Hari Sabat dalam Gereja Advent: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Cosmetic changes |
|||
Baris 25:
Pada abad-abad pertama, di [[Roma]], yang menjadi ibukota [[Kekaisaran Romawi]], rasa anti [[Yahudi]] sangat kuat, dan dan waktu ke waktu semakin kuat saja. Reaksi terhadap sentimen kebangsaan ini, orang-orang Kristen yang diam di kota itu berusaha membedakan diri mereka dari orang Yahudi. Mereka mulai meninggalkan beberapa kebiasaan yang dilakukan orang Yahudi dan mulai cenderung menjauh dan pemeliharaan hari Sabat sehingga menuju kepada pemeliharaan hari Minggu secara eksklusif. <ref>Bacciocchi, '''From Sabbath to Sunday''' (Rome: Pontifical Gregorian University Press, 1977), hlm. 223-232.</ref>
Dan abad kedua sampai abad kelima, pengaruh hari Minggu mulai bangkit, orang-orang Kristen masih terus memelihara Sabat Hari ketujuh di hampir seluruh Kerajaan Roma. Sejarawan abad kelima, Socrates, menulis sebagai berikut: “Hampir semua gereja di seluruh dunia memelihara Sabat yang kudus setiap minggu, namun orang Kristen yang di
Roma, dengan alasan bebenara tradisi kuno, berhenti melakukannya.” <ref>Socrates,'''Ecclesiastical History''', buku 5, bab 22, terjemahan dalam ''Nicene and Post-Nicene Fathers'' seri kedua (Grand Rapids: Wm.B. Eerdmans, 1979),jilid 2, hlm. 132.</ref>
Baris 40:
Undang-undang hari Minggu Konstantin membayangkan latar-belakangnya selaku penyembah matahari. “Pada Hari pemujaan Matahari (''venerabili die Solis'') hendaknya para [[hakim]] dan [[penduduk]] yang tinggal di kota-kota beristirahat dan tempat-tempat kerja ditutup. Di pedesaan, penduduk yang berhubungan dengan [[pertanian]] dapat dengan bebas dan didukung undang-undang meneruskan usaha mereka.” <ref>'''Codex Justinianus''', buku 3, judul 12, hal 3, terj. dalam Schaff, History of the Christian Church edisi kelima (New York: Charles Scnibuer, 1902),jilid 3, hlm, 380, catatan 1).</ref>
Beberapa [[dekade]] kemudian gerejapun mengikuti teladan itu. [[Konsili]] [[Laodikea]] ([[364 M]]), yang tidak merupakan konsili [[universal]] [[pertama]] kalinya mengeluarkan undang-undang pemeliharaan hari Minggu. Dalam [[Kanon]] 29 ketentuan gereja menyatakan bahwa orang-orang Kristen haruslah memuliakan hari Minggu dan “jika mungkin janganlah bekerja hari itu,”
Pada tahun [[538 M]], Konsili [[ketiga]] [[Gereja Katolik Roma]] mengeluarkan sebuah undang-undang yang lebih keras dari yang dikelurkan Konstantin. Kanon 28 dan konsili ini mengatakan bahwa pada hari Minggu “pekerjaan pertanian pun harus disingkirkan agar dengan demikian orang-orang tidak terhalang datang ke [[gereja]]” <ref>Giovanni Domenico Mansi, ed., '''Sacronum Conciliorum''' jilid 9, col. 919, dikutip oleh Maxwell, God Cares I, hlm 129. Dikutip sebagian dalam Andrews, History of the Sabbath and First Day of the Week hlm. 374.</ref>
|