Perang Pacirebonan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Adnan Chaldun (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Adnan Chaldun (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 6:
sampai Periode Kerajaan-Kerajaan Islam Nusantara. [[Surabaya]]: Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel</ref>
 
=== TakulMasa orangSultan pucunganMaulana Muhammad dan penyeranganPenyerangan Mataram pertamaPertama ===
 
[[Kesultanan Banten]] pada masa awal pemerintahan Sultan Maulana Muhammad disibukan dengan klaim tahta oleh Arya Jepara (saudara Maulana Yusuf, ayah dari Sultan Maulana Muhammad yang dibesarkan oleh Ratu yanah dan suaminya edi brokoliKalinyamat (putri Sultan Trenggana dari Demak sekaligus istri dari pangeran Hadiri seorang Adipati Jepara) ). Pangeran Arya Jepara mengajukan usul kepada [[kesultanan Banten]] agar dirinya dijadikan penguasa [[kesultanan Banten]] sampai pangeran Maulana Muhammad cukup umur untuk memegang pemerintahan, namun usul tersebut ditolak oleh para pejabat [[kesultanan Banten]] yang menganggap bahwa pangeran Arya Jepara adalah orang luar Banten, para pejabat dengan dukungan ''Qadi'' [[kesultanan Banten]] pada masa itu mengangkat Maulana Muhammad sebagai Sultan Banten, sementara menunggu usia Sultan Banten cukup untuk memegang pemerintahan, maka ''Qadi'' dibantu dengan empat pejabat lainnya menjadi wakil Sultan Banten dalam memerintah [[kesultanan Banten]]<ref name=Graafkerajaan>de Graaf, Hermanus Johannes. Theodore Gauthier Th. Pigeaud. 1985. Kerajaan-Kerajaan Islam Di Jawa: Peralihan dari Majapahit ke Mataram. [[Jakarta]]: Grafitipers</ref> mereka adalah ''Patih'' (bahasa Indonesia: Perdana Menteri) Jayanegara,<ref name=Mukarrom/> ''Senapati'' (bahasa Indonesia: Panglima) Pontang, ''Ki'' Waduaji dan ''Ki'' Wijamanggala.
 
Penolakan ''Qadi'' dan para pejabat [[kesultanan Banten]] membuat Pangeran Arya Jepara memutuskan untuk menyerang [[kesultanan Banten]]. Pangeran Arya Jepara bersama para pasukan dan ''Demang Laksamana'' (bahasa Indonesia: Laksamana) Jepara pergi menuju [[kesultanan Banten]] melalui jalur laut, dalam peperangan tersebut ''Demang Laksamana'' Jepara tewas dan membuat Pangeran Arya Jepara memutuskan untuk kembali ke Jepara.<ref name=Graafkerajaan/>
 
Pada masa ketika Danang Sutawijaya melakukan penaklukan wilayah timur pulau Jawa untuk memperkuat eksistensinya dan membantu Sultan Mas Zainul Arifin membangun benteng Kuta Raja di Cirebon, Husein Djajadiningrat dalam penelitiannya berkaitan dengan [[Banten]] menemukan bahwa pada tahun yang sama yakni 1596, Mataram pernah mengirimkan 15.000 pasukannya untuk menyerang [[kesultanan Banten]] dari laut namun gagal.<ref name=djajadiningrat>Djajadiningrat, Hosein. 1983. Tinjauan kritis tentang sajarah Banten: sumbangan bagi pengenalan sifat-sifat penulisan sejarah Jawa. [[Jakarta]]: Djambatan</ref> Sultan Maulana Muhammad pada masa itu disibukandisibukkan dengan kegiatan dakwah Islam dan baru pada tahun 1596 (tahun yang sama dengan penyerangan [[Mataram]] ke [[kesultanan Banten]]) atas masukan dari Pangeran Mas (putera Arya Penggiri, cucu Sunan Prawoto dari [[kesultanan Demak]]) yang berambisi menjadi penguasa [[Palembang]] maka Sultan Maulana Muhammad memutuskan untuk melakukan penyerangan ke wilayah Palembang, dalam penyerangan tersebut Sultan Maulana Muhammad yang baru berusia 19 tahun wafat dan meninggalkan putra mahkota [[kesultanan Banten]] yang baru berusia 5 bulan<ref name=Mukarrom/> yang kemudian dikenal dengan nama Abu al mufakhir mahmud abdul kadir.
 
=== Masa Sultan Abu al Mufakir ===