Penalaran: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bot5958 (bicara | kontrib)
k Perbaikan untuk PW:CW (Fokus: Minor/komestika; 1, 48, 64) + genfixes
k clean up
Baris 30:
Metode [[penalaran induktif]] (induksi), diartikan sebagai metode yang dimulai dari hal-hal yang berlaku umum untuk menarik kesimpulan yang khusus.<ref name=":0">{{cite book|last1=Ruswanto|date=2009|url=https://repository.bbg.ac.id/bitstream/526/1/Sosiologi_SMAMA.pdf|title=Sosiologi : SMA / MA Kelas X|place=[[Jakarta]]|publisher=Mefi Caraka|isbn=978-979-068-746-2|pages=9|coauthors=}}</ref> Penalaran induktif adalah dapat juga diartikan sebagai proses penalaran dari sekumpulan fakta peristiwa/pernyataan tertentu untuk mencapai kesimpulan yang dapat menjelaskan fakta.<ref>{{cite book|last1=Sternberg|first1=Robert J.|last2=Sternberg|first2=Karin|date=2009|url=http://cs.um.ac.ir/images/87/books/Cognitive%20Psychology_Strenberg%206th%20.pdf|title=Cognitive Psychology, Sixth Edition|place=[[Kanada]]|publisher=Wadsworth, Cengage Learning|isbn=978-1-111-34476-4|pages=519|language=en-EN|coauthors=}}</ref> Metode yang dipakai dalam berpikir dengan bertolak menjelaskan permasalahan-permasalahan (mengandung pembuktian dan contoh-contoh fakta) sifatnya khusus dalam menentukan kesimpulan yang sifatnya umum. Prinsip metode penalaran ini ialah dengan mengumpulkan pengamatan disintesis untuk menghasilkan prinsip umum. Dalam hal ini, penalaran induktif dikategorikan menjadi dua macam yakni induktif sempurna dan induktif tidak sempurna.<ref name=":2">{{cite book|last=Dewantara|first=Agustinus W.|date=2018|url=https://files.osf.io/v1/resources/t57qc/providers/osfstorage/5da93138f1b0a9000b62cfbb?format=pdf&action=download&direct&version=1|title=LOGIKA: Seni Berpikir Lurus|place=[[Madiun]]|publisher=Wina Press|isbn=9786239 156206|pages=69|url-status=live|coauthors=}}</ref> Induksi menurut [[Aristoteles]], ia menyatakan bahwa proses induksi ialah “suatu peningkatan dari hal-hal yang bersifat individual kepada hal-hal yang bersifat universal”.<ref>{{cite book|last1=Tumanggor|first1=Raja Oloan|last2=Suharyanto|first2=Carolus|date=2019|url=https://lintar.untar.ac.id/repository/penelitian/buktipenelitian_10707007_2A100730.pdf|title=Logika Ilmu Berpikir Kritis|place=[[Yogyakarta]]|publisher=PT Kanisius|isbn=978-979-21-6287-5|pages=95|language=id|coauthors=}}</ref>
==== Induktif sempurna ====
Induktif sempurna dapat dinyatakan bahwa [[peneliti]] (''observer'') melakukan penyelidikan suatu objek atau individu atau hal dalam kelasnya tanpa satupun yang meleset dengan cara menyeluruh. Dari hasil penyelidikan, peneliti kemudian mengambil kesimpulan yang sifatnya umum.<ref name=":2" /> Misalnya, peneliti akan menguji apakah jeruk di satu keranjang manis semua atau tidak. Dalam induktif sempurna yang dimaksud adalah peneliti mencoba semua apel yang ada di dalam keranjang itu tanpa terkecuali. Hal inilah yang disebut induksi sempurna dikarenakan kesimpulan ditarik dari pengujian atas semua hal khusus tanpa ada yang dikecualikan. Kendala akan muncul kepermukaan saat apa yang diselidiki ternyata sangat banyak dan atau mencakup wilayah yang sangat luas.<ref name=":2" />
 
Contoh lainnya:
 
Pada saat ini remaja lebih menyukai tari-tarian dari barat seperti [[breakdance]], Shuffle, [[Salsa (tarian)|salsa]] (dan [[Kripton]]), modern dance dan lain sebagainya. Begitupula dengan jenis musik umumnya mereka menyukai rock, blues, jazz, maupun reff tarian dan [[kesenian]] tradisional mulai ditinggalkan dan beralih mengikuti tren barat. Penerimaan terhadap bahaya luar yang masuk tidak disertai dengan pelestarian budaya sendiri. Kesenian dan budaya luar perlahan-lahan menggeser kesenian dan budaya tradisional.
 
