Arsyad Thalib Lubis: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k clean up, removed stub tag |
k beliau > ia (per sudut pandang netral) (via JWB) |
||
Baris 2:
{{Nama Mandailing|[[Suku Mandailing|Mandailing]]|[[Lubis]]}}
{{Infobox orang}}
'''Tuan Syech Arsjad Thalib Lubis''' ([[EYD]]:'''Arsyad Thalib Lubis''') ({{lahirmati|[[Stabat, Langkat]]|08|10|1908|[[Kota Medan]]|06|07|1972}}) adalah seorang [[Politikus]] [[Indonesia]], [[Penulis]], [[Ulama]], dan tokoh pendiri [[Al Washliyah]]. <!--Beliau-->Ia adalah anak ke lima dari delapan bersaudara, ayahanda <!--beliau-->ia bernama H. Lebai Thalib Lubis bin Haji Ibrahim Lubis. Perkataan Lebai menunjukkan <!--beliau-->ia seorang [[ulama]] di daerahnya. Ibunya bernama Markoyom binti Abdullah, kakek Muhammad Arsyad Thalib Lubis bernama Ibrahim Lubis yang berasal dari [[Kabupaten Tapanuli Selatan]].
== <big>Latar belakang</big> ==
Baris 24:
'''<big>PERNIKAHAN</big>'''
<big>Pada tahun 1930 <!--beliau-->ia menikah dengan seorang gadis dari suku Melayu Deli bernama Siti Yamaah binti Kamil bin Sampurna. Hasil dari pernikahan ini <!--beliau-->ia di karunia 8 orang anak. Mereka adalah :</big>
<big>1. Anisa Fahmi Lubis (Meulaboh, 30 Desember 1931).</big>
Baris 44:
'''<big>MENJADI GURU</big>'''
<big>Mulai Tahun 1926 Arsyad muda sudah menjadi [[guru]] yang berilmu. Dari itu tidak heran bila masyarakat Aceh memohon kepada <!--beliau-->ia untuk menjadi guru di Meulaboh Aceh Barat pada tahun 1931. Pada tahun 1932, <!--beliau-->ia kembali kembali lagi ke Medan untuk mengabdi di lembaga Pendidikan Al Washliyah. Pada zaman penjajahan sebelum merdeka dari penjajahan (1945-1949) <!--beliau-->ia sekeluarga tinggal di daerah kongsi dan berpindahan-pindah ke daerah Tebing Tinggi dan Rantau Prapat. Kehidupan mereka masih belum damai namun <!--beliau-->ia masih aktif mengajar.</big>
<big>Mulai Tahun 1954 <!--beliau-->ia dilantik menjadi Staff pengajar di Universitas Islam Sumatera Utara (UISU). Setahun kemudian diangkat menjadi Guru Besar di UISU dalam bidang Fiqih dan Ushul Fiqih di Universitas yang sama. Dan pada tahun 1959 <!--beliau-->ia ditetapkan menjadi Guru Besar Bidang Syari’ah di Universitas Al Washliyah Medan.</big>
== <big>Karya</big> ==
Baris 89:
<big>Sebagai seorang ulama, ilmuwan, alim, cendikiawan, akademisi, dai, H. Muhammad Arsyad Thalib Lubis juga seorang penulis yang sangat produktif.</big>
<big>Selama hidupnya Tuan Arsyad telah menulis lebih dari 50 buku dalam berbagai displin ilmu disamping puluhan artikel-artikel yang dimuat diberbagai majalah Medan. Karya <!--beliau-->ia dapat dibagi kepada 3 kategori :</big>
<big>1. Jawaban terhadap berbagai isu kontemporer.</big>
Baris 99:
<big>Berikut nama-nama buku karya Syekh H. Muhmmad Arsyad Thalib Lubis :</big>
<big>A. Jawaban <!--beliau-->ia terhadap isu kontemporer</big>
# <big>Tuntunan Perang Sabil.</big>
Baris 155:
<big>Almarhum tetap masih hidup di alam ini terutama di hati masyarakat Islam Sumatera Utara walaupun jasadnya telah di dalam kubur.</big>
<big>Tulisan-tulisan anak-anak murid <!--beliau-->ia telah mewarnai kehidupan masyarakat muslim Provinsi Sumatera Utara khususnya warga Al Washliyah dan UISU di Indonesia.</big>
