Islam di Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
→‎Masa kolonial: Koreksi, Kolonial Belanda hanya berdagang di Wilayah Nusantara (Maluku) pada tahun 1601, mereka tidak menjajah. Karena artikel ini sesuatu hal yang related dengan Islam, maka Kolonial Belanda baru benar benar mengambil wilayah di daratan (mainland) Indonesia yang Mayoritas Agama Muslim pada tahun 1700, bukan 1601.
Tag: halaman dengan galat kutipan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
→‎Masa kolonial: Hapus, Belanda belum menjadi Kolonial pada Abad ke-13.
Tag: halaman dengan galat kutipan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 349:
Pada abad ke-18 [[masehi]] atau tahun 1700 kerajaan [[Hindia Belanda]] datang ke [[Nusantara]] untuk berdagang, tetapi pada perkembangan selanjutnya mereka menjajah daerah ini. Belanda datang ke Indonesia dengan kamar dagangnya, [[VOC]], sejak itu seluruh wilayah Nusantara dikuasainya. Saat itu antara kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara belum sempat membentuk aliansi atau kerja sama. Hal ini yang menyebabkan proses penyebaran dakwah terpotong.[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een Koranschool op Java TMnr 10002385.jpg|jmpl|Anak-anak mengaji Al Quran di [[Jawa]] pada masa kolonial [[Hindia Belanda]]]]
 
Dengan ''sumuliayatul'' (kesempurnaan) [[Islam]] yang tidak ada pemisahan antara aspek-aspek kehidupan tertentu dengan yang lainnya, ini telah diterapkan oleh para ulama saat itu. Ketika penjajahan datang, para ulama mengubah pesantren menjadi markas perjuangan, para santri (peserta didik pesantren) menjadi ''jundullah'' (pasukan Allah) yang siap melawan penjajah, sedangkan ulamanya menjadi panglima perang. Potensi-potensi tumbuh dan berkembang pada abad ke-13 menjadi kekuatan perlawanan terhadap penjajah. Ini dapat dibuktikan dengan adanya hikayat-hikayat pada masa kerajaan Islam yang syair-syairnya berisi seruan perjuangan. Para ulama menggelorakan jihad melawan penjajah [[Belanda]].
 
Di akhir abad ke-19, muncul ideologi pembaruan Islam yang diserukan oleh [[Jamal-al-Din Afghani]] dan [[Muhammad Abduh]]. Ulama-ulama [[Suku Minangkabau|Minangkabau]] yang belajar di [[Kairo]], [[Mesir]] banyak berperan dalam menyebarkan ide-ide tersebut, di antara mereka ialah [[Muhammad Djamil Djambek]] dan [[Abdul Karim Amrullah]]. Pembaruan Islam yang tumbuh begitu pesat didukung dengan berdirinya sekolah-sekolah pembaruan seperti Adabiah (1909), [[Diniyah Putri]] (1911), dan [[Sumatra]] [[Thawalib]] (1915). Pada tahun 1906, [[Syeikh Tahir Jalaluddin Al-Azhari|Tahir bin Jalaluddin]] menerbitkan koran pembaruan ''al-Iman'' di [[Singapura]] dan lima tahun kemudian, di [[Padang]] terbit koran dwi-mingguan ''[[Al-Munir (majalah)|al-Munir]]''.{{sfn|Ricklefs|1991|pp=353-356}}