Sejarah Timor Leste: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Borgxbot (bicara | kontrib)
k Robot: Cosmetic changes
Ivan Zeruwsky (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{wikify}}
 
{{taknetral}}
{{rujukan}}
 
'''Sejarah Timor Leste''' berawal dengan kedatangan orang [[Australoid]] dan [[Melanesia]]. Orang dari [[Portugal]] mulai berdagang dengan pulau [[Timor]] pada awal abad ke-16 dan menjajahnya pada pertengahan abad itu juga. Setelah terjadi beberapa bentrokan dengan [[Belanda]], dibuat perjanjian pada [[1859]] di mana Portugal memberikan bagian barat pulau itu. [[Jepang]] menguasai Timor Timur dari [[1942]] sampai [[1945]], namun setelah mereka kalah dalam [[Perang Dunia II]] Portugal kembali menguasainya.
 
Pada tahun 1975, ketika terjadi [[Revolusi Bunga]] di Portugal dan [[Gubernur]] terakhir Portugal di Timor Leste, [[Lemos Pires]], tidak mendapatkan jawaban dari Pemerintah Pusat di Portugal untuk mengirimkan bala bantuan ke Timor Leste yang sedang terjadi [[perang saudara]], maka Lemos Pires memerintahkan untuk menarik tentara Portugis yang sedang bertahan di Timor Leste untuk mengevakuasi ke Pulau Kambing atau dikenal dengan [[Pulau Atauro]]. Setelah itu [[FRETILIN]] menurunkan bendera Portugal dan mendeklarasikan Timor Leste sebagai Republik Demokratik Timor Leste pada tanggal 28 November 1975. Menurut suatu laporan resmi dari PBB, selama berkuasa selama 3 bulan ketika terjadi kevakuman pemerintahan di Timor Leste antara bulan September, Oktober dan November, Fretilin melakukan pembantaian terhadap sekitar 60.000 penduduk sipil (sebagian besarnya wanita dan anak2 karena para suami mereka adalah pendukung faksi integrasi dengan Indonesia). BerdasarkanTak itulahlama kemudian, kelompok pro-integrasi kemudian mendeklarasikan integrasi dengan Indonesia pada 30 November 1975 dan kemudian meminta dukungan Indonesia untuk mengambil alih Timor Leste dari kekuasaan FRETILIN yang berhaluan [[Komunis]].
 
Tiga Kuburan Masal sebagai bukti pembantaian FRETILIN terhadap pendukung integrasi terdapat di Kabupaten [[Aileu]] (bagian tengah Timor Leste), masing-masing terletak di daerah Saboria, Manutane dan Aisirimoun.
[[Berkas:President gusmao.jpg|thumb|Xanana Gusmão]]
Ketika pasukan Indonesia mendarat di Timor Leste pada tanggal 7 Desember 1975, [[FRETILIN]] memaksadidampingi dengan ribuan rakyat untuk mengungsi ke daerah pegunungan untuk dijadikan tameng hidup atau perisai hidup (human shields) untuk melawan tentara Indonesia. Lebih dari 200.000 orang dari penduduk ini kemudian mati di hutan karena pemboman dari udara oleh militer Indionesia serta ada yang mati karena penyakit dan kelaparan. Banyak juga yang mati di kota setelah menyerahkan diri ke tentara Indonesia, namun Tim Palah[[Palang Merah International]] yang menangani orang-orang ini tidak mampu menyelamatkan semuanya.
 
Selain terjadinya korban penduduk sipil di hutan, terjadi juga pembantaian oleh kelompok radikal FRETILIN di hutan terhadap kelompok yang lebih moderat. Sehingga banyak juga tokoh-tokoh FRETILIN yang dibunuh oleh sesama FRETILIN selama di Hutan. Semua cerita ini dikisahkan kembali oleh orang-orang seperti [[Francisco Xavier do Amaral]], Presiden Pertama Timor Lesta yang mendeklarasikan kemerdekaan Timor Leste pada tahun 1975. Seandainya Genderal [[Wiranto]] (pada waktu itu Letnan) tidak menyelamatkan Xavier di lubang tempat dia dipenjarakan oleh FRETILIN di hutan, maka mungkin Xavier tidak bisa lagi jadi Ketua Partai [[ASDT]] di Timor Leste Sekarang.
 
Selain Xavier, ada juga komandan sektor FRETILIN bernama [[Aquiles]] yang dinyatakan hilang di hutan (kemungkinan besar dibunuh oleh kelompok radikal FRETILIN). Istri komandan Aquilis sekarang ada di [[Baucau]] dan masih terus menanyakan kepada para komandan FRETILIN lain yang memegang kendali di sektor Timur pada waktu itu tentang keberakaan suaminya. Hal yang sama juga dilakukan oleh kelompok pro-kemerdekaan terhadap tentara Indonesia tentang keberadaan komandan Konis Santana dan Mauhudu yang dinyatakan hilang di tangan tentara Indonesia.
 
Selama perang saudara di Timor Leste dalam kurun waktu 3 bulan (September-November 1975) dan selama pendudukan Indonesia selama 24 tahun (1975-1999), lebih dari 200.000 orang dinyatakan meninggal (60.000 orang secara resmi mati di tangan FRETILN menurut laporan resmi [[PBB]]). Selebihnya tidakmati diketahuiditangan apakahIndonesia semuanyasaat matidan kelaparansesudah atauinvasi dan adapula yang mati dikelaparan tanganatau tentara Indonesiapenyakit. Hasil [[CAVR]] menyatakan 183.000 mati di tangan tentara Indonesia karena keracunan bahan kimia (tidakdari dirincibom-bom bagaimana caranya)[[napalm]], namunserta sejarah akan menentukan kebenaran ini, karena keluarga yang sanak saudaranya meninggal di hutan tidak bisa tinggal diam dan kebenaran akan terungkap apakah benar tentara Indonesia yang membunuh sejumlah jiwa ini ataukah sebaliknyamortir-mortir. Situasi aktual di[[Berkas:East Timor Leste akhir-akhir ini adalah cerminan ketidak puasan rakyat bahwa rakyat tidak bisa hidup hanya dari propaganda tapi dari roti dan air. Rakyat tidak bisa hidup dari "makan batu" sebagaimana dipropagandakan FRETILIN selama kampanye Jajak Pendapat tahun 1999 "Lebih baik makan batu tapi merdeka, dari pada makan nasi tapi dengan todongan senjata". Kenyataan membuktikan bahwa "batu tidak bisa dimakan", dan rakyat perlu makanan yang layak dimakan manusiaDemo.jpg|right|200px]]
[[Berkas:East Timor Demo.jpg|right|200px]]
Pada [[30 Agustus]] [[1999]], dalam sebuah referendum yang diadakan [[Perserikatan Bangsa Bangsa|PBB]], sebagian besar rakyat Timor Timur memilih merdeka dari Indonesia. Antara waktu referendum sampai kedatangan pasukan perdamaian PBB pada akhir September 1999, kaum anti-kemerdekaan yang konon didukung Indonesia mengadakan pembantaian balasan besar-besaran, di mana sekitar 1.400 jiwa tewas dan 300.000 dipaksa mengungsi ke Timor barat. Sebagian besar infrastruktur seperti rumah, sistem irigasi, air, sekolah dan listrik hancur. Pada [[20 September]] 1999 pasukan penjaga perdamaian [[International Force for East Timor]] (INTERFET) tiba dan mengakhiri hal ini. Pada [[20 Mei]] [[2002]], Timor Timur diakui secara internasional sebagai negara merdeka dengan nama [[Timor Leste]].