TvOne: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
|||
Baris 151:
Kredit macet ini bermula ketika di awal bersiaran, untuk membantu pengembangannya, Lativi meminjam dana dari [[Bank Mandiri]] sebesar Rp 328 miliar.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=cbt1DwAAQBAJ&pg=PA57&dq=Lativi+300+miliar&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjXt8Oo6rLuAhVBaCsKHUA8BdUQ6AEwAHoECAUQAg#v=onepage&q=Lativi%20300%20miliar&f=false Ekonomi Politik Media Penyiaran]</ref> Sialnya, Lativi justru tidak bisa menghasilkan keuntungan yang memadai
karena programnya tidak mendapatkan ''rating'' yang bagus, sehingga kredit ke Bank Mandiri tersebut [[kredit bermasalah|macet]]. Walaupun pihak Lativi sudah membantah hal ini,<ref>[https://www.liputan6.com/news/read/102074/lativi-membantah-memiliki-kredit-macet Lativi Membantah Memiliki Kredit Macet]</ref> kenyataannya pemerintah tetap menyatakan bahwa Lativi telah gagal bayar dan melakukan tindak pidana sehingga pada 2005-2006, Direktur Utama Lativi Hasyim Sumiyana, Komisaris Utama Lativi Abdul Latief dan mantan Direktur Utamanya [[Usman Ja'far]] ditetapkan sebagai tersangka oleh [[Kejaksaan Agung]].<ref>[https://news.detik.com/berita/d-758289/lativi-lunasi-seluruh-utang-di-bank-mandiri Lativi Lunasi Seluruh Utang di Bank Mandiri]</ref> Alasannya, Latief hanya membayar Rp 50 miliar dari hutangnya tersebut (yang telah berbunga sehingga menjadi Rp 450 miliar). Akibat kemacetan kredit tersebut, Lativi praktis kini berada di bawah penguasaan Bank Mandiri selaku kreditor. Melihat situasi tersebut (ditambah keuangan Lativi yang terus memburuk dan siarannya yang makin tidak menguntungkan), sejumlah investor berminat untuk mengakuisisi Lativi, seperti [[Chairul Tanjung]], pemilik [[Trans TV]] dan [[TV3]] [[Malaysia]] pada 2005. Keduanya tampak serius, bahkan Trans TV sudah memasukkan hal ini dalam rencana kerjanya serta TV3 melakukan [[uji tuntas]] dan berunding langsung dengan Latief di [[Malaysia]].<ref>[https://bisnis.tempo.co/read/64996/trans-tv-siap-ambil-alih-lativi Trans TV Siap Ambil Alih Lativi]</ref><ref>[https://news.detik.com/berita/d-534771/nego-dengan-tv3-di-malaysia-latief-mangkir-diperiksa-lagi- Nego dengan TV3 di Malaysia, Latief Mangkir Diperiksa Lagi]</ref><ref>[https://books.google.co.id/books?id=U_7YDwAAQBAJ&pg=PA68&dq=lativi+bank+mandiri&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjy5Knd57LuAhVIX30KHToDDLEQ6AEwAXoECAkQAg#v=onepage&q=lativi%20bank%20mandiri&f=false Raja Media - Rupert Murdoch dan Peta Bisnis Televisi di Indonesia]</ref> Begitu juga dengan [[Mahaka Media]] yang dipimpin [[Erick Thohir]] juga sempat berencana
Namun, yang pada akhirnya mendapatkan Lativi justru adalah [[Bakrie Group]]. Pihak Bakrie sudah melakukan penjajakan untuk membeli Lativi dari Agustus 2006,<ref>[https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-651035/lativi-segera-beralih-ke-antv Lativi Segera Beralih ke ANTV]</ref> namun baru bisa terlihat ketika tangan kanan mereka, konsorsium Capital Managers Asia Pte. Ltd. melakukan pelunasan pada seluruh hutang Lativi di Bank Mandiri pada Maret 2007.<ref>[https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-758427/lativi-di-bawah-bendera-bakrie Lativi di Bawah Bendera Bakrie?]</ref> Dengan itulah, selain ditambah keinginan Latief yang memang ingin fokus pada bisnis ritelnya, pihak Bakrie kemudian mengakusisi Lativi dari tangan Abdul Latief di tahun itu juga dengan harga Rp 600-700 miliar, dan ditambah berbagai hal totalnya sekitar Rp 1,4 triliun. (Untuk pengusutan kasus Abdul Latief dkk, tampaknya menguap dan tidak ada kejelasan setelah peristiwa ini).<ref>[https://news.okezone.com/read/2010/12/21/339/405793/stigma-tuntut-kejaksaan-seret-abdul-latief STIGMA Tuntut Kejaksaan Seret Abdul Latief]</ref> Lativi menjadi dimiliki oleh Bakrie bersama Erick Thohir (Mahaka Media) dan [[Rosan Roeslani]]. Mereka menggunakan wadah perusahaan PT [[Visi Media Asia]] (VIVA) yang menjadi pemegang saham mayoritas sebesar 49%, ditambah dengan PT Redal Semesta (anak usaha VIVA) 31%, Good Response Ltd. 10% serta Promise Result Ltd. 10%.<ref name="booone"/><ref>[https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-893594/tvone-dimodali-rp-400-m-untuk-2009 tvOne Dimodali Rp 400 M Untuk 2009]</ref> Manajemen Lativi dirombak setelah pergantian kepemilikan tersebut, dengan kini di bawah Erick, [[Anindya Bakrie]] serta [[Anindra Ardiansyah Bakrie|Ardi Bakrie]] yang kemudian mengubah namanya menjadi tvOne dan segmentasinya menjadi TV berita.<ref>[https://swa.co.id/swa/headline/ardi-bakrie-gaya-si-bungsu-di-puncak-tv-one Ardi Bakrie Gaya Si Bungsu di Puncak TV One]</ref> Sampai tahun 2010, komposisi kepemilikan saham tvOne masih dimiliki oleh beberapa pihak, hingga kemudian akhirnya seluruhnya beralih pada VIVA, menjadikannya sebagai pemegang saham mutlak di jaringan televisi ini sebesar 99%.<ref>[https://res.cloudinary.com/pt-visi-media-asia-tbk/image/upload/enstaticviva/4th-Quarter-Financial-Report-2011.pdf Lapkeu VIVA 2011]</ref>
|