<big>Pada Tahun 1971 H. Muhammad Arsyad Thalib Lubis berfikir untuk melahirkan satu yayasan yang bertujuan mengirim para da’i dan muballigh ke daerah-daerah terpencil untuk mendakwah Islam kepada masyarakat yang belum beragama.</big>
Baris 165:
<big>Dana yang terkumpul itulah yang digunakan oleh Yayasan Baitul Makmur untuk mengirim para da’i dan muballigh ke Karo dan Dairi bahkan ke daerah Mentawai serta ke daerah-daerah terpencil lainnya, yang honor bulanan mereka dibayar Yayasan Baitul Makmur.</big>
<big>Setelah Almarhum dr. Gading Hakim wafat, para ulama dan Pengurus Baitul Makmur sepakat mengangkat Prof. dr. H. Chairuddin P. Lubis Sp.A(k) sebagai Ketua Umum Yayasan dengan didampingi beberapa Guru Besar Fakultas Kedokteran USU Medan. Sungguh mereka sebenarnya telah melanjutkan misi para ulama terdahulu. Sayang sampai sekarang Baitul Makmur belum memiliki kantor yang tetap, karena itu buku-buku dan kitab-kitab yang dibeli Baitul Makmur dari H. Hammad Hasan Lubis (Alumni Kairo Universiti) dititipkan di Kantor Majelis Ulama Indonesia Provinsi Sumatera Utara. Kami berdoa kiranya Allah SWT., memberkati usia Prof. dr. Chairuddin P. Lubis Sp.A (K), karena lebih 50% dana kegiatan Yayasan Baitul Makmur berasal dari zakat, sadakah dan wakaf <!--beliau-->ia . Banyak yang berharap kiranya setelah siap masjid dakwah USU yang kembar di Jl. Sumarsono Kampus USU ada satu ruangan yang dapat dijadikan sebagai kantor yayasan Baitul Makmur sehingga masjid Dakwah USU akan menjadi Islamic Center di tengah-tengah masyarakat intelektual kampus.</big>
'''<big>POKOK - POKOK PERJUANGAN BERUPA GAGASAN, IDE DAN AKSI</big>'''
Baris 187:
'''<big>PEKERJAAN YANG DITEKUNI</big>'''
<big>Pada tahun 1949 - 1957 <!--beliau-->ia diberi amanah oleh Pemerintah Republik Indonesia untuk mengurus berbagai jabatan penting dalam-dalam Kementerian Agama diantaranya :</big>
<big>1. Pegawai Jawatan Agama.</big>
Baris 215:
<big>Pada masa perjuangan kemerdekaan, ia turut memberikan andil sesuai dengan bidangnya, berpidato untuk membangkitkan semangat jihad melawan penjajahan.</big>
<big>Tuan Syekh H. Muhammad Arsyad Thalib Lubis adalah seorang Ulama Pejuang Kemerdekaan RI dan penjaga kedaulatan NKRI dari rongrongan pihak luar maupun dari dalam terutama pemberontakan PKI. <!--Beliau-->Ia aktif dalam upaya mencerdaskan anak bangsa melalui organisasi Al Jam’iyatul Washliyah dan menyalurkan aspirasi politiknya bersama Partai Masyumi. <!--Beliau-->Ia adalah Anggota Konsituante RI (MPR) yang menyuarakan aspirasi rakyat di Parlemen tingkat Pusat.</big>
<big>Syekh H. Muhammad Arsyad Thalib Lubis muda dikenal sebagai pejuang kemerdekaan Republik Indonesia menentang sekutu Belanda dan Jepang sehingga <!--beliau-->ia ditangkap pada tanggal 23 Maret 1949 dan dipenjarakan sebagai tahanan politik di Penjara Suka Mulia Medan.</big>
<big>Buku <!--beliau-->ia Penuntun Perang Sabil pada November 1945 menjadi panduan untuk melawan Belanda dan sekutu. Gerak-gerak Tuan Arsyad terus diperhatikan Belanda dan <!--beliau-->ia dianggap sebagai ulama yang berpengaruh dikalangan kaum muslim dan sangat berpengaruh bagi penjajah. Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, Arsyad mengeluarkan fatwa wajib atas setiap muslim menolak kedatangan Belanda kembali yang berkeinginan menjajah Indonesia kembali. Orang-orang muslim yang wafat dalam pertempuran melawan Belanda disebut dengan Syahid Fisabillilah, mayatnya tidak wajib dimandikan dan dikafankan, hanya disholatkan saja.</big>
