Inalum: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bot5958 (bicara | kontrib)
k Perbarui referensi situs berita Indonesia
Update data perusahaan. Akan segera dilengkapi
Baris 1:
{{Wikify}}
{{Infobox company
| name = PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero)
| former_name =
| logo = [[File:Logo Inalum-MIND ID.svg|200px]]
[[| logo = File:Logo Inalum-MIND ID.svg|200px]]
| logo_size = 200px
| logo_caption = Logo Inalum sebagai anak usaha (atas) dan logo MIND ID sebagai induk ''holding'' (bawah)
| sloganimage =
| trading_name = {{Unbulleted list
| image_caption =
|Inalum (anak usaha)
| image_size =
|Mining Industry Indonesia/MIND ID (induk ''holding'')
}}
| type = [[Badan usaha milik negara]]
| traded_as =
| industry = Peleburan [[aluminiumPertambangan]]
| foundation = {{Start date and age|df=yes|1976|101|606}}
| location_city = {{Unbulleted list
| fate =
|[[Kuala Tanjung, Sei Suka, Batu Bara]], [[Sumatra Utara]] (Kantor Pusat dan Operasional Peleburan)
| founder =
|[[Toba Samosir]], [[Sumatra Utara]] (PLTA)
| area_served = [[Indonesia]]
}}
| location = [[Jakarta]], [[Indonesia]]
| products = Aluminium ingot, aluminium alloy, aluminium billet
| locations =
| production = 245.483 ton
| key_people = [[Hendi Prio Santoso]]<ref name="direksi">{{Cite web|url=https://www.inalum.id/id/about/organisasi|title=Komisaris & Direksi|publisher=PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero)|language=id|access-date=11 Maret 2023}}</ref><br/>([[Direktur Utama]])<br/>[[Doni Monardo]]<ref name="direksi"/><br/>([[Komisaris Utama]])
| brands =
| products = {{hlist|[[Aluminium]]|[[Batu bara]]|[[Nikel]]|[[Bauksit]]|[[Tembaga]]|[[Emas]]|[[Timah]]|[[Listrik]]}}
| services =
| revenue = [[Rupiah Indonesia|Rp]] 93,751 triliun <small>(2021)</small><ref name=annual/>
| parent = [[Indonesia|Pemerintah Indonesia]]
| net_income = [[Rupiah Indonesia|Rp]] 14,378 triliun <small>(2021)</small><ref name="annual">{{Cite web|url=https://www.inalum.id/storage/app/media/annual-report/annual_report_2021.pdf|title=Laporan Tahunan 2021|publisher=PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero)|language=id|access-date=11 Maret 2023}}</ref>
| key_people = {{Unbulleted list
| parentowner = [[Indonesia|Pemerintah Indonesia]]
|Hendi Prio Santoso (Direktur Utama)
| assets = [[Rupiah Indonesia|Rp]] 204,936 triliun <small>(2021)</small><ref name=annual/>
|Danny Praditya (Direktur Operasi dan Portofolio)
| equity = [[Rupiah Indonesia|Rp]] 87,237 triliun <small>(2021)</small><ref name=annual/>
|Dilo Seno Widagdo (Direktur Pengembangan Usaha)
| num_employees = 3.632 <small>(belum termasuk di anggota holding, 2021)</small><ref name="annual"/>
|Devi Pradnya Paramita (Direktur Keuangan)
| subsid = PT [[Aneka Tambang]] Tbk<br/>PT [[Borneo Alumina Indonesia]]<br/>PT [[Bukit Asam]] Tbk<br/>PT [[Freeport Indonesia]]<br/>PT [[Indonesia Aluminium Alloy]]<br/>PT [[Indonesia Papua Mineral & Metal]]<br/>[[MIND ID Trading]] Pte. Ltd.<br/>PT [[Timah (perusahaan)|Timah]] Tbk
|Dany Amrul Ichdan (Direktur Hubungan Kelembagaan)
| slogan =
}}
| websitehomepage = {{URL|http://www.inalum.id/}}
| revenue = {{profit}} Rp 80,63&nbsp;triliun (2019)
| operating_income = {{decrease}} Rp 5,77&nbsp;triliun (2019)
| net_income = {{decrease}} Rp 24,5&nbsp;miliar (2019)
| assets = {{profit}} Rp 165,7&nbsp;triliun (2019)
| equity = {{decrease}} Rp 71,8&nbsp;triliun (2019)
| num_employees = 1.988 (2019)
| subsid = [[Aneka Tambang]]<br>[[Bukit Asam]]<br>[[Freeport Indonesia]]<br>[[Timah (perusahaan)|Timah]]<ref name="holding"/>
| slogan =
| website = {{URL|http://www.inalum.id/}}
| footnotes = <ref>{{Cite web |url=http://www.inalum.co.id/article/peta-lokasi.html |title=Salinan arsip |access-date=2017-04-24 |archive-date=2017-04-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20170425121655/http://www.inalum.co.id/article/peta-lokasi.html |dead-url=yes }}</ref><ref>{{Cite web|title=INALUM {{!}} Organisasi|url=https://www.inalum.id/id/about/organisasi|website=www.inalum.id|access-date=2022-08-02}}</ref>
}}
'''PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero)''' atau biasa disingkat menjadi '''Inalum''' adalah sebuah [[badan usaha milik negara]] [[Indonesia]] yang bergerak di bidang industri [[pertambangan]]. Hingga akhir tahun 2021, perusahaan ini adalah satu-satunya produsen [[aluminium]] di [[Indonesia]], dengan kapasitas produksi mencapai 250.000 ton per tahun.<ref name="annual"/><ref name="profil"/>
 
