Muhammad Sujono: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: mengubah tempat lahir
Bot5958 (bicara | kontrib)
k Perbarui referensi situs berita Indonesia
Baris 52:
Kegiatan lainnya yang dilakukannya adalah melatih para pemuda untuk menjadi anggota [[Paskhas|Pasukan Pertahanan Pangkalan]] ([[PPP]]), kemudian atas perintah Markas Tertinggi AURI melalui [[Halim Perdanakusuma|Komodor Muda Udara Halim Perdanakusuma]] pada 1947 membentuk pasukan payung pertama (''paratroop''). Soedjono dengan semangat yang menyala-nyala melaksanakan perintah yang telah diberikan oleh Markas Tertinggi AURI dengan senang hati. Oleh karena ia belum pernah melaksanakan terjun, langkah pertama yang dilakukan beliau adalah mendatangi orang-orang yang berpengalaman dalam hal ''paracutis'', di samping itu ia mempelajari sendiri teori-teori terjun payung. Secara kebetulan Soedjono mendapatkan payung-payung bekas peninggalan Belanda yang sudah lama tidak terpakai di [[Bandar Udara Adi Sucipto|Pangkalan Udara Maguwo]]. Soedjono sendiri secara kebetulan baru mendapatkan informasi kalau ada pelipat payung zaman Belanda yaitu Legino, Amir Hamzah, dan Pungut.
 
[[AURI]] melaksanakan latihan penerjunan pertama kali pada tanggal [[12 Februari]] [[1946]] di [[Bandar Udara Adi Sucipto|Pangkalan Udara Maguwo]]. Penerjunan ini seharusnya menggunakan pesawat angkut C-47 Dakota, namun karena keterbatasan, akhirnya hanya mempergunakan pesawat dengan dua tempat duduk peninggalan [[Jepang]], [[Churen]]. Penerjunan itu dilakukan dari ketinggian 2.300 kaki dari tiga buah pesawat. Pesawat pertama diterbangkan oleh [[Adisutjipto]] dan menerjunkan Amir Hamzah, penerbang kedua, [[Iswahyudi]] menerjunkan Legino dan penerbang ketiga, M. Suhodo, menerjunkan Pungut.<ref name=":1">{{Cite webnews|url=https://jambi.tribunnews.com/2018/10/01/ketika-tentara-belanda-ini-jadi-penerjun-payung-pertama-indonesia-saat-pesawatnya-ditembak-jepang|title=Ketika Tentara Belanda ini Jadi Penerjun Payung Pertama Indonesia Saat Pesawatnya Ditembak Jepang|websitework=Tribun Jambi[[Tribunnews|language=id-IDTribunnews.com]]|access-date=2019-06-12|date=2018-10-01|first=Andreas Eko|last=Prasetyo}}</ref> Penerjunan pertama di saat [[Indonesia]] sudah merdeka ini, disaksikan langsung oleh [[Surjadarma]] dan [[Panglima Besar Sudirman]] serta [[Perwira Tinggi|perwira tinggi]] [[TNI]] lainnya.
 
Di samping itu Soedjono bertemu dengan Opsir Muda Udara I Soekotjo yang pernah bergabung dengan Angkatan Laut Belanda, melaksanakan penerjunan dalam Operasi Perang Dunia ke-II. Soejono kemudian menghubungi orang-orang tersebut untuk membantu memberikan teori dan praktek tentang penerjunan. Opsir Muda Udara I Soekotjo dengan senang hati membagikan pengetahuan dan pengalamannya pada Soedjono mengenai teori dan praktek terjun payung meliputi teknik pendaratan klasik dengan koprol, juga membagikan ilmu operasi pendaratan di daerah yang diduduki musuh seperti menghilang bila sedang diikuti musuh disuatu kota dan lain sebagainya.
Baris 61:
 
== Meninggal Dunia ==
[[Marsekal Madya]] [[TNI]] ([[Purnawirawan|Purn.]]) HM. Soedjono, yang juga mantan [[Komando Pertahanan Udara Nasional Indonesia|Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional]] ([[Komando Pertahanan Udara Nasional Indonesia|Pangkohudnas]]) pertama, meninggal dunia pada tanggal [[16 Agustus]] [[2010]] di [[Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto|RSPAD Gatot Subroto]], [[Jakarta]]. HM Soedjono wafat pada usia 87 tahun karena sakit.<ref name=":0">{{Cite webnews|url=https://news.detik.com/berita/d-1421705/mantan-panglima-komando-udara-pertama-hm-soedjono-wafat|title=Mantan Panglima Komando Udara Pertama HM Soedjono Wafat|websitework=detiknews[[Detik.com|detikcom]]|access-date=2019-06-12|date=2010-08-16}}</ref> HM. Soedjono meninggal pada waktu 13.50 WIB. Rencana, almarhum akan dimakamkan di [[Purwakarta]], [[Jawa Barat]], pada [[Selasa]] ([[17 Agustus]] [[2010]]) dan dimakamkan di samping mendiang istrinya.<ref name=":0" />
 
== Jabatan Militer ==