Muntilan, Magelang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Suntingan 36.72.214.229 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Tegelinang
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Sriguno (bicara | kontrib)
Tag: menambah kata-kata yang berlebihan atau hiperbolis VisualEditor
Baris 74:
* TK Pertiwi
* SD Kanisius Mandala
* SD Terpadu Ma'arif (Tema) Gunungpring
* SD Muhammadiyah 1 Muntilan
* SD Muhammadiyah Gunungpring Muntilan
Baris 90:
* MI Ma'arif Ponggol Tamanagung
* MI Muhammadiyah kaweron muntilan
* MTs Maarif 1 Muntilan di Gondosuli
* MTs Maarif 2 Muntilan di Gunungpring
* SMP Marsudirini Marganingsih Muntilan
* SMP Kanisius Muntilan
Baris 115 ⟶ 117:
 
== Pariwisata ==
Wisata religi yang sangat dikenal oleh masyarakat di antaranya adalah makam Kyai Raden Santri Gunungpring di Desa [[Gunungpring, Muntilan, Magelang]], yang dikunjungi oleh sekitar 5001000 pengunjung setiap harinya dari berbagai daerah di JawaIndonesia. Makam ini berada di gugusan bukit Gunungpring. Juga makam Romo Sandyoyo, Kerkop Muntilan, yang dikenal dan dikunjungi oleh umat Katholik di Indonesia.
 
Pusat penyebaran agama Islam yang utama pada abad 16 adalah wilayah Gunungpring. Pada abad 19-an akhir berdiri Pondok Pesantren Watucongol Muntilan yang didirikan oleh Kyai Nahrawi Dalhar atau dikenal dengan Mbah [[Dalhar bin Abdurrahman]]. Ia mukim di Mekah selama 25 tahun dan termasuk keturunan Amangkurat II Kasultanan Surakarta. Watucongol juga menjadi pusat Tarekat Syadzaliyah, salah satu tarekat mu'tabarah di lingkungan Nahdlatul Ulama. Sepeninggal Mbah Dalhar, Pondok ini diteruskan KH. [[Ahmad Abdul Haq]] (w.2010), putra kedua Mbah Dalhar. Pondok ini sering dikunjungi presiden-presiden yang sedang menjabat. Sepeninggal beliau, pondok diteruskan oleh putra-putra beliau, di antara yang utama adalah KH. Ali Qoishor Abdul Haq. Hingga kini, di lingkungan Watucongol berdiri Pondok Addalhariyah, Darussalam TImur, dan Darussalam itu sendiri.
Para [[Yesuit]] telah lama hadir di Muntilan. Terdapat sebuah [[seminari]] dan [[nekropolis]] yang banyak berisi peninggalan para anggota lamanya. Kardinal [[Julius Darmaatmadja]], kardinal [[Gereja Katolik Roma]] dan Uskup Agung Jakarta saat ini, lahir di Muntilan. Selain itu di kota ini terdapat lembaga pendidikan yang dikelola oleh yayasan Katolik sejak zaman Belanda. Yang paling menonjol adalah Sekolah Guru (''Kweekschool'')(sekarang SMA Van Lith Pangudi Luhur). Di samping itu juga ada beberapa sekolah dasar bagi anak-anak pribumi. Selain beberapa tokoh rohaniawan Katolik, lembaga pendidikan itu juga meluluskan sejumlah tokoh nasional seperti mendiang [[Frans Seda]] (mantan Menteri Keuangan), Simbolon (Kolonel), dan [[Sartono Kartodirdjo]] (sejarawan).
 
ParaPada awal abad 20 [[Yesuit]] telah lama hadir di Muntilan. Terdapat sebuah [[seminari]] dan [[nekropolis]] yang banyak berisi peninggalan para anggota lamanya. Kardinal [[Julius Darmaatmadja]], kardinal [[Gereja Katolik Roma]] dan Uskup Agung Jakarta saat ini, lahir di Muntilan. Selain itu di kota ini terdapat lembaga pendidikan yang dikelola oleh yayasan Katolik sejak zaman Belanda. Yang paling menonjol adalah Sekolah Guru (''Kweekschool'')(sekarang SMA Van Lith Pangudi Luhur). Di samping itu juga ada beberapa sekolah dasar bagi anak-anak pribumi. Selain beberapa tokoh rohaniawan Katolik, lembaga pendidikan itu juga meluluskan sejumlah tokoh nasional seperti mendiang [[Frans Seda]] (mantan Menteri Keuangan), Simbolon (Kolonel), dan [[Sartono Kartodirdjo]] (sejarawan).
 
Di wilayah kecamatan ini juga terdapat [[candi]] peninggalan agama [[Buddha]], yaitu [[Candi Ngawen]]. Candi ini yang cukup menarik karena berjajar lima bangunan dalam satu kompleks, dengan pahatan [[singa]] pada masing-masing sudut kaki candi.