Masjid Kiai Gede: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dikembalikan ke revisi 21599490 oleh Penikmatbacaan (bicara) (TW)
Tag: Pembatalan
Mantisa 27 (bicara | kontrib)
k tambahan informasi dan referensi
Baris 26:
|minaret_height =
}}
'''Masjid Kiai Gede''' adalah sebuah [[masjid]] yang terletak di desa [[Kotawaringin Hulu, Kotawaringin Lama, Kotawaringin Barat|Kotawaringin Hulu]], kecamatan [[Kotawaringin Lama, Kotawaringin Barat|Kotawaringin Lama]], [[Kabupaten Kotawaringin Barat]], provinsi [[Kalimantan Tengah]]. Masjid ini merupakan bagian dari [[sejarah]] perkembangan [[Islam]] di [[Kotawaringin]] yang dilakukan oleh seorang [[ulama]] dari [[Jawa|Pulau Jawa]] bernama Kiai Gede. Pembangunan Masjid Kiai Gede dilakukan pada masa [[Pemerintah|pemerintahan]] Raja [[Kerajaan Kotawaringin]], [[Ratu Bagawan dari Kotawaringin|Dipati Antakesuma]]. Masjid ini letaknya di bagian tenggara [[alun-alun]] kota. Luas halaman masjid adalah 900 [[Meter persegi|meter pesegi]] dengan dikelilingi [[pagar]] kayu setinggi 1,25 [[meter]]. Masjid Kiai Gede berbentuk [[persegi]] dengan ukuran 15,5 x 15,5 meter dan seperti [[joglo]]. Bagian dalam masjid merupakan [[rumah panggung]] dengan ketinggian 1,5 meter di atas [[permukaan tanah]]. [[Lantai]] dan [[dinding]] masjid terbuat dari kayu [[ulin]]. Ruangan utama dimasuki dengan menggunakan [[tangga]] yang terbuat dari kayu di samping bangunan. Di dalam bangunan terdapat 36 buah tiang dengan tiga jenis bentuk yang berbeda.<ref>{{Cite book|last=Sugiyanti, dkk.|first=|date=1999|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/12674/1/MASJID%20KUNO%20INDONESIA.pdf|title=Masjid Kuno Indonesia|location=Jakarta|publisher=Proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Pusat|isbn=979-8250-16-8|pages=94|url-status=live}}</ref> Seperti mesjid kuna pada umumnya, masjid Kyai Gede juga memiliki mihrab, mimbar, dan bedug. Dilihat dari segi arsitekturnya, masjid ini memiliki percampuran seni bangunan. Pertama, terdapat ciri arsitektur bangunan masjid di Jawa yang terlihat dari bentuk atap tumpang dan menggunakan atap limas bersusun tiga yang berbentuk segitiga sama kaki. Kedua, terdapat ciri arsitektur kalimantan dengan bahan kayu [[ulin]] bertipe bangunan panggung (rumah panggung). Terakhir, terdapat ciri arsitektur Cina dimana cara meletakkan bedug digantung di serambi. <ref>{{Cite book|title=Profil Cagar Budaya Kalimantan|publisher=Balai Pelestarian Cagar Budaya Samarinda|pages=53-54|url-status=live}}</ref>
 
== Sejarah ==