[[File:Logo MIND ID.svg|thumb|Logo holding BUMN industri pertambangan]]
'''PT Indonesia Asahan Aluminium''' atau lebih dikenal sebagai '''Inalum''' merupakan BUMN pertama dan terbesar Indonesia yang bergerak dibidang peleburan aluminium. Besarnya potensi kelistrikan yang dihasilkan dari aliran Sungai Asahan membuat Pemerintah Indonesia mengundang perusahaan konsultan pembangunan asal Jepang, Nippon Koei untuk melakukan studi kelayakan pembangunan PLTA di Sungai Asahan. Studi kelayakan tersebut menyarankan agar produksi kelistrikan diserap oleh industri peleburan aluminium. Maka dengan itu, pemerintah menindaklanjuti studi kelayakan tersebut bersama pihak Jepang untuk secara bersama mendirikan perusahaan untuk mengelola proyek Asahan dengan perusahaan yang bernama Indonesia Asahan Aluminium dengan ditandatanganinya kerjasama untuk pengelolaan bersama kawasan Sungai Asahan pada tanggal 7 Juli 1975.
Pada tahun 2017, pemerintah menunjuk perusahaan ini sebagai holding BUMN yang bergerak di bidang industri pertambangan. Pada tahun 2019, perusahaan ini pun meluncurkan "MIND ID" sebagai identitas dari holding.
 
== Sejarah ==
Perusahaan yang didirikan pada tanggal 6 Januari 1976 dengan status Penanam Modal Asing dibentuk oleh 12 perusahaan kimia dan metal dari Jepang. Keberadaan Inalum sebagai industri peleburan aluminium telah meletakkan dasar fondasi yang kuat untuk mengembangkan industri hilir peleburan bahan tambang yang berpengaruh, bernilai tambah dan berdaya saing. Pada tanggal 9 Desember 2013, status Inalum sebagai PMA dicabut sesuai dengan kesepakatan yang ditandatangani di Tokyo pada tanggal 7 Juli 1975. Sejak diakuisisi oleh Pemerintah, Inalum kini tengah mengembangkan produksi hilir aluminium dengan mendorong diversifikasi produk dari aluminium ingot ke aluminium alloy, billet dan wire rod, serta menggarap pabrik peleburan baru yang terintegrasi di Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional Tanah Kuning, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara dan mempersiapkan diri untuk menjadi induk holding bumn bidang pertambangan yang direncanakan mengakuisisi Freeport Indonesia.<ref>https://finance.detik.com/energi/d-3456255/luhut-inalum-akan-caplok-51-saham-freeport-secara-bertahap</ref>
Perusahaan ini memulai sejarahnya pada tahun 1972 saat pemerintah Indonesia berencana membangun sebuah [[PLTA]] untuk memanfaatkan aliran [[Sungai Asahan]]. Pemerintah lalu menunjuk [[Nippon Koei]] asal [[Jepang]] untuk melakukan [[studi kelayakan]]. Nippon Koei kemudian menyimpulkan bahwa aliran Sungai Asahan layak untuk dimanfaatkan membangkitkan listrik.
 
