann Friedrich Riedel|dedicated date=25 Januari 1991|consecrated date=27 Agustus|consecration year=1989|years built=1986|groundbreaking=14 Desember 1986|tower quantity=1|synod=[[Gereja Masehi Injili di Minahasa]]}}
 
'''Gereja Riedel Tondano''' atau yang lebih dikenal dengan [[Gereja Masehi Injili di Minahasa|Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM)]] '''Jemaat Riedel Wawalintouan''' adalah sebuah gereja yang terletak di Kelurahan Wawalintouan, Kecamantan [[Tondano Barat, Minahasa|Tondano Barat]], [[Kabupaten Minahasa]], [[Sulawesi Utara]] yang berdekatan dengan Makam Pahlawan Nasional [[Sam Ratulangi|Dr. G.S.S.J. Ratulangie]]. Gereja ini bernaung dalam [[Gereja Masehi Injili di Minahasa]] yang beraliran [[Calvinisme|Calvinis]] dengan sistem [[Presbiterial Sinodal]]. Jemaat Riedel berada dalam [[Klasis|Wilayah/klasis]] [[Tondano (kota)|Tondano]] II sekaligus menjadi pusat [[Klasis|wilayah/klasis]]<ref>{{cite web |title=Wilayah pelayanan Gereja Masehi Injili di Minahasa |url=https://profillengkap.com/Wilayah_pelayanan_Gereja_Masehi_Injili_di_Minahasa |website=profillengkap.com |access-date=28 Agustus 2022 |language=id}}</ref><ref>{{Cite web|last=Sinode GMIM|title=Daftar Jemaat: Wilayah Tondano II|url=http://dashboard.gmim.info/wilayah-104|website=www.gmim.or.id}}</ref>.
 
GMIM Riedel Wawalintouan berdiri pada 27 Agustus 1989 yang merupakan pemekaran dari GMIM Peniel Watulambot. Pada awal pemekaran, jemaat di Wawalintouan bernama Peniel III dikarenakan pemekaran jemaat di Watulambot mengambil nama Pniel II. Penggunaan nama jemaat di Wawalintouan dari Peniel III menjadi Riedel di berlakukan pada 25 Januari 1992 sebagai pengingat atas jasa dalam penginjilan di Tondano dan menjadi jemaat GMIM pertama yang menggunakan nama Riedel sebagai nama Jemaat.
Baris 42:
[https://malesung.wordpress.com/sejarah-biografi-riedel-schwarz/ Johann Friedrich Riedel dan Johann Gottlieb Schwarz] tiba di tanah Minahasa sebagai bagian dari utusan [[Nederlandsch Zendeling Genootschap|''Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG)'']] meski demikian Riedel dan Schwarz berkebangsaan [[Jerman]] dan didik di [[Belanda]]. Pada 12 Juni 1831 setelah singgah di [[Pulau Ambon|Ambon]] tiba di Johann Friedrich Riedel dan Johann Gottlieb Schwarz dan melanjutkan perjalanan ke Manado selama beberapa bulan untuk belajar bahasa lokal dibawa asuhan Ds. G. Jan Hellendoorn.<ref>{{cite news |last1=Manewus |first1=David |title=Jan Hellendoorn, Peletak Batu Dasar Zending Minahasa |url=https://tribunmanadowiki.tribunnews.com/2020/02/11/jan-hellendoorn-peletak-batu-dasar-zending-minahasa?page=all |access-date=28 Agustus 2022 |agency=Tribun Manado}}</ref> Tanggal ini oleh Gereja Masehi Injili di Minahasa diperingati sebagai Hari Pekabaran Injil dan Pendidikan Kristen di Tanah Minahasa. Johann Gottlieb Schwarz ditugaskan di Langowan sementara Johann Friedrich Riedel ditugaskan di Tondano.<ref>{{cite web |title=Sejarah Biografi Riedel & Schwarz |url=https://malesung.wordpress.com/sejarah-biografi-riedel-schwarz/ |website=Malesung Land |access-date=28 Agustus 2022}}</ref>
 
