Pakubuwana IV: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Maulana.AN (bicara | kontrib) k Menghapus bagian tanpa rujukan |
Maulana.AN (bicara | kontrib) k Menambah isi |
||
Baris 47:
=== Mendirikan Pesantren Jamsaren ===
Pakubuwana IV memberi izin kepada Kyai Jamsari untuk mendirikan sebuah pondok pesantren yang kemudian diberi nama Pesantren Jamsaren. Setiap tahun, Pakubuwana IV memberi donasi ke pesantren sebagai wujud kepedulian terhadap perkembangan pendidikan islam di Surakarta. Pesantren Jamsaren sempat dibubarkan oleh pemerintah kolonial karena keterlibatannya dalam [[Perang Diponegoro]] sehingga mengakibatkan pengembangan pendidikan islam di Surakarta mengalami stagnansi. Setelah ditutup selama kurang lebih 40 tahun, Pesantren Jamsaren kembali beroperasi pada masa [[Pakubuwana X]].<ref name=":1" />[[Berkas:Orgel napoleon untuk pakubuwono IV.jpg|ka|210x210px|jmpl|''Orgel'' atau kotak musik pemberian dari [[Napoleon Bonaparte]] untuk Susuhunan Pakubuwana IV. Sekarang kotak musik ini tersimpan di [[Museum Radya Pustaka]].]]▼
▲Pakubuwana IV memberi izin kepada Kyai Jamsari untuk mendirikan sebuah pondok pesantren yang kemudian diberi nama Pesantren Jamsaren. Setiap tahun, Pakubuwana IV memberi donasi ke pesantren sebagai wujud kepedulian terhadap perkembangan pendidikan islam di Surakarta. Pesantren Jamsaren sempat dibubarkan oleh pemerintah kolonial karena keterlibatannya dalam [[Perang Diponegoro]] sehingga mengakibatkan pengembangan pendidikan islam di Surakarta mengalami stagnansi. Setelah ditutup selama kurang lebih 40 tahun, Pesantren Jamsaren kembali beroperasi pada masa [[Pakubuwana X]].<ref name=":1" />
=== Ambisi politik dan sikap terhadap Yogyakarta ===
{{Lihatpula|Geger Sepoy}}
Pakubuwana IV dikenal sebagai penguasa yang licik, tak terduga, dan ambisius. Salah satu ambisinya adalah menghancurkan [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat|Yogyakarta]] sekaligus mengembalikan supremasi politik [[Kesunanan Surakarta Hadiningrat|Surakarta]] di Jawa Tengah bagian selatan.<ref name=":2">{{Cite book|last=Carey|first=P. B. R.|last2=A. Noor|first2=Farish|date=2022|url=https://www.worldcat.org/oclc/1348391104|title=Ras, kuasa, dan kekerasan kolonial di Hindia Belanda, 1808-1830|location=Jakarta|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|isbn=978-602-481-656-8|edition=|pages=185-186|others=|oclc=1348391104|url-status=live}}</ref>
Di saat yang bersamaan, munculnya desas-desus tentang pengembalian kekuasaan Belanda di Jawa dan kekhawatiran pasukan Sipahi di Jawa tentang nasib mereka karena muncul desas-desus mereka akan dijual ke pemerintah Belanda untuk menjamin keselamatan pemerintah Belanda ketika kembali berkuasa. Sejak saat itulah—berdasarkan bukti dari Patih Sosroadiningrat II— muncul hubungan antara garnisun sipahi di Surakarta dengan Pakubuwana IV. Ia berhasil dibujuk untuk menggunakan pasukan sipahi yang tidak puas untuk memenuhi ambisi politiknya sendiri di Jawa Tengah bagian selatan.<ref name=":2" />
Kelicikan Pakubuwana IV terlihat ketika ia berusaha untuk membujuk [[Hamengkubuwana II]]—melalui sebuah korespondensi rahasia sejak 1811 hingga 1812—untuk melawan Inggris menggunakan kekerasan dengan harapan tindakan gegabah ini akan menghancurkan Yogykarta. Untuk meyakinkan Hamengkubuwana II, Pakubuwana IV menawarkan dukungan militer jika terjadi peperangan dengan Inggris. Kesepakatan tersebut diratifikasi dalam sebuah perjanjian rahasia pada Maret 1812. Namun, ketika [[Thomas Stamford Raffles|Raffles]] menyerang Yogyakarta pada bulan Juni di tahun yang sama, Sunan tidak mengirimkan bantuan sama sekali dan justru menunggu hasil dari pertempuran tersebut. Selain itu, salinan korespondensi rahasia antara Sunan dengan Hamengkubuwana II jatuh ke tangan Inggris ketika penjarahan keraton. Bukti korespondensi rahasia dan kenyataan bahwa pasukan Surakarta ditempatkan di seberang jalur komunikasi Inggris selama penyerangan ke Yogyakarta hampir membuat Raffles menyerang Surakarta dan menggulingkan Sunan. Namun, ia mengampuni Sunan dengan menyetujui pemberhentian Patih Surakarta, Raden Adipati Cokronegoro, yang memegang peran kunci dalam persekongkolan dengan Yogyakarta.<ref name=":2" />[[Berkas:Orgel napoleon untuk pakubuwono IV.jpg|ka|193x193px|jmpl|''Orgel'' atau kotak musik pemberian dari [[Napoleon Bonaparte]] untuk Susuhunan Pakubuwana IV. Sekarang kotak musik ini tersimpan di [[Museum Radya Pustaka]].]]
== Akhir Pemerintahan ==
Baris 55 ⟶ 63:
Pakubuwana IV meninggal dunia pada [[2 Oktober]] [[1820]]. Ia digantikan putranya yang bergelar [[Pakubuwana V]]. Semasa hidupnya, Pakubuwana IV dikenal sebagai '''Sinuhun Wali''' karena ia terkenal sangat dekat dengan kaum ulama. Lagi pula beliau memang gemar bertapa serta ahli [[zikir]], di mana tingkat ilmu rohaninya memang sederajat ''waliyullah''. Terbukti banyak situs-situs bekas tempat berdoa beliau. Semua membuktikan beliau adalah raja rakyat, raja yang sangat mencintai rakyatnya.
Selain dikenal sebagai ahli politik yang cerdik, Pakubuwana IV juga terkenal kemampuannya dalam bidang sastra/ kapujanggan, khususnya yang bersifat rohani. Ia diyakini mengarang naskah Serat Wulangreh, Serat Cipto Waskitho, dan lain-lain, yang berisi ajaran-ajaran luhur untuk memperbaiki moral dan budi pekerti. Tidak itu saja, beliau pun seorang ahli budaya dengan mengembangkan wayang kulit
Pujangga besar [[Ranggawarsita]] mengaku semasa muda ia pernah belajar beberapa ilmu kesaktian kepada Pakubuwana IV. [[Ranggawarsita]] sendiri merupakan cucu angkat Pangeran Buminata, adik Pakubuwana IV.
|