Pada tanggal 7 Juli 1975 di Tokyo, pemerintah Indonesia pun meneken perjanjian induk dengan 12 perusahaan asal Jepang, yakni [[Sumitomo Chemical]], [[Sumitomo Corporation]], [[Nippon Light Metal Company]], [[C. Itoh & Co.]], [[Nissho Iwai]], [[Nichimen]], [[Showa Denko]], [[Marubeni]], [[Mitsubishi Chemical]], [[Mitsubishi Corporation]], [[Mitsui Aluminium]], dan [[Mitsui & Co.]] untuk membangun PLTA dan pabrik peleburan aluminium di Asahan yang kemudian disebut sebagai "Proyek Asahan". 
Perusahaan ini juga dikenal sebagai '''MIND ID''' (singkatan dari '''Mining Industry Indonesia''') sebagai induk ''holding'' BUMN industri pertambangan.
 
Sebagai wahana untuk berinvestasi pada perusahaan yang akan mengelola Proyek Asahan, pada tanggal 25 November 1975, pemerintah dan 12 perusahaan tersebut mendirikan [[Nippon Asahan Aluminium]] Co, Ltd. dengan kantor pusat di [[Tokyo]], Jepang. Pada tanggal 6 Januari 1976, Nippon Asahan Aluminium dan pemerintah Indonesia resmi mendirikan perusahaan ini untuk mengelola PLTA dan pabrik peleburan aluminium. Nippon Asahan Aluminium awalnya memegang 90% saham perusahaan ini, sementara pemerintah memegang sisanya.
== Sejarah ==
 
Kegagalan Pemerintah Kolonial [[Hindia Belanda]] untuk memanfaatkan derasnya debit air dari [[Danau Toba]] melalui [[Sungai Asahan]], mendorong pemerintah untuk membangun [[Pembangkit Listrik Tenaga Air]]. Pada tahun [[1972]], rencana pembangunan PLTA menguat setelah pemerintah menerima laporan dari Nippon Koei, sebuah perusahaan konsultan [[Jepang]] menyatakan bahwa studi kelayakan pembangunan PLTA memungkinkan dibangun sekaligus dengan sebuah peleburan aluminium sebagai pemakai utama dari [[listrik]] yang dihasilkannya. Menindaklanjuti studi kelayakan tersebut, pada tanggal [[7 Juli]] [[1975]] di [[Tokyo]], setelah melalui perundingan-perundingan yang panjang dan dengan bantuan ekonomi dari pemerintah Jepang untuk proyek ini, pemerintah Republik Indonesia dan 12 Perusahaan Penanam Modal Jepang menandatangani Perjanjian Induk untuk PLTA dan Pabrik Peleburan Aluminium Asahan yang kemudian dikenal dengan sebutan [[Proyek Asahan]]. Kedua belas Perusahaan Penanam Modal Jepang tersebut adalah Sumitomo Chemical, [[Sumitomo Corporation]], Nippon Light Metal Company, [[Itochu]], Nissho Iwai, Nichimen, Showa Denko K.K., [[Marubeni]], Mitsubishi Chemical Industries, [[Mitsubishi Corp]], Mitsui Aluminium, [[Mitsui & Co]]. Selanjutnya, untuk penyertaan modal pada perusahaan yang akan didirikan di Jakarta kedua belas Perusahaan Penanam Modal Tersebut bersama Pemerintah Jepang membentuk sebuah nama Nippon Asahan aluminium Co, Ltd (NAA) yang berkedudukan di Tokyo pada tanggal [[25 November]] [[1975]].
Pada tahun 1976, pemerintah juga membentuk [[Otorita Asahan]] untuk memastikan kelancaran Proyek
Asahan, karena investasi awal yang dikeluarkan untuk Proyek Asahan mencapai 411 miliar yen. Pada tahun 1978, Nippon Asahan Aluminium mengurangi kepemilikan sahamnya di perusahaan ini menjadi 75%, sehingga pemerintah dapat memegang sisanya. Pada tahun 1987, Nippon Asahan Aluminium kembali mengurangi kepemilikan sahamnya di peusaahan ini menjadi 58,87%.
 
