Ciledug, Cirebon: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Perbaikan untuk PW:CW (Fokus: Minor/komestika; 1, 48, 64) + genfixes |
k clean up, replaced: ( → ( (4), ) → ) (4) |
||
Baris 1:
{{Peacock}}{{noref}}<!--<<<< JANGAN HAPUS PERINGATAN INI, KECUALI JIKA SUDAH DIPERBAIKI. JIKA NEKAT MENGHAPUS, AKAN BERAKIBAT ROLLBACK MASSAL PADA SUNTINGAN-SUNTINGAN ANDA
-->
{{Dati2
Baris 40 ⟶ 38:
| pushpin_map_caption = Letak di [[Jawa Barat]] Dan [[Indonesia]]
}}
'''Ciledug''' ([[Hanacaraka]]:ꦕꦶꦊꦢꦸꦒ꧀) adalah sebuah [[kecamatan|kota kecamatan]] di [[Kabupaten Cirebon]] bagian timur, [[Provinsi]] [[Jawa Barat]], [[Indonesia]].
Kota kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan [[Pabedilan, Cirebon|Pabedilan]] di sebelah utara, berbatasan dengan Kecamatan [[Waled, Cirebon|Waled]] di sebelah selatan, di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan [[Pabuaran, Cirebon|Pabuaran]] (kecamatan yang baru dimekarkan dari Kecamatan Ciledug), di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan [[Losari, Brebes|Losari]], [[Kabupaten Brebes]], [[Jawa Tengah]]. Tujuh desa yang ada di sebelah barat Kecamatan Ciledug membentuk kecamatan baru yaitu Kecamatan [[Pabuaran, Cirebon|Pabuaran]]. Makanan khas dari Ciledug yaitu [[Tahu Gejrot]]; yang kini dapat juga dinikmati di luar Ciledug, seperti di [[Bandung]] dan [[Jakarta]]. Di Ciledug masih dapat dijumpai gedung-gedung kuno, peninggalan pemerintahan [[Belanda]]. Ciledug dahulu merupakan salah satu kewedanaan di wilayah [[Cirebon]], yang meliputi Kecamatan Ciledug, [[Babakan, Cirebon|Babakan]], [[Waled, Cirebon|Waled]] dan [[Losari, Cirebon|Losari]] . Kantor Kewedanaan sekarang menjadi kantor Kecamatan Ciledug. Di sepanjang jalang utama Ciledug yakni di sisi kiri dan kanan Jalan Merdeka Barat dan Merdeka Utara masih berjejer gedung besar sebagai tempat budi daya [[sarang walet]].
Baris 63 ⟶ 59:
dianut oleh masyarakat ketika itu kebanyakan menganut agama [[Hindu]]-[[Budha]] pengaruh dari luar daerah.Pada saat itu, di Cirebon telah berkembang agama Islam yang dikembangkan<nowiki> </nowiki>oleh [[Pangeran Walangsungsang]] (Mbah Kuwu Cerbon), putra prabu siliwangi penguasa kerajaan galuh/pajajaran. Dalam rangka mengembangkan /<nowiki> </nowiki>mensiarkan agama islam. P. Walangsungsang dibantu oleh putra [[Nyai Rarasantang]] adiknya yang bernama [[Syarif Hidayatullah]] yang kemudian terkenal dengan sebutan [[Sunan Gunung Jati]].Dengan adanya [[Pangeran Walangsungsang]] menyebarkan agama Islam, maka wilayah [[Kerajaan Galuh]]/Pajajaran diliputi rasa kekhawatiran. Para sesepuh Galuh yang beragama Sanghiang merasa kehilangan wibawa dan kepercayaan dari masyarakatnya, antara lain [[Ki Arya Kidang Layaran]] yang juga sedang kecewa karena salah seorang anaknya yang bernama Raden Layang Kemuning mengundurkan diri sebagai pepatih Kerajaan Galuh, meninggalkan segala kebesaran dan pergi mengembara tanpa pamit, sedangkan tempat tujuannya pun tidak diketahui rimbanya. Untuk mencarinya [[Ki Arya Kidang Layaran]] mengutus [[Nyi Ratu Layang Sari]] adik [[Layang Kemuning]].Dalam pengembaraannya, [[Raden layang Kemuning]] menetap dan berdiam menyendiri disuatu tempat di tepi [[Sungai Cisanggarung]]. Ia menyamar sebagai tukang nyarah (mengambil kayu yang hanyut disungai) dan berganti nama dengan nama [[Ki Malewang]].Pada suatu hari, langit mendung, halilintar bergelegar dan turunlah hujan yang sangat deras bagai ditumpahkan dari langit . Akibat hujan lebat [[Sungai Cisanggarung]] banjir mendadak. Airnya bergemuruh dan bergulung-gulung menghanyutkan segala yang menghalangi, termasuk tubuh [[Ki Malewang]] yang sedang nyarah ikut terhanyut. Dalam keadaan pingsan ia terdampar di daerah Pagedangan. Tiada selembar kainpun yang melekat ditubuhnya, karena waktu nyarah pakaiannya diletakan ditepi sungai. (Tempat terdamparnya Ki Malewang sekarang bernama Pelabuhan)Ratu Layang Sari yang diutus ayahandanya untuk mencari kakaknya yang bernama Raden Layang Kemuning belum dapat menemukannya. Akhirnya sampailah ia di tempat Ki Malewang terdampar. Melihat ada tubuh seorang
