=== Mendirikan Pesantren Jamsaren ===
Pakubuwana IV memberi izin kepada Kyai Jamsari untuk mendirikan sebuah pondok pesantren yang kemudian diberi nama Pesantren Jamsaren. Setiap tahun, Pakubuwana IV memberi donasi ke pesantren sebagai wujud kepedulian terhadap perkembangan pendidikan islam di Surakarta. Pesantren Jamsaren sempat dibubarkan oleh pemerintah kolonial karena keterlibatannya dalam [[Perang Diponegoro]] sehingga mengakibatkan pengembangan pendidikan islam di Surakarta mengalami stagnansi. Setelah ditutup selama kurang lebih 40 tahun, Pesantren Jamsaren kembali beroperasi pada masa [[Pakubuwana X]].<ref name=":1" />[[Berkas:Orgel napoleon untuk pakubuwono IV.jpg|ka|210x210px|jmpl|''Orgel'' atau kotak musik pemberian dari [[Napoleon Bonaparte]] untuk Susuhunan Pakubuwana IV. Sekarang kotak musik ini tersimpan di [[Museum Radya Pustaka]].]]
=== Sikap terhadap Yogyakarta ===
[[Berkas:Orgel napoleon untuk pakubuwono IV.jpg|ka|250px|jmpl|''Orgel'' atau kotak musik pemberian dari [[Napoleon Bonaparte]] untuk Susuhunan Pakubuwana IV. Sekarang kotak musik ini tersimpan di [[Museum Radya Pustaka]].]]
Atas prakarsa VOC, maka Pakubuwana IV, [[Hamengkubuwana I]], dan [[Mangkunegara I]] bersama menandatangani perjanjian yang menegaskan bahwa kedaulatan Surakarta, [[Kesultanan Yogyakarta|Yogyakarta]], dan [[Mangkunegaran]] adalah setara dan mereka dilarang untuk saling menaklukkan.
Meskipun demikian, Pakubuwana IV tetap saja menyimpan ambisi untuk mengembalikan Yogyakarta ke dalam pangkuan [[Surakarta]]. Sejak tahun [[1800]] tidak ada lagi VOC karena dibubarkan pemerintah negeri [[Belanda]]. Sebagai gantinya, dibentuk pemerintahan [[Hindia Belanda]] yang juga dipimpin seorang gubernur jenderal.
[[Herman Daendels]], gubernur jenderal [[Hindia Belanda]] sejak [[1808]], menerapkan aturan yang semakin merendahkan kedaulatan istana. Dalam hal ini Pakubuwana IV seolah-olah menerima kebijakan itu karena ia berharap Belanda mau membantunya merebut Yogyakarta. Pakubuwana IV juga pandai bersandiwara di hadapan [[Thomas Raffles]], wakil pemerintah [[Inggris]] yang telah menggeser pemerintahan Hindia Belanda pada [[1811]]. Sementara itu [[Hamengkubuwana II]] (pengganti Hamengkubuwana I) terkesan kurang ramah terhadap bangsa asing.
Pakubuwana IV memanfaatkan kesempatan itu. Ia saling berkirim surat dengan Hamengkubuwana II yang berisi hasutan supaya Yogyakarta segera memberontak terhadap Inggris. Harapannya, Yogyakarta akan hancur di tangan Inggris. Pihak Inggris lebih dulu mengambil tindakan. Pada [[Juni]] [[1812]], Istana Yogyakarta berhasil diduduki dengan bantuan [[Mangkunegara II]] dalam peristiwa yang dikenal dengan nama [[Geger Sepehi]]. Hamengkubuwana II sendiri ditangkap dan dibuang ke [[Penang]].
=== Persekutuan dengan Orang-Orang Sepoy ===
Surat-menyurat antara Pakubuwana IV dan Hamengkubuwana II terbongkar. Pihak Inggris tidak menurunkan Pakubuwana IV dari takhta, tetapi merebut beberapa wilayah Surakarta.
Pakubuwana IV belum juga jera. Pada [[1814]], ia bersekutu dengan kaum Sepoy dari [[India]], yaitu tentara yang dibawa Inggris untuk bertugas di Jawa. Tentara Sepoy ini diajak Pakubuwana IV untuk memberontak terhadap Inggris, serta menaklukkan Yogyakarta yang saat itu dipimpin [[Hamengkubuwana III]].
Persekutuan ini kandas pada [[1815]]. Sebanyak 70 orang Sepoy yang terlibat pemberontakan diadili pihak Inggris. Sejumlah 17 orang di antaranya dihukum mati. Sedangkan sisanya dipulangkan ke India sebagai tawanan. [[Thomas Raffles]] juga membuang seorang pangeran Surakarta yang dianggap sebagai penghasut Pakubuwana IV.
== Akhir Pemerintahan ==
|