Pakubuwana IV: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Maulana.AN (bicara | kontrib) k Menambah isi |
Maulana.AN (bicara | kontrib) k Merapikan artikel dan menghapus bagian yang tak penting |
||
Baris 35:
Pakubuwana IV adalah susuhunan Surakarta yang penuh cita-cita dan keberanian, berbeda dengan ayahnya yang kurang cakap. Ia adalah pemeluk [[Islam]] yang taat dan mengangkat para [[ulama]] dalam pemerintahan.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Joebagjo|first=Hermanu|date=2015-12-30|title=Politik Simbolis Kasunanan|url=http://journal2.um.ac.id/index.php/sejarah-dan-budaya/article/view/1538|journal=Sejarah dan Budaya : Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya|language=id|publisher=Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang|volume=9|issue=2|pages=182|doi=10.17977/um020v9i22015p179192|issn=2503-1147}}</ref> Hal ini tentu saja ditentang para pejabat berkecenderungan mistik yang sudah mapan di istana.
Pakubuwana IV dalam babad-babad sejarah politik lebih dikenal melalui ambisi besarnya untuk mempersatukan kembali Surakarta dengan Yogyakarta, yang berujung kepada dua peristiwa besar, yakni Pakepung (pengepungan Kasunanan oleh tentara Madura, Yogyakarta dan
=== Peristiwa Pakepung ===
Baris 45:
Pakubuwana IV akhirnya mengaku kalah pada [[26 November]] [[1790]] dengan menyerahkan para penasihatnya yang terdiri dari para haji untuk dibuang VOC.
=== Mendirikan Pesantren Jamsaren ===▼
Pakubuwana IV memberi izin kepada Kyai Jamsari untuk mendirikan sebuah pondok pesantren yang kemudian diberi nama Pesantren Jamsaren. Setiap tahun, Pakubuwana IV memberi donasi ke pesantren sebagai wujud kepedulian terhadap perkembangan pendidikan islam di Surakarta. Pesantren Jamsaren sempat dibubarkan oleh pemerintah kolonial karena keterlibatannya dalam [[Perang Diponegoro]] sehingga mengakibatkan pengembangan pendidikan islam di Surakarta mengalami stagnansi. Setelah ditutup selama kurang lebih 40 tahun, Pesantren Jamsaren kembali beroperasi pada masa [[Pakubuwana X]].<ref name=":1" />▼
=== Ambisi politik dan sikap terhadap Yogyakarta ===
Baris 56 ⟶ 52:
Di saat yang bersamaan, munculnya desas-desus tentang pengembalian kekuasaan Belanda di Jawa dan kekhawatiran pasukan Sipahi di Jawa tentang nasib mereka karena muncul desas-desus mereka akan dijual ke pemerintah Belanda untuk menjamin keselamatan pemerintah Belanda ketika kembali berkuasa. Sejak saat itulah—berdasarkan bukti dari Patih Sosroadiningrat II— muncul hubungan antara garnisun sipahi di Surakarta dengan Pakubuwana IV. Ia berhasil dibujuk untuk menggunakan pasukan sipahi yang tidak puas untuk memenuhi ambisi politiknya sendiri di Jawa Tengah bagian selatan.<ref name=":2" />
Kelicikan Pakubuwana IV terlihat ketika ia berusaha untuk membujuk [[Hamengkubuwana II]]—melalui sebuah korespondensi rahasia sejak 1811 hingga 1812—untuk melawan Inggris menggunakan kekerasan dengan harapan tindakan gegabah ini akan menghancurkan Yogykarta. Untuk meyakinkan Hamengkubuwana II, Pakubuwana IV menawarkan dukungan militer jika terjadi peperangan dengan Inggris. Kesepakatan tersebut diratifikasi dalam sebuah perjanjian rahasia pada Maret 1812. Namun, ketika [[Thomas Stamford Raffles|Raffles]] menyerang Yogyakarta pada bulan Juni di tahun yang sama, Sunan tidak mengirimkan bantuan sama sekali dan justru menunggu hasil dari pertempuran tersebut. Selain itu, salinan korespondensi rahasia antara Sunan dengan Hamengkubuwana II jatuh ke tangan Inggris ketika penjarahan keraton. Bukti korespondensi rahasia dan kenyataan bahwa pasukan Surakarta ditempatkan di seberang jalur komunikasi Inggris selama penyerangan ke Yogyakarta hampir membuat Raffles menyerang Surakarta dan menggulingkan Sunan. Namun, ia mengampuni Sunan dengan menyetujui pemberhentian Patih Surakarta, Raden Adipati Cokronegoro, yang memegang peran kunci dalam persekongkolan dengan Yogyakarta.<ref name=":2" />
▲=== Mendirikan Pesantren Jamsaren ===
== Akhir Pemerintahan ==▼
Pakubuwana IV masih menjadi raja Surakarta tanpa diturunkan Inggris. Sebaliknya, ia mengalami pergantian pemerintah penjajah, dari Inggris kembali kepada Belanda pada [[1816]].▼
▲Pakubuwana IV memberi izin kepada Kyai Jamsari untuk mendirikan sebuah pondok pesantren yang kemudian diberi nama Pesantren Jamsaren. Setiap tahun, Pakubuwana IV memberi donasi ke pesantren sebagai wujud kepedulian terhadap perkembangan pendidikan islam di Surakarta. Pesantren Jamsaren sempat dibubarkan oleh pemerintah kolonial karena keterlibatannya dalam [[Perang Diponegoro]] sehingga mengakibatkan pengembangan pendidikan islam di Surakarta mengalami stagnansi. Setelah ditutup selama kurang lebih 40 tahun, Pesantren Jamsaren kembali beroperasi pada masa [[Pakubuwana X]].<ref name=":1" />[[Berkas:Orgel napoleon untuk pakubuwono IV.jpg|ka|193x193px|jmpl|''Orgel'' atau kotak musik pemberian dari [[Napoleon Bonaparte]] untuk Susuhunan Pakubuwana IV. Sekarang kotak musik ini tersimpan di [[Museum Radya Pustaka]].]]
▲== Akhir Pemerintahan ==
▲Pakubuwana IV masih menjadi raja Surakarta tanpa diturunkan Inggris. Sebaliknya, ia mengalami pergantian pemerintah penjajah, dari Inggris kembali kepada Belanda pada [[1816]]. Pakubuwana IV meninggal dunia pada [[2 Oktober]] [[1820]]. Ia digantikan putranya yang bergelar [[Pakubuwana V]]. Selain Pakubuwana V, ada dua lagi putra Pakubuwana IV yang menjadi raja Surakarta, yaitu [[Pakubuwana VII]] dan [[Pakubuwana VIII]].
== Rujukan ==
{{Reflist}}
==
* Andjar Any. 1980. ''Raden Ngabehi Ronggowarsito, Apa yang Terjadi?'' Semarang: Aneka Ilmu
|