Pindang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.2
Driwid (bicara | kontrib)
Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan.
Baris 19:
=== Cara pengolahan ===
==== Cara Bawean ====
Pengolahan ikan pindang cara [[Bawean]] termasuk jenis pemindangan garam menggunakan pendil atau paso, [[daun pisang]] kering, dan garam (20–30% dari berat ikan). Ikan yang digunakan biasanya [[ikan layang]] dan [[ikan bandeng]]. Ikan diatur berlapis-lapis serapat mungkin dan setiap lapisan ditaburi garam. Setelah pendil atau paso penuh, air ditambahkan sampai ikan terendam. Setelah ikan masak, air yang tersisa dikeluarkan dengan cara melubangi bagian bawa pendil atau dituang. Selanjutnya pendil dibungkus daun jati kemudian diikat supaya tidak pecah selama penyimpanan dan pengangkutan. Pindang bisa tahan sampai 3 bulan.<ref name=ukm/>
 
==== Cara Muncar ====
Baris 89:
Pada dasarnya pemindangan ikan merupakan upaya pengawetan sekaligus pengolahan ikan yang menggunakan teknik penggaraman dan pemanasan. Pengolahan dilakukan dengan merebus atau memanaskan ikan selama waktu tertentu sehingga membunuh sebagian besar [[mikroorganisme]] pada ikan. [[Garam dapur|Garam]] juga berperan sebagai pengawet serta memperbaiki cita rasa ikan. Pemanasan dengan garam tinggi juga menyebabkan tekstur ikan berubah menjadi lebih kompak.<ref name=wibowo/>
 
Pindang pada umumnya tidak terlalu awet karena memiliki [[kadar air]] cukup tinggi sehingga sesuai dengan pertumbuhan [[mikroorganisme]], terutama [[bakteri]] pembentuk lendir dan [[kapang]]. Proses pemananasan (perebusan) tidak mampu membunuh semua mikroorganisme. Selain itu, pindang sangat rentan terhadap kontaminasi silang selama proses [[distribusi (bisnis)]] dan [[pemasaran]]. Daya awet ikan pindang ''naya'' sekitar 3-4 hari, sementara ikan pindang ''paso'' hingga 6-7 hari.<ref name=IPB/>
 
Dari segi teknologi [[pengawetan makanan]], produk pindang air garam dapat diklasifikasikan sebagai produk setengah diawetkan (''semi-preserved''). Produk ini memiliki kadar air yang tinggi sehingga sesuai untuk pertumbuhan [[mikroorganisme]].<ref>Ilyas. 1980. "Teknologi Pengolahan Pindang". Jakarta: Lembaga Penelitian Teknologi Perikanan Badan Penelitian dan Pengembangan pertanian Departemen Pertanian Republik Indonesia.</ref>
 
== Nilai sosial ==