Soeharto: Perbedaan antara revisi

[revisi tidak terperiksa][revisi tidak terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Jimnytom (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
k clean up
Baris 132:
Karena sering diajak, Soeharto sering membantu Kiai Darjatmo membuat resep obat tradisional untuk mengobati orang sakit. Pada tahun 1935 Soeharto kembali ke kampung asalnya, Kemusuk, untuk melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah di Yogyakarta. Itu dilakukannya karena di sekolah itu siswanya boleh mengenakan sarung dan tanpa memakai alas kaki (sepatu). Pada masa ini Soeharto yang ''kulino meneng'' (pendiam) hanya memiliki satu sahabat karib, yaitu Sulardi, adik sepupunya, saudara kandung [[Sudwikatmono]] dan teman sekelas Ibu [[Tien Soeharto]] saat bersekolah di Ongko Loro. Sulardi setia menemaninya bermain dan berpetualang seperti anak desa di waktu itu.
 
Setamat SMP pada tahun 1938, Soeharto sebenarnya ingin melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi. Apa daya, ayah dan keluarganya yang lain tidak mampu membiayai karena kondisi ekonomi. Soeharto pun berusaha mencari pekerjaan ke sana ke mari, tetapi gagal. Ia kembali ke rumah bibinya di Wuryantoro. Ia pun mendapatkan pekerjaan sebagai pembantu klerek (pegawai) pada sebuah Bank Desa (Volks Bank), Soeharto pun bekerja dengan mengikuti sang klerek berkeliling kampung menggunakan sepeda dan pakaian Jawa lengkap, kain blankon serta baju beskap. Sial karirnya sebagai pembantu klerek pun tamat dalam waktu singkat ketika kainnya sobek usai turun dari sepeda yang sudah reot. Kain itu tersangkut pada sadel yang menonjol keluar. Padahal itu adalah satu-satunya kain yang bisa dipakainya untuk bekerja. Saat itu dia dicela klerek dan dimarahi sang bibi, Ibu Prawirowihardjo. Sejak itu, Soeharto yang kelak memimpin Indonesia menjadi pengangguran lagi.<ref name="Kisah Soeharto Saat Jadi Pengangguran">https://www.liputan6.com/news/read/2421905/kisah-soeharto-saat-jadi-pengangguran</ref>
 
Hari-harinya diisi dengan kegiatan gotong-royong, membantu keluarga dan sesekali bekerja serabutan. Ia terus mencoba untuk melamar berbagai pekerjaan, seperti melamar menjadi pegawai kereta api hingga melamar sebagai pegawai bank milik Belanda di [[Semarang]], namun hasilnya selalu gagal.<ref name="Soeharto Kemiskinan Masa Muda dan Momentum G30S">https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210608111234-32-651650/soeharto-kemiskinan-masa-muda-dan-momentum-g30s</ref> Pada masa inilah Soeharto terus mengasah kemampuan spiritualnya dengan cara menjalani tirakat, seperti berpuasa sebagai wujud laku prihatin.
Baris 143:
[[Berkas:Mayor Soeharto Saat Menjadi Komandan Resimen Tahun 1946.Jpg|jmpl|Mayor Soeharto pada tahun 1946, ketika itu menjabat Komandan Resimen di [[Yogyakarta]].]]
 
Pada 1 Juni 1940, ia diterima sebagai siswa di sekolah militer di [[Gombong, Kebumen|Gombong]], [[Jawa Tengah]]. Setelah enam bulan menjalani latihan dasar, ia tamat sebagai lulusan terbaik dan menerima pangkat [[kopral]]. Ia terpilih menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong. Soeharto resmi bergabung dengan pasukan kolonial [[Belanda]], [[KNIL]] saat [[Perang Dunia II]] sedang berkecamuk. Ia dikirim ke [[Bandung]] untuk menjadi tentara cadangan di Markas Besar Angkatan Darat selama seminggu dengan pangkat sersan.<ref name="Masa masa sulit Soeharto sebelum masuk militer">https://nasional.okezone.com/read/2021/07/05/337/2436000/masa-masa-sulit-soeharto-sebelum-masuk-militer</ref>
 
Nasib Soeharto kembali apes, tanggal 8 Maret 1942, Belanda menyerah pada Jepang. Berakhir pulalah kiprahnya di KNIL. Soeharto pun kembali menumpang di rumah bibinya di Wuryantoro, ia kembali menganggur. Pada rentang waktu ini, Soeharto terserang penyakit malaria yang menyebabkan dirinya harus dirawat lama di rumah sakit. Setelah pulih, karena tak memiliki uang dan tidak enak hanya sekedar menumpang, Soeharto meminta bantuan sang paman, Prawirowihardjo yang berprofesi sebagai penyuluh (mantri) tani untuk mencarikannya pekerjaan. Namun, sang paman hanya dapat memberikannya pekerjaan sekedar untuk mendampingi dan mempersiapkan keperluan pekerjaan pamannya sebagai penyuluh pertanian. Soeharto menerima dan menjadikannya sebagai kesempatan untuk mempelajari Ilmu Pertanian dari sang paman, meski dalam waktu yang singkat.<ref name="Soeharto Pribadi Tangguh Pantang Mengeluh">https://news.detik.com/berita/d-599748/soeharto-pribadi-tangguh-pantang-mengeluh</ref>
Baris 800:
 
{{DEFAULTSORT:Soeharto}}
 
[[Kategori:Tokoh militer Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh TNI]]