Johann Friedrich Riedel tiba di Tondano pada 14 Oktober 1831 dan mulai melakukan pelayanannya di tengah masyarakat yang belum terlalu mengenal Kekristenan. Pada tahun yang sama (1831), jemaat di Tondano mendirikan gereja yang dikenal dengan nama ''Groote Kerk'' atau Gereja Besar (sekarang Gereja Sentrum)<ref>{{cite web |last1=Polii |first1=Bert Toar |title=Gereja Sentrum Tondano |url=http://toudano-minahasa.blogspot.com/2011/03/gereja-sentrum-tondano.html |website=Taudano-Minahasa}}</ref> di seberang [[Sungai Tondano]] dan [[Meer Uitgebreid Lager Onderwijs|''Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO)'']] (Sekarang SMP 1 Tondano). [https://malesung.wordpress.com/sejarah-biografi-riedel-schwarz/ Usaha Riedel dalam memperkenalkan Kekristenan pada masyarakat dilakukan melalui pendidikan dan berdialog dengan masyarakat lokal beserta dukungan istrinya]. Usaha-usaha [[Johann Friedrich Riedel]] mendapatkan perkembangan yang signifikan di mana terjadi peningkatan kehadiran ibadah, ketertarikan masyarakat untuk belajar alkitab dan di baptis (setelah mengikuti katekisasi). [[Johann Friedrich Riedel]] meninggal pada 12 Oktober 1860 dan dimakamkan di Tempat Pekuburan Umum [[Ranowangko, Tondano Timur, Minahasa|Ranowangko]], [[Tondano Timur, Minahasa|Tondano Timur]]<ref>{{Cite web|title=Makam Johann Friedrich Riedel (Museum) - North Sulawesi|url=https://www.helpmecovid.com/id/2460669_makam-johann-friedrich-riedel|website=www.helpmecovid.com|access-date=2022-10-19}}</ref>.
 
=== Wawalintouan tahun 1980-an ===
Berawal dari sebuah Desa yang kemudian berubah menjadi [[Wawalintouan, Tondano Barat, Minahasa|Kelurahan Wawalintouan]] terletak di di pusat [[Tondano|Kota Tondano]] yang merupakan Ibukota [[Kabupaten Minahasa]]. Di sebelah selatan, Wawalintouan berbatasan dengan [[Tounkuramber, Tondano Barat, Minahasa|Tonkuramber]] dan [[Rinegetan, Tondano Barat, Minahasa|Rinegetan]], di sebelah utara berbatasan dengan [[Rerewokan, Tondano Barat, Minahasa|Rerewokan]], disebalahdi sebelah barat berbatasan dengan [[Masarang, Tondano Barat, Minahasa|Masarang]] dan di sebelah timur berbatasan dengan [[Kendis, Tondano Timur, Minahasa|Kendis]], [[Liningaan, Tondano Timur, Minahasa|Liningaan]] dan [[Katinggolan, Tondano Timur, Minahasa|Katinggolan]].
 
Pada tahun 1980-an, jumlah penduduk di Kelurahan Wawalintouan berkisar 2.700 orang dengan 540 Kepala Keluarga yang tersebar di 5 lingkungan. Adapun presentasi penduduk yang beragama [[Protestantism|Kristen Protestan]] sekitar 80% pada tahun 1980-an dan 68% adalah warga [[Gereja Masehi Injili di Minahasa|Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM)]]. Meski demikian [[Wawalintouan, Tondano Barat, Minahasa|Wawalintouan]] yang merupakan pusat [[Tondano (kota)|Kota Tondano]] dan Pusat bisnis hanya memiliki satu rumah ibadah yaitu Masjid Besar Nurul Yaqin yang terletak di samping Pasar Tondano.
 