Pada tanggal 1 November 2013, sesuai perjanjian induk yang diteken pada tahun 1975, pemerintah Indonesia memutus kontrak dengan Nippon Asahan Aluminium, sehingga pada tanggal 9 Desember 2013, seluruh saham perusahaan ini resmi dipegang oleh pemerintah Indonesia. Pada tanggal 21 April 2014, pemerintah pun menetapkan perusahaan ini sebagai sebuah [[persero]]. Pada bulan November 2017, pemerintah menyerahkan mayoritas saham [[Aneka Tambang]], [[Bukit Asam]], dan [[Timah (perusahaan)|Timah]] ke perusahaan ini sebagai bagian dari upaya untuk membentuk holding BUMN yang bergerak di industri pertambangan. Pada akhir tahun 2018, perusahaan ini resmi memegang 51% saham PT [[Freeport Indonesia]]. Pada tahun 2019, perusahaan ini meluncurkan "MIND ID" sebagai identitas dari holding BUMN industri pertambangan. Pada bulan Juli 2020, perusahaan ini membeli seluruh saham Indometal Corporation (Asia Pacific) Pte. Ltd. yang sebelumnya dipegang oleh [[Timah (perusahaan)|Timah]]. Nama perusahaan tersebut kemudian diubah menjadi [[MIND ID Trading]] Pte. Ltd. Pada bulan Oktober 2020, perusahaan ini resmi memegang 20% saham PT [[Vale Indonesia]] Tbk. Pada tahun 2021, bersama [[Aneka Tambang]], [[Pertamina]], dan [[PLN]], perusahaan ini mendirikan PT [[Industri Baterai Indonesia]] untuk mengembangkan ekosistem baterai kendaraan listrik di Indonesia.<ref name="annual"/><ref name="profil">{{Cite web|url=https://www.inalum.id/id/about/profil-perusahaan|title=Sejarah Perusahaan|publisher=PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero)|language=id|access-date=8 Maret 2023}}</ref>
Pada tanggal 6 Januari 1976, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), sebuah perusahaan patungan antara pemerintah Indonesia dan Jepang didirikan di Jakarta. Inalum adalah perusahaan yang membangun dan mengoperasikan Proyek Asahan, sesuai dengan perjanjian induk. Perbandingan saham antara pemerintah Indonesia dengan Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd, pada saat perusahaan didirikan adalah 10% dengan 90%. Pada bulan Oktober 1978, perbandingan tersebut menjadi 25% dengan 75% dan sejak Juni 1987 menjadi 41,13% dengan 58,87%. Dan sejak 10 Februari 1998 menjadi 41,12% dengan 58,88%. Untuk melaksanakan ketentuan dalam perjanjian induk, Pemerintah Indonesia kemudian mengeluarkan SK Presiden No.5/1976 yang melandasi terbentuknya Otorita Pengembangan Proyek Asahan sebagai wakil pemerintahan yang bertanggung jawab atas lancarnya pembangunan dan pengembangan Proyek Asahan. Inalum dapat dicatat sebagai pelopor dan perusahaan pertama di Indonesia yang bergerak dalam bidang Industri peleburan aluminium dengan investasi sebesar 411 miliar [[Yen]]. Secara de facto, perubahan status Inalum dari PMA menjadi BUMN terjadi pada [[1 November]] [[2013]] sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam Perjanjian Induk. Pemutusan kontrak antara Pemerintah Indonesia dengan Konsorsium Perusahaan asal Jepang berlangsung pada [[9 Desember]] [[2013]], dan secara de jure Inalum resmi menjadi BUMN pada [[19 Desember]] [[2013]] setelah Pemerintah Indonesia mengambil alih saham yang dimiliki pihak konsorsium. PT INALUM (Persero) resmi menjadi BUMN ke-141 pada tanggal [[21 April]] [[2014]] sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2014.<ref>{{Cite web |url=http://www.inalum.co.id/article/sejarah-singkat.html |title=Salinan arsip |access-date=2017-04-24 |archive-date=2017-04-23 |archive-url=https://web.archive.org/web/20170423152127/http://www.inalum.co.id/article/sejarah-singkat.html |dead-url=yes }}</ref>
 
== Infrastruktur utama dan penunjang ==