laki-laki yang tergeletak ditepi sungai dalam keadaan tanpa busana, makakeinginannya untuk menolong diurungkan, tetapi ia melemparkan selendangnya untuk menutupi tubuh yang tergeletak itu. Lalu ia meninggalkan tempat itu dengan tidak mengira bahwa yang tergeletak adalah tubuh kakaknya yang selama ini ia cari.Setelah [[Ki Malewang]] sadar dari pingsannya, bukan main terkejutnya berada
di tempat itu dalam keadaan telanjang, hanya tertutup selembar selendang. Iapun bertanya-tanya dalam hati, siapakah orang yang telah menutupi badannya dengan selendang itu.Di Pagedangan itu Ki Malewang membuat gubuk untuk tempat tinggal. Dan pepohonan disekitarnya ditebang untuk dijadikan lahan pertanian. Daerah ditepi sungai Cisanggarung tempat kediaman Ki Malewang itu sangat subur,sehingga orang-orang berdatangan ke tempat itu, dan lama kelamaan ramailah daerah Pagedangan karena banyak penghuninya.Beberapa tahun kemudian, datanglah enam orang utusan dari [[Kerajaan Galuh]]<nowiki> </nowiki>setelah mendengar keberadaan Raden Layang Kemuning di Pagedangan dengan<nowiki> </nowiki>maksud agar Raden Layang Kemuning mau kembali ke Kerajaan Galuh. Tetapi<nowiki> </nowiki>Raden layang Kemuning (
1. [[Ki Gagak Singalaga]] (
2. [[Ki Angga Paksa]]
Baris 73 ⟶ 69:
4. [[Ki Kokol]]
5. [[Ki Jala Rawa]] (
6. [[Nyi Godong Lamaranti]] (
Ketika Mbah Kuwu Cerbon mengetahui bahwa daerah sebelah timur ada sebuah pedukuhan yang masih menganut agama Sanghiang, maka ia bersama pengikutnya mendatangi [[Pagedangan]] untuk menyampaikan agama [[Islam]]. Kedatangan Mbah Kuwu Cerbon diterima dengan baik oleh Ki Malewang, yang kemudian ia beserta para pengikutnya masuk agama Islam dengan tulus.Untuk menambah keyakinannya, Ki Malewang bersama pengikutnya mengangkat sumpah di depan Mbah Kuwu Cerbon sebagai bukti kesetiaannya memeluk agama [[Islam]]. Pada waktu sumpah itu dilaksanakan, tiba-tiba langit menjadi gelap tertutup mendung dan halilintar yang sangat dahsyat menyambar tubuh Ki Malewang. Suara menggelegar: “ Bleduuug” (di daerah itu disebut Bledug). Tubuh Ki Malewang tetap tegar, tidak bergetar dan tidak berubah. Sejak kejadian itu Ki Malewang mendapat gelar “ Ki Bledug Jaya”.Pada tahun [[1479]] [[Syarif Hidayatullah]] diangkat menjadi Susuhunan di Caruban Larang, dia memperluas Keraton Pakungwati dan akan mendirikan<nowiki> </nowiki>[[Masjid Agung Sang Ciptarasa]]. Karena memerlukan kayu jati yang baik dan kuat, maka Sinuhun menugaskan Ki Bledug untuk mencarikan kayu jati yang baik. Bersama dengan para pengikutnya Ki Bledug jaya menebang kayu di bulak kasub (daerah dukuh jeruk – Brebes) dan mengirimkannya ke Cirebon. Kelebihan dan sisa-sisa dari kayu yang dibawa ke Cerbon oleh [[Ki Bledug Jaya]] dan para pengikutnya Balai yang besar. Balai (Bale) besar itu digunakan untuk tempat bermusyawarah dalam rangka penyebaran agama Islam. Dala di balai itu juga Mbah Kuwu Cerbon memimpin dan mengatur cara penyebaran agama Islam. Balai itu lebih dikenal dengan sebutan BaleKambang Ranjang.Ranjang (Bale Kambang) itu mempunyai enam buah tiang penyangga, hal ini dimaksudkan untuk mengenang jasa keenam pengikutnya yaitu: ki Gagak Sigalaga, Ki Angga Paksa, Ki Angga Raksa, Ki Kokol, Ki Jalak Rawa, dan Nyi Godong Lamaranti.Bale Kambang ini selain tempat musyawarah juga digunakan oleh Ki Bledug Jaya untuk mengambil sumpah orang-orang yang baru masuk agama Islam agar tidak kembali ke agama Sanghiang.Ki Bledug Jaya/Ki Malewang/Raden Layang Kemuning wafat di Cirebon. Dan atas jasanya dalam penyebaran agama Islam dia dimakamkan di Asatana Gunung Jati Blok Ganggong Pamungkuran.
Baris 479 ⟶ 475:
|Ciledug Lor
|}
{| class="wikitable"
Baris 660 ⟶ 655:
!66
|}
* '''Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah'''
|