==== Wawalintouan: Wilayah Pelayanan GMIM Peniel ====
Baris 73:
# Jules Parengkuan
# Ventje Mamengko
Pada hari Kamis, 6 Maret 1986, Tim Formatur mengadakan Rapat untuk membentuk Panitia Pembangunan Gereja sebagai Persiapan berdirinya Satusuatu [[Jemaat]] [[Gereja Masehi Injili di Minahasa|GMIM]] di [[Wawalintouan, Tondano Barat, Minahasa|Kelurahan Wawalintouan]].
{| class="wikitable"
|+ Pengurus Inti Panitia Pembangunan
Baris 125:
 
==== Ibadah Penahbisan ====
Hari Minggu, 27 Agustus 1989 dengan cuaca yang bersahabat, berangkatlah sebagian besar Jemaat [[GMIM]] [[Wawalintouan, Tondano Barat, Minahasa|Wawalintouan]] ke sebuahsuatu bukit, tempat di mana [[Kanisa]] berada, tempat di mana Gereja yang baru sementara dibangun, tempat di mana kerinduan itu akan terwujud dengan harapan dan keinginan serta cita -cita Jemaat tergantung di dalamnya. Hari itu, dengan wajah sukacita dari seluruh kaum Bapak, Ibu, Pemuda, Remaja dan Anak-anak berkumpul pada hari Jemaat [[GMIM]] [[Wawalintouan, Tondano Barat, Minahasa|Wawalintouan]] akan ditahbiskan menjadi Jemaat yang baru, sebagai hasil pemekaran dari Jemaat [[GMIM Pniel Watulambot]].
 
Kira-kira pukul 11.47 WITA, dalam rangkaian ibadah yang dipimpin oleh [[Pnt. Drs. Senduk]] ([[Gereja Masehi Injili di Minahasa|Badan Pekerja Sinode GMIM]]), dibukalah selubung papan nama jemaat yang menandakan lahirlah satu Jemaat GMIM Baru di [[Wawalintouan, Tondano Barat, Minahasa|Kelurahan Wawalintouan]] dengan nama Peniel III. Penggunaan nama jemaat Peniel III dikarenakan pada minggu sebelumnya Jemaat di [[Wewelen, Tondano Barat, Minahasa|Wewelen]] telah ditahbiskan menjadi Jemaat Peniel II. Nama menjadi tidak masalah karena yang terpenting adalah [[Wawalintouan, Tondano Barat, Minahasa|Kelurahan Wawalintouan]] sudah memiliki Jemaat [[GMIM]] yang mandiri, sehingga dapat dengan mudah dalam urusan mengatur pelayanannya.
Baris 152:
== Kehidupan Jemaat ==
Pada tahun 1993, Jemaat Riedel yang sebelumnya beribadah di [[Kanisa]] berpindah ke gedung yang sampai sekarang menjadi tempat pewartaan Firman Tuhan. Pada tahun 1995, pembangunan gereja yang belum sepenuhnya selesai mulai di percepat menyusul diadakannya Sidang Sinode V pada tanggal 5 April 1995 - 11 April 1995 di Jemaat Riedel Wawalintouan.
Tahun 2020 menjadi tahun yang sulit bagi Jemaat akibat pademipandemi Covid-19 yang menyebabkan peribadatan dari rumah msingmasing-masing jemaat pada Maret 2020. Dalam menyikapi hal ini, Jemaat mulai melakukan peribadatan melalui toa gereja kemudian beberapa minggu kemudian mulai dilakukan juga ibadah daring secara siaran langsung di ''Fan Page Facebook'' [https://www.facebook.com/riedelwawalintouan/?ref=page_internal Riedel Wawalintouan]. Menjelang pertengahan tahun 2020 muncul pembicaraan untuk mengadakan siaran radio jemaat Riedel hingga pada 25 Juni 2020 diresmikanlah radio jemaat yang kenal dengan Radio Riedel 107.2 FM.
Pada tahun 2019 muncul wacana untuk melakukan perubahan [[altar]] gereja. Pembentukan Tim Kerja Pembangunan Altar Gereja dilakukan pada tahun 2021 dan di lantik pada 24 Januari 2021 yang diketuai oleh [[Glady P.E. Kandouw, SE]] (Ketua DPRD Kabupaten Minahasa).
 