====Semua Makhluk Hidup Itu
Baris 50:
Penalaran [[Matematika]] Selain penalaran deduktif dan induktif, terdapat beberapa jenis penalaran yang lain. Piaget mengidentifikasi beberapa penalaran dalam tingkat operasional formal yaitu: penalaran konservasi, penalaran proporsional, penalaran pengontrolan variabel, penalaran probabilistik, penalaran korelasional, dan penalaran kombinatorial.<ref>{{Cite book|last=R. W. Dahar|date=1998|title=Teori-teori Belajar|location=Jakarta|publisher=Erlangga|pages=52|url-status=live}}</ref>
 
*1) Penalaran konservasi
 
Siswa memahami bahwa kuantitas sesuatu itu tidak berubah karena mengalami perubahan bentuk.
Baris 62:
Siswa dapat menetapkan dan mengontrol variabel – variabel tertentu dari suatu masalah. Jika anak operasi konkret pada umumnya mengubah secara serentak dua variabel yang berbeda, maka anak operasi formal dapat mengisolasi satu variabel pada suatu saat tertentu, misal pada saat eksperimen anak dapat mengontrol variabel yang dapat mempengaruhi variabel respon dan hanya mengubah satu variabel sebagai variabel manipulasi untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel manipulasi terhadap variabel respon.
 
*4) Penalaran probabilistik
 
Penalaran probabilistik terjadi pada saat seseorang menggunakan informasi untuk memutuskan apakah suatu kesimpulan benar atau tidak. Indikator dari penalaran ini adalah anak dapat membedakan hal–hal yang pasti dan hal-hal yang mungkin terjadi dari perhitungan peluang.
 
*5) Penalaran koresional
 
Didefinisikan sebagai pola pikir yang digunakan seseorang anak untuk menentukan hubungan timbal balik antarvariabel. Indikator dari penalaran ini adalah anak dapat mengidentifikasikan apakah terdapat hubungan antar variabel yang ditinjau dengan variabel lainnya. Penalaran koresional melibatkan pengidentifikasian dan pemverifikasian hubungan antarvariabel.
 
*6) Penalaran kombinatorial
 
Kemampuan untuk mempertimbangkan seluruh alternatif yang mungkin pada suatu situasi tertentu. Anak saat memecahkan suatu masalah akan menggunakan seluruh kombinasi atau faktor yang ada kaitannya dengan masalah tertentu. Berdasarkan penjelasan di atas, ada beberapa macam penalaran dalam matematika, namun yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah penalaran proporsional karena sebagian besar masalah matematika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari membutuhkan penalaran proporsional.
*7)Penalaran Proporsional Penalaran
 
proporsional adalah penalaran tentang pemahaman keserupaan struktur dua relasi dalam masalah proporsional. Kemudian Lamon memberikan pendapat yaitu “proportional reasoning involves the deliberate use of multiplicative relationships to compare quantities and to predict the value of one quantity based on the values of another”, yang dapat diartikan sebagai penalaran proporsional melibatkan kegunaan pertimbangan dari hubungan multiplikatif untuk membandingkan kuantitas dan untuk memprediksi nilai dari suatu kuantitas berdasarkan kuantitas yang lain. Sedangkan dalam penelitian ini, penalaran proporsional adalah aktivitas mental yang mampu memahami relasi perubahan suatu kuantitas terhadap kuantitas yang lain melalui hubungan multiplikatif.<ref>{{Cite book|last=Lamon|first=Susan J|date=2008|title=eaching Fractions and Ratios for Understanding|location=New
Baris 84:
 
== Manusia dalam mengembangkan pengetahuan ==
Manusia dapat mengembangkan pengetahuannya dikarenakan oleh dua faktor utama yakni selain memiliki kemampuan penalaran juga karena memiliki bahasa.<ref name=":5">{{Cite web|last=Nurlaila|first=|title=Konsep Dasar Berpikir sebagai Pengantar ke Arah Berpikir Ilmiah untuk Memerangi Kesesatan Logika|url=https://warstek.com/konsep-dasar-berpikir/|website=warstek.com|language=id-ID|access-date=2021-12-03}}</ref> Kemampuan menalar dapat diartikan bahwa manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dengan cepat. Kemampuan bahasa dapat dartikan bahwa deengan memakai bahasa, manusia dapat dasar kemampuan menulis ilmiah dan atau saling berkomunikasi,<ref>{{cite journal|last1=Prasetyo Nugroho|first1=Bivit Anggoro|last2=Yulianti|first2=Uki Hares|date=2019|title=Penalaran Dan Bahasa Sebagai Dasar Penulisan Ilmiah|url=http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa/article/view/881/794|journal=Seminar Internasional Riksa Bahasa|volume=|issue=|pages=267|issn=2655-1780|id=|accessdate=2021-12-08}}</ref> bertukar informasi serta jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi yang diberikan tersebut.<ref name=":6">{{cite journal|last=Kurniawan|first=Khaerudin|date=2015|title=Bahasa Indonesia Sebagai Sarana Pengembangan Penalaran Suatu Tinjauan Filosofis|url=https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/view/9205/pdf|journal=Jurnal Cakrawala Pendidikan|volume=1996|issue=1|pages=87-88|doi=10.21831/cp.v1i1.9205|id=|accessdate=2021-12-03}}</ref>
 
Kedua hal itu memungkinkan manusia mengembangkan pengetahuannya akan tetapi tidak semua pengetahuan manusia berasal dari proses penalaran,<ref name=":5" /> karena berpikir pun tidak semua didasarkan nalar karena manusia bukan semata-mata makhluk yang berpikir, selain itu, manusia juga dapat merasa, mengindra.<ref name=":6" />