Masjid Sunda Kelapa: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 32:
Selain itu, bentuk perahu adalah makna simbolik kepasrahan seorang muslim. Bagaikan orang duduk bersila dengan tangan menengadah, berdoa mengharap rahmat dan kasih sayang-Nya.
Abbas, tak sendirian. Ia didukung para jenderal di [[Menteng, Jakarta Pusat|Menteng]] yang menyumbangkan dana awal pembangunannya. Para jenderal merasa harus meluruskan kekeliruan sejarah atas [[Gerakan 30 September|G30S/PKI]], dengan membangun sebuah masjid yang nyaman untuk pelaksanaan ibadah. Karena pembangunan tak kunjung selesai, [[Pemda DKI Jakarta]] semasa Ali Sadikin (almarhum), merasa harus turun tangan untuk merampungkan pembangunannya sampai berdiri kokoh pada tahun [[1970]].<ref name=":0" />
Menempati area 9.920 m², Masjid Agung Sunda Kelapa mampu menampung 4.430 jamaah. Ini ditunjang dengan ruang ibadah utama Masjid Sunda Kelapa, aula Sakinah, dan serambi Jayakarta.
Staf operasional Masjid Agung Sunda Kelapa, Rudi, menutur, “Dengan ruangan kantor lima lantai, Masjid Agung Sunda Kelapa siap melayani umat seminggu penuh pukul 08.00-20.00 WIB. Terdapat BMT yang melaksanakan aktivitas ekonomi dan layanan kesehatan cuma-cuma bagi fakir-miskin yang bekerjasama dengan [[Dompet Dhuafa]] Republika.”
Untuk keyamanan ibadah, lanjutnya, dilengkapi dengan penitipan sepatu yang siap digukanakan untuk 300 pasang, keran wudhu berjumlah 72, kakus duduk sebanyak 30, AC, dan kipas angin.
|