== Karya Seni ==
=== Ecce Homo ===
[[Berkas:Ecce Homo di GMIM Riedel.jpg|250px|jmpl|kanan|Ecce Homo]] [[Ecce homo|''Ecce Homo'']] (kemungkinan nama lukisan ini) merupakan lukisan beraliran [[Realisme (seni rupa)|realisme]] yang merepresentasikan objek lukisan dalam bentuk representasi naturalistis yang mengacu pada gerakan seni pasca [[Revolusi Prancis (1848)|Revolusi Perancis]] tahun 1840. Lukisan ini merupakan karya seorang pelukis Indonesia (tahun dan nama pelukis belum teridentifikasi, namun, tanda tangan di sebalhsebelah kiri bawah mengindikasikan nama seorang pelukis Indonesia) yang merepresentasikan [[Yesus Kristus]] menurut [[Injil Yohanes]] 19:2,5 di mana [[Yesus]] dikenakan [[mahkota duri]] dan [[jubah ungu]]. Judul [[Ecce homo|''Ecce Homo'']] (Latin = lihatlah manusia itu) diambil dari ucapan [[Pontius Pilatus]] dalam Injil [[Yohanes 19]]:5 di mana ayat ini menjelaskan deskripsi gambaran lukisan ini.
 
'''Yohanes 19:1-5'''
(1) Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah (2) Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Mereka memakaikan Dia jubah ungu, (3) dan sambil maju ke depan mereka berkata: ''"Salam, hai raja orang Yahudi!"'' Lalu mereka menampar muka-Nya. (4) Pilatus keluar lagi dan berkata kepada mereka: ''"Lihatlah, aku membawa Dia ke luar kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya."'' (5) Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka: ''"Lihatlah manusia itu!"''
 
Adegan [[Ecce homo|''Ecce Homo'']] merupakan gambaran yang sering muncul dalam menggambarkan kisah sengsara dan kehidupan [[Kristus]] dalam seni<ref>{{Cite web|title=Ecce Homo {{!}} Christian art {{!}} Britannica|url=https://www.britannica.com/topic/Ecce-Homo-Christian-art|website=www.britannica.com|language=en|access-date=2022-10-19}}</ref>. Dalam [[Gereja Ortodoks Timur|gereja orthodox]], lukisan [[Ecce homo|''Ecce Homo'']] (dalam bentuk [[ikonografi]]) mendapatkan tempat khusus selama masa [[prapaskah]]. Sementara itu, di gereja orthodox lukisan atau ikon [[Ecce homo|''Ecce Homo'']] juga dikenal dengan nama ''Ho Nymphios'' (Ο Νυμφίος) yang berarti the ''bridegroom'' atau mempelai karena Yesus dianggap sebagai mempelai laki-laki Gereja ([[Yohanes 3]]:29; [[Matius 9]]:15; [[Matius 25]]:1-13; etc.)<ref name=":0">{{Cite web|last=David|title=Ecce Homo|url=https://russianicons.wordpress.com/tag/ecce-homo/|website=ICONS AND THEIR INTERPRETATION|language=en|access-date=2022-10-19}}</ref>. Gelar “Mempelai Pria” ini berasal dari ''troparion'' dalam kebaktian ''Bridegroom Matins'' dalam gereja Orthodox pada masa [[Pekan Suci]] (Minggu VI Prapaskah)<ref name=":0" />.
 
Menurut [[Lukas 23]]:11, jubah ungu yang digunakan [[Yesus]] adalah jubah milik [[Herodes Agung|Herodes]] yang digunakan [[Yesus]] ketika Dia diadili di hadapan manusia sebagai tanda ejekan dan penghinaan bagi-Nya ([[Matius 27]]:28; [[Markus 15]]:17-18; [[Yohanes 19]]:2;). Pakaian berwarna [[ungu]] pada waktu itu merupakan warna pakaian yang paling mahal sehingga hanya digunakan oleh bangsawan. Namun, hal ini dapat dimaknai bahwa [[Yesus]] adalah Raja di atas segala Raja, sikap mengejek dengan mengenakan jubah ungu kepada-Nya sebenarnya menunjukkan martabat kerajaan-Nya. Hal ini menjadi salah satu alasan kenapa warna ungu digunakan selama masa [[prapaskah]]. Adapun [[mahkota duri]] yang dikenakan kepada [[Yesus]] menyimbolkan [[Kristus]] sebagai Raja yang direndahkan namun rela menderita bagi umat manusia dan menyerahkan nyawa-Nya bagi dunia ([[Matius 27]]:29; [[Markus 15]]:17; [[Yohanes 19]]:2,5).