<big>Ketika proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan, ia memfatwakan bahwa
Baris 225:
syahid hukumnya dan ia menganjurkan agar kaum Muslim memberikan dana jihad sebesar-besarnya tanpa tawar-menawar.<ref>36Ahmad Nasution, et. al., Sejarah Ulama-Ulama, h. 290.</ref></big>
<big>Selain itu Tuan Arsyad menjadi Wakil Ketua Hizbullah Daerah Sumatera Timur dan Wakil Ketua PB. Al Jam’iyatul Washliyah pada masa pertempuran Agresi Militer II Tahun 1947. Akibat dari kepintaran <!--beliau-->ia di Hizbullah, <!--beliau-->ia ditangkap oleh polisi (serdadu) Negara Sumatera Timur yang masih dikuasai oleh Belanda dan tentara NICA.</big>
<big>Dalam situasi seperti ini musibah yang paling berat dihadapi oleh H. Muhammad Arsyad Thalib Lubis yaitu istrinya yang sangat dicintainya kembali kehadirat Allah SWT. Dengan pengawalan yang sangat ketat <!--beliau-->ia datang melihat jenazah istrinya dan mendoakannya. Setelah itu <!--beliau-->ia dipaksa, dibawa kembali ke Penjara Suka Mulia. Setalah istrinya wafat <!--beliau-->ia tidak menikah lagi sampai akhir hayatnya. Hidupnya diwakafkan untuk mengabdi kepada agama dan negara. Setalah Konferensi Meja Bundar (KMB) tanggal 27 Desember 1949 semua tahanan politik dibebaskan termasuk didalamnya H. Muhammad Arsyad Thalib Lubis.</big>
<big>Pada waktu clash ke II yaitu,
Baris 243:
'''<big>LATAR BELAKANG PENDIDIKAN</big>'''
<big>Pada awalnya Tuan Syekh H. Muhammad Arsyad Thalib Lubis mendapat pendidikan dari ayahnya yang sebagai ulama Stabat. Pendidikan Formal di dapat <!--beliau-->ia di sekolah rendah (''Vervolg School'') di Stabat. Setelah tamat tahun 1917 Tuan Arsyad melanjutkan pelajaran di Madrasah Islam Stabat bersama abangnya H. Baharuddin Thalib Lubis. Madrasah tersebut dipimpin oleh H. Zainuddin Bilah yang mendapatkan pendidikan di Mekkah (Arab Saudi).</big>
<big>Pada Tahun 1923-1924 Tuan Arsyad dan abangnya Baharuddin Thalib Lubis merantau ke Tanjung Balai Asahan untuk melanjutkan pelajaran mereka di Madrasa Ulum Arabiah dan Balaghah. Syekh Abdul Hamid Muhammad adalah alumni dari Mekkah tahun 1916. Syekh Abdul Hamid inilah yang membuat reformasi kurikulum Madrasah dan Madrasah mulai belajar dibangku tidak lagi duduk bersilah. Setelah tamat dari Madrasah Ulumul Al Arabiyah, Tuan Arsyad melanjutkan ke Makhtab yang di pimpinan oleh Syekh Hasan Maksum di Medan. Dari Hasan Maksum inilah Tuan Arsyad banyak mendapat ilmu tambahan dalam bidang agama dan perbandingan agama.</big>
Baris 279:
<big>Seluruh Institusi, Perguruan Tinggi dan Universitas Islam serta Masyarakat Muslim secara luas berkabung, sedih karena wafat almarhum diusia ke 63 tahun.</big>
== <big>Kediaman <!--beliau-->ia yang sangat sederhana di Jalan Sei Kera Gang Sehat No. 6 penuh sesak dikunjungi oleh berbagai lapisan masyarakat yang datang bertakziah kepada keluarga almarhum. Tidak ada air mata yang pernah mendapat belaian kasih dari almarhum berduka. Jenazahnya dimakamkan hari itu juga dengan iringan doa oleh ribuan para hadirin terdiri dari ulama, rakyat dan pejabat di Provinsi Sumatera Utara. ''Inalilahi Wa inna ilaihi rojiun''.</big> ==
<